KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat illahi rabbi, yang
telah memberikan cinta dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah
“Seni Budaya Mesir Kuno ”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
yang di tugaskan oleh Bu
Farida selaku Guru Art kami.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat
tersusun, baik secara materil maupun moril.
Penulis menyadari dengan penuh kerendahan hati, bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan syarannya dari para pembaca yang budiman, demi kebaikan/kesempurnaan dimasa
yang akan datang.
Semoga makalah ini ada faedah untuk pembaca budiman
umumnya dan penulis khususnya.
Malang, 13
September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
.................................................... 1
A.
Latar Belakang
Masalah ........................................ 1
B.
Perumusan Masalah
.............................................. 1
BAB II PEMBAHASAN MASALAH ................................................ 2
A.
Memberikan pemahaman tentang Mesir kuno..............................
2
B.
Mengetahui peninggalan Mesir kuno ...........................................
2
2.1 Piramid..............................
.............................. ....................... 2
2.2 Sphinx (patung
manusia berbadan singa)............................... 2
2.3
Hieroglif…………………………………………………………………
2
2.4
Kuil ……………………………………………………………………... 2
C.
Mengetahui
Budaya Mesir Kuno.......................................... 3
3.1
Seni Bangun dan Seni Lukis……………………………. 3
3.2
Seni Patung dan Seni Lukis……………………………... 3
3.3 Kehidupan
sehari-hari……………………………………..3
3.4 Masakan……………………………………………………..3
3.5 Arsitektur……………………………………………………..3
3.6 SENI …………………………………………………………3
3.7 Agama dan
kepercayaan…………………………………..3
3.8 Adat pemakaman
3.9 Militer
BAB III PENUTUP
................................................ 5
A.
Kesimpulan
................................. 5
B.
Saran
......................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Mesir pada jaman dahulu merupakan daerah yang terisolasi,
menurut kajian daerah daerah Mesir sulit dijangkau dari daratan, daerah bagian
timur Mesir adalah laut merah. Setelah dibatasi oleh laut keadaan alam timur
Mesir merupakan gurun pasir yang gersang. Daerah selatan adalah Nubia, jaman
dahulu merupakan daerah hutan Afrika yang lebat bergunung-gunung. Banyank
binatang buas yang hidup di daerah tersebut, seperti gunung-gunung dan singa.
Bagian barat Mesir merupakan gurun pasir yang luas dengan gunung-gunung karang,
daerah ini dulu dihuni oleh orang-orang liar dan srigala padang pasir, singa
dan ular cobra. Daerah utara agak lebih ramah sedikit merupakan daerah laut
pantai tengah atau Mediterania. Jalan masuk paling mudah
melalui hilir sungai Nil yang terdapat banyak delta-delta, erjalanan dengan
perahu menyusuri sungai lebih mudah tetapi di muara itu juga hidup buaya-buaya
yang buas. Daerah Mesir yang paling ramah dan subur hanyalah sepanjang
jalurtepian sungai Nil. Sungai Nil merupakanjalur kehidupan masyarakat Mesir,
dari kehidupan sungai Nil ini kebudayaan mesir kuno muncul dan menjadi
kebudayaan terhebat di dunia (Lionel Casson: 1983, 11-13).
Untuk melihat asal-usul kebudayaan mesir dengan begitu mudah
dipelajari dari bukti-bukti sejarah yang ada. Mesir jaman dahulu disebut dengan
nama yang berbeda. Orng Yunani menyebut sebagai Auguiptos dan Agiptos,
orang Eropa menyebut sebagai Egypt atau Egyp.
Penduduk setempat dan orang-orng Libia menyebut dengan Khemi atau Khemet.
Oang Arab menyebut bangsa yang ada di sekitar sungai Nil sebagai orang Mesir
yang kemudian berubah menjadi Mesir. Khemi atau El Khemi dan Khemet atau El
Khemet sebutan untuk membedakan orang mesir yang menghuni dataran
rendah yang berwarna hitam karena lumpur humus yang subur dinamakan El
Khemet, dan daerah padang pasir yang berwarna merah jingga kekuningan
dinamakan El Khemit. Bagian dari daerah padang pasir yang
kering dan gersang, gunung karang yang kokoh dan keras, tepian sungai Nil yang
lembut subur dan menghidupi adalah jiwa dari budaya bangsa Mesir yang tercermin
dalam karya-karya seni rupa.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara
lain:
1.
Memberikan
pemahaman tentang Mesir kuno.
2.
Memberikan gambaran
mengenai Mesir kuno.
3.
Mengetahui peninggalan
Mesir kuno.
4.
Mengetahui budaya
budaya mesir kuno
.
BAB II PEMBAHASAN
A. Memberikan pemahaman tentang Mesir kuno
Kebudayaan Mesir termasuk kebudayaan yang tua
mulai bangit pada 4000 tahun sebelum Masehi, pada jaman 3200 sebelum Masehi di
Mesir telah ada kerajaan yang diperintah oleh paraPharao atau Firaun. Kerajaan
ini disebut sebagai dinasti awal dari kerajaan Mesir. Raja-raja yang berkuasa
di masa itu dapat dikenal dari fakta-fakta peninggalan antara lain: Raja Manes,
Aha, Jer, Den dan Persibsen (Joyce Milton: 1980, 12-13). Latar belakang dari
kerajaan ini adalah kepercayaan atau agama kuno orng Mesir yang memuja
dewa-dewa. Selain itu kepercayaan orng Mesir pada dinasti awal ini menjadi
dasar bagi perkembangan kebudayaan Mesir untuk masa selanjutnya. Agama mesir
percaya bahwa kehidupan itu akan mati, dan sesudah itu akan terjadi kebangitan
kembali. Orang Mesir membangun kuburannya bagaikan rumah atau istana yang
lengkap dengan segala perabotannya. Para raja tentunya juga membangun kuburan
yang bersifat monumental dan mewah. Dalam kehidupan yang baru setelah
dibangkitkan dari kematian orang masih akan membutuhkan keperluan seperti dalam
waktu keadaan hidup di dunia. Orang mati diberi bekal kubur berwujud keperluan
seperti layaknya orng hidup. Perlengkapan hidup sehari-hari, meja, kursi,
tempat tidur, tongkat, pakaian, alat makan minum, senjata, perhiasan, jimat dan
lain sebagainya disertakan dalam kubur (Lionel Casson: 1983, 71-92).
Seni rupa Mesir sangat erat hubungannya dengan
kekuasaan dan kepercayaan Mesir. Banyaknya karya seni monumental yang bersifat
kekuasaan dan keagamaan hadir memenuhi lembaran sejarah Mesir. Masa awal
dinasti mesir tidak lepas dari masa Pra Sejarah, karena perkembangan masa-masa
itu saling berkaitan yang sebenarnya, masa awal ini tidak begitu jelas kronologinya,
sehingga sulit untuk ditarik garis pemisahnya. Kebudayaan dinasti awal
diperkirakan sudah ada jaman sebelum berdiri tegaknya kuno. Berdasarkan
penemuan ahli arkheolog kebudayaan Mesir telah berkembang baik pada 4000 tahun
sebelum Masehi dan munculnya dinasti awal tidak dapat diketahui hanya secara
pikiran saja. Pada masa itu orng Mesir sudah melampaui jaman batu. Penemuan
bukti-bukti ditemukan pada masa peninggalan purbakala di daerah Badari, Negade,
El Amrah, El Gerze, dan Merinde. Penemuan-penemuan ini merupakan gambaran
kebudayaan dan kesenian mesir pada jaman Pra Sejarah sampai dinasti awal.
B. Memberikan gambaran mengenai Mesir kuno
Kerajaan kuno Mesir muncul dengan penguasa
para Firaun dari dinasti ke-3 sampai dinasti ke 8. Kerajaan kuno Mesir sudah
mempunyai ibukota yang tetap dan besar di kota Memphis sekarng dekat
Kairo. Para Firaun yang terkenal adalah Dejoser, Snefru, Khufu, Khafre,
Menkaure, Weserkaf, Sahure, Unas, Pepi I dan Pepi II (Joyce Milton: 1980,
13-14). Pusat pemerintahan keagamaan, kegiatan sosial, kegiatan kesenian
berpusat di ibukota kerajaan Memphis. Pada kerajaan kuno ini mulai muncul karya
seni rupa yang semakin lama semakin besar dan indah, bertitik tolak dari jaman
ini Mesir mencapai puncak-puncak kebesaran seninya.
Peninggalan Mesir jaman kerajaan kuno yang
paling banyak adalah arsitektur, terutama bangunan kuburan. Bangunan kuburan
berbentuk Mastaba dan Piramida, bangunan lain adalah kuil tempat pemujaan dewa.
Bangunan ini dibuat dari batu alam yang baik, karna daerah Mesir kaya dengan
batu-batuan. Alam Mesir menghasilkan batu Garnit, Bazalt, Pualam (marmer), batu
kapur, diorit dan lain-lain. Batuan Mesir merupakan batu yang baik dipakai
untuk bahan bangunan. Pada masa ini muncul bangunan besar-besar dengan bahan batu
alam yang bersifat monumental. Karya arsitektur yang besar pada jaman ini
adalah kuburan raja Djoser yang berwujud piramid berjenjang. Dan beberapa
kuburan Mastabayang ukuranya cukup besar. Kuburan-kuburan raja mulai dibangun
secara mudah dan megah, tahan lama. Sebaliknyabangunan istana atau rumah tidak
banyak ditemukan, karena dibangun dari bangunan yang kurang tahan lama seperti
kayu, batu yang tidak tahan lama. Maka peninggalan pada kerajaan kuno ini
jarang ditemukan bekas bangunan rumah atau istana. Peninggalan arsitektur
kerajaan kuno sebagian adalah kuburan. Kuburan bagi orang Mesir dianggap
penting karena digunakan untuk mati, berarti tidur yang panjang menunggu saat
kebangkitan kembali, kuburan merupakan rumah yang abadi. Dalam kuburan orang
Mesir ini dapat juga diketemukan berbagai benda seni yang disertakan sebagai
bekal kubur. Dalam kuburan terdapat jenasah orang yang telah meninggal,
dimasukan dalam peti mati (Sarchopagus) terbuat dari kayu yang merupakan patung
potret dari orang yang meninggal itu. Peti mati bagi raja-raja dibuat dengan
segala kemewahan, dipalut logam mulia atau dilapis lempengan emas murni. Sarchopagus dipahat
seperti keadaan wujud jenasah manusia yang meninggal (Joyce Milton: 1980,
84-85)
C. Mengetahui peninggalan Mesir kuno
1.1 PIRAMID
Piramida Mesir adalah sebutan untuk
piramida yang terletak di Mesir yang dikenal sebagai "negeri piramida"
sekalipun ditemukan situs piramida dalam jumlah besar di Semenanjung Yucatan
yang merupakan pusat peradaban Maya.
Di Mesir umumnya piramida digunakan sebagai makam
raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun. Namun demikian, berabad
abad lalu piramida sering digunakan sebagai sasaran penjarahan dan perampok
makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya dan segala macam artefak
guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan dengan semacam kutukan-kutukan
untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja mesir kuno berikutnya, makam
raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada lembah yang tersembunyi seperti
halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan secara utuh dan lengkap.
Piramida pun tidak dibuat sembarangan. Para
insinyur Mesir kuno menghitung dulu jarak piramida dengan matahari, karena
matahari adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan masyarakat Mesir
kuno. Ilmuwan masa kini pun mengakui kehebatan mereka dalam membangun piramida
yang termasuk tujuh keajaiban dunia ini. Waktu, harta, dan tenaga yang
dikeluarkan demi pembangunan piramida pun luar biasa banyaknya. Pembangunan
piramida membutuhkan waktu sekitar dua puluh tahun dan mempekerjakan lebih dari
sepuluh ribu budak, dan banyak yang nyawanya melayang. Piramida terbesar berada
di Giza.
1.2 Lokasi Piramida
Lokasi piramida di Mesir ditemukan di daerah
1.
Giza atau Gizeh,
2.
Abu Simbel
3.
Saqqara
4.
Abusir
2.1 Sphinx
(patung manusia berbadan singa)
Sphinx merupakan patung singa
berkepala manusia diyakini merupakan kepala Khufu. Sphinx adalah
patung monumental, patung kerajaan pertama yang benar-benar kolosal di Mesir,
dikenal sebagai The Great Sphinx of Giza, adalah simbol nasional Mesir, baik
kuno dan modern. Ini telah mengaduk imajinasi penyair, sarjana, petualang
dan wisatawan selama berabad-abad dan telah juga menginspirasi banyak spekulasi
tentang umurnya, artinya, dan rahasia yang mungkin terkandung di dalamnya.
Kata “sphinx”, yang berarti ‘pencekik’, pertama
kali diberikan oleh orang Yunani untuk makhluk luar biasa yang memiliki kepala
seorang wanita, tubuh singa dan sayap burung. Di Mesir, ada banyak patung
sphinx, yang biasanya dengan kepala seorang raja mengenakan topi dan tubuh
singa.
The Great Sphinx diyakini menjadi patung batu
yang paling besar di putaran abad yang pernah dibuat oleh manusia. Namun,
harus dicatat bahwa Sphinx bukan sebuah monumen terisolasi dan bahwa hal itu harus
diuji dalam konteks lingkungannya. Secara khusus, seperti banyak monumen
Mesir, adalah sebuah kompleks yang terdiri tidak hanya dari patung besar itu
sendiri, tetapi juga kuil tua, sebuah kuil Kerajaan Baru dan beberapa struktur
kecil lainnya. Hal ini juga berkaitan erat dengan Khafre’s Valley Temple,
yang tempat itu sendiri memiliki empat patung kolosal sphinx yang
masing-masing lebih dari 26 meter.
Sphinx
menghadap ke matahari terbit dengan sebuah kuil ke depan candi yang menyerupai
matahari yang kemudian dibangun oleh raja-raja dari dinasti ke-5. Singa
adalah simbol matahari pada tempat di lebih dari budaya dekat Timur
kuno. Kepala manusia melambangkan kerajaan pada tubuh singa melambangkan
kuasa, dan kekuatan, dikendalikan oleh kecerdasan firaun, penjamin dari tatanan
kosmik, atau ma’at. Itu adalah simbolisme bertahan selama dua setengah
milenium dalam ikonografi peradaban Mesir.
Kepala
dan wajah Sphinx tentu mencerminkan gaya yang milik Kerajaan Mesir Lama, dan
Dinasti 4 pada khususnya. Bentuk keseluruhan wajahnya lebar, hampir
persegi, dengan dagu yang luas. The hiasan kepala (dikenal sebagai ‘-kain
kepala Nemes’), dengan perusahaan lipat dari atas kepala dan pesawat segitiga
di belakang telinga, kehadiran kerajaan ‘kobra uraeus’ pada alis, perawatan
mata dan bibir semua bukti bahwa Sphinx terukir selama periode ini.
Ada
sebuah lubang di bagian atas kepala, sekarang diisi, bahwa setelah memberikan
dukungan untuk hiasan kepala tambahan. Penggambaran Sphinx dari akhir
zaman Mesir kuno menunjukkan mahkota atau bulu di atas kepala, tapi ini tidak
merupakan bagian dari desain asli. Bagian atas kepala sphinx lebih datar,
bagaimanapun, begitulah bentuk dari patung sphinx Mesir
Tapi
tentunya sphinx tidak dirancang untuk tampil tanpa hidung. Sebagai sebuah karya
monumental, dulunya sosok sphinx dibangun lengkap dengan “hidung” dan segala
aksesorisnya. Berkepala manusia (wanita), berbadan singa dan bersayap. Tak
diketahui pasti alasan menghilangnya hidung sphinx. Tetapi beberapa kalangan
percaya, sphinx kehilangan hidungnya sekitar 400 tahun yang lalu.. Antara tahun
1816 – 1817
2.2 Hieroglif
Hieroglif Mesir
(pengucapan Hieroglif, dari Yunani = “ukiran suci”, dalam Bahasa
Inggris hieroglyphic) adalah sistem tulisan formal yang digunakan masyarakat
Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet.
Hieroglif Mesir merupakan salah satu
sistem penulisan paling tua yang dikenal manusia.
Beberapa dari tulisan tersebut
berasal dari tahun 3000 sebelum masehi dan telah digunakan oleh bangsa Mesir
selama lebih dari 3000 tahun.
Etimologis
Berdasarkan kamus, arti dari
hieroglif adalah tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan
lambang dalam bentuk manusia, hewan, atau benda; dan lambang tulisan
(menyerupai gambar paku) yang bersifat rahasia atau teka-teki yang sukar dibaca
atau dipahami maknanya.
Disebut hieroglif karena ketika
orang Yunani pertama kali melihat tulisan itu, mereka yakin bahwa tulisan
tersebut merupakan tulisan pendeta yang memiliki makna dan tujuan yang suci.
Kata hieroglif berasal dari kata sifat bahasa Yunani yaitu hieroglyphikos,
gabungan dari hierós (keramat atau suci) dan glýpho (ukiran, pahatan, atau
glyphs).
Kata glyphs sendiri merujuk pada
"tà hieroglyphikà grámmata" (kesusastraan ukir pahat). Kata
hieroglyph dalam bahasa Inggris dijadikan kata benda, menggantikan arti kata
hieroglif yang sebenarnya. Yang seharusnya seperti dalam kalimat sebelumnya,
kata hieroglyphic merupakan sebuah kata sifat, namun sering terjadi kekeliruan
dalam penggunaan kata hieroglyph sebagai sebuah kata benda.
Sistem Penulisan
Penulisan hieroglif dapat dimulai
dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,
tetapi biasanya dimulai dari kanan ke kiri (seperti dalam penulisan Arab,
walaupun dalam penulisan formal zaman sekarang ini menggunakan kiri ke kanan).
Jenis Hieroglif
Hieroglif terdiri dari tiga macam
glyph yaitu phonetic glyphs, termasuk karakter satu konsonan yang berfungsi
seperti abjad, logographs; dan semagram (simbol semantik yang menentukan
makna), yang membatasi arti dari logographic atau kata-kata fonetis.
2.3Kuil
Dari segi arsitektur, sebagai kuil mempunyai elemen-elemen penting, yakni Pylon (tiang batu besar dan tinggi di depan kuil), pintu masuk dengan bangunan gapura besar yang dilengkapi tiang bendera, halaman yang dikelilingi tembok, aula dengan deretan kolom besar dan altar.
Sebelum
pylon ditempatkan sepasang monumen batu besar yang disebut dengan obelisk.
Pada
masa dinasti ke-4 sampai dinasti ke-12, terdapat beberapa kuil yang dibangun,
seperti :
- Kuil Edfu di Tebes
- Kuil Amen di Luxor
- Kuil Amen di Karnak
- Kuil Abu Simbel yang dibangun
Raja Ramses II.
Adapun
kuil Deir El Bahri yang terletak di lembah di dekat Tebes, kuil ini dilengkapi
dengan 3 teras besar, langit-langit di bagian ruang tengah yang luas itu
disanggu beberapa tiang dari batu kapur dan dilengkapi dengan realif dan
lukisan.
Bentuk
bangunan dengan kolom-kolom seperti kat”Proto-Doric” atau bentuk seni bangun
gaya Doria awal.
Dari
segi arsitektur yang paling menarik adalah penggunaans kolom dengan
bermacam-macam jenis, yakni jenis menara, kolom bunga lotus, Kolom bunga lotus
sederhana, kolom daun palm dan kolom kepala Hathor.
D.
Mengetahui Budaya Mesir Kuno
Seni Bangun dan Seni Lukis
Seni bangun, seperti piramida, kuil dan istana serta seni rupa, seperti pahat dan lukis berkembang mencapai puncaknya. Salah satu seni bangun Mesir kuno yang sampai sekarang masih terkenal adalah Piramida. Para sarjana mencatat tidak kurang dari 30 piramida yang telah ditemukan tapi hanya 3 buah di wilayah Giza yang relatif masih lengkap.
Seni bangun, seperti piramida, kuil dan istana serta seni rupa, seperti pahat dan lukis berkembang mencapai puncaknya. Salah satu seni bangun Mesir kuno yang sampai sekarang masih terkenal adalah Piramida. Para sarjana mencatat tidak kurang dari 30 piramida yang telah ditemukan tapi hanya 3 buah di wilayah Giza yang relatif masih lengkap.
Piramida
besar Kufu, tingginya 480 kaki, atau kira-kira 14,5 meter lebar 750 kaki atau kira-kira
25 Meter. Piramida ini dibangun diatas tanah seluar hampir 5 Ha.
Untuk
membangunnya diperlukan 2,3 juta batu dalam bentuk balok yang masing-masing
balok beratnya 2,5 ton.
Bagian
dalam piramida yang tersusun dari batu kapur berwarna kekuning-kuningan itu
terdapat dua bilik (bilik untuk makam raja dan untuk makam ratu)
Makam
ini juga dibangun dari tumpukan batu-batu yang disebut Mastaba.
Selain
Mastaban juga terdapat monumen yang disebut Sphink. Monumen ini dianggap
sebagai simbol kekuasaan raja.
Seni
Patung Dan Seni Lukis
Dari
kepercayaaan Mesir, muncul bentuk-bentuk patung, dewa, raja dan pendeta.
Patung-patung kolosal masih terus diproduksi. Akan tetapi patung-patung
berukuran kecil dengan bahan kayu atau batu banyak mendapat perhatian. Para
seniman patung masa itu menaruh perhatian pada detail sekitar wajar, misalnya
Patung Rohatep dan nofrat.
Pada
masa kekuasaan dinasti ke-5 muncul seni patung kepala dari bahan kayu, patung
ini sekaligus menunjukkan kebebasan seniman patung dalam berekspresi dan
menentukan objeknya. Kehalusan penggarapannya dan diteil sangat jelas terlihat
dalam patung ini.
Pada
masa kekuasaan dinasti ke-3 muncul patung dada. Pada masa itu para seniman
patung tidak saja memperkenalkan jenis patung baru, akan tetapi juga mulai
mempergunakan bermacam-macam warna untuk pewarnaan patung batu seperti pada
patung ratu Hatseput. Banyak sarjana barat yang mengakui kelebihan bangsa Mesir
kuno. Tulisan Mesir kuno yang berupa gambar yang masing-masing gambar memiliki
arti dan bungi (hieroglif), ilmu ukur (matematika). Sistem pengairan anatomi,
kedokteran, seni bangunan, senirupa dan sistem kalender telah mempengaruhi
kebudayaan Eropa.
Kehidupan sehari-hari
Patung yang
menggambarkan kegiatan masyarakat kecil Mesir Kuno.
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai
petani. Kediaman mereka terbuat dari tanah
liat yang didesain untuk menjaga udara tetap
dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur
itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk
membuat roti Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan
hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh
dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk duduk dan tidur.
Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai penampilan
dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan menggunakan sabun
yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki bercukur untuk menjaga
kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk mengharumkan dan
menyegarkan kulit Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang diberi warna
putih, baik wanita maupun pria di kelas yang lebih elit menggunakan wig,
perhiasan, dan kosmetik. Anak-anak tidak mengenakan pakaian hingga mereka dianggap
dewasa, pada usia sekitar 12 tahun, dan pada usia ini laki-laki disunat dan
dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga anaknya, sementara sang ayah bertugas
mencari nafkah.
Musik dan tarian menjadi hiburan yang paling
populer bagi mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang
digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet
juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal,
tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia. Mereka juga
menggunakan sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara
keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai macam
hiburan, permainan dan musik, salah satunya adalah Senet, permainan papan yang
bidaknya digerakkan dalam urutan acak. Selain itu mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan
menggunakan bola juga sering dimainkan anak-anak, juga permainan gulat
sebagaimana digambarkan dalam makam Beni Hasan.[111] Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan
berlayar untuk hiburan.
Masakan
Masakan Mesir cenderung
tidak berubah selama berabad-abad; Masakan Mesir modern memiliki banyak
persamaan dengan Masakan Mesir Kuno. Makanan sehari-hari biasanya mengandung
roti dan bir, dengan lauk berupa sayuran seperti bawang merah dan bawang putih,
serta buah-buahan berbentuk biji dan ara. Wine dan daging biasanya hanya
disajikan pada perayaan tertentu, kecuali di kalangan orang kaya yang lebih
sering menyantapnya. Ikan, daging, dan unggas dapat diasinkan atau dikeringkan,
serta direbus atau dibakar.
Arsitektur
Kuil Edfu adalah
salah satu hasil karya arsitektur bangsa Mesir Kuno.
Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal
antara lain: Piramida Giza dan kuil di Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah
untuk tujuan religius, sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan
kekuasaan firaun. Bangsa Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan peralatan
sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
Kediaman baik untuk kalangan elit maupun masyarakat biasa
dibuat dari bahan yang mudah hancur seperti batu bata dan kayu, karenanya tidak
ada satu pun yang terisa saat ini. Kaum tani tinggal di rumah sederhana, di
sisi lain, rumah kaum elit memiliki struktur yang rumit. Beberapa istana
Kerajaan Baru yang tersisa, seperti yang terletak di Malkata dan Amarna, menunjukkan tembok dan lantai yang dipenuhi hiasan dengan
gambar pemandangan yang indah. Struktur penting seperti kuil atau makam
dibuat dengan batu agar dapat bertahan lama.
Kuil-kuil tertua yang tersisa, seperti yang terletak di
Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap yang didukung
oleh pilar. Pada Kerajaan Baru, arsitek menambahkan pilon, halaman terbuka, dan ruangan hypostyle; gaya ini bertahan hingga periode
Yunani-Romawi. Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan
adalah mastaba,
struktur persegi panjang dengan atap datar yang terbuat dari batu dan bata.
Struktur ini biasanya dibangun untuk menutupi ruang bawah tanah untuk menyimpan
mayat.
SENI
Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni
untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman mengikuti bentuk artistik dan
ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan Lama. Aliran ini memiliki
prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk aliran ini tidak
mudah berubah dan terpengaruh aliran lain. Standar artistik—garis-garis
sederhana, bentuk, dan area warna yang datar dikombinasikan dengan
karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman spasial—menciptakan rasa
keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya. Perpaduan antara teks dan
gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan kuil, peti mati, maupun
patung.
Seniman Mesir Kuno dapat menggunakan batu dan kayu sebagai
bahan dasar untuk memahat. Cat didapatkan dari mineral seperti bijih besi
(merah dan kuning), bijih perunggu (biru dan hijau), jelaga atau arang (hitam),
dan batu kapur (putih). Cat dapat dicampur dengan gum
arab sebagai pengikat dan ditekan (press),
disimpan untuk kemudian diberi air ketika hendak digunakan. Firaun
menggunakan relief untuk
mencatat kemenangan di pertempuran, dekrit kerajaan, atau peristiwa religius.
Di masa Kerajaan Pertengahan, model kayu atau tanah liat yang menggambarkan
kehidupan sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di makam. Sebagai usaha
menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model ini diberi
bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer.
Meskipun bentuknya hampir homogen, pada waktu tertentu gaya
karya seni Mesir Kuno terkadang mengikuti perubahan kultural atau perilaku
politik. Setelah invasi Hykos di Periode Pertengahan Kedua, seni dengan
gaya Minoa ditemukan
di Avaris.
Salah satu contoh perubahan gaya akibat adanya
perubahan politik yang menonjol adalah bentuk artistik yang dibuat pada masa
Amarna: patung-patung disesuaikan dengan gaya pemikiran religius Akhenaten. Gaya ini, yang dikenal sebagai seni Amarna, langsung diganti dan dibuah ke bentuk tradisional setelah
kematian Akhenaten.
Agama dan kepercayaan
Buku Kematian adalah panduan perjalanan untuk kehidupan setelah kematian.
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan adanya
kehidupan setelah kematian dipegang secara turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh
dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat untuk meminta
perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik;
orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan
amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.
Patung Ka dipercaya
dapat menjadi tempat bersemayam bagi mereka yang telah meninggal.
Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil yang
dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung
dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada
hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh
masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi di rumah
masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari
marabahaya. Setelah Kerajaan Baru, peran firaun sebagai perantara
spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk memuja
langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem ramalan
(oracle) untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada
masyarakat.
Masyarakat mesir percaya bahwa setiap manusia
terdiri dari bagian fisik dan spiritual. Selain badan, manusia juga
memiliki šwt (bayangan), ba (kepribadian atau
jiwa), ka (nyawa), dan nama. Jantung dipercaya
sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek spiritual akan
lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka membutuhkan tubuh
fisik mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai tempat untuk pulang.
Tujuan utama mereka yang meninggal adalah menyatukan kembali ka dan ba dan
menjadi "arwah yang diberkahi." Untuk mencapai kondisi itu, mereka
yang mati akan diadili, jantung akan ditimbang dengan "bulu
kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah diperbolehkan tetap tinggal
di bumi dalam bentuk spiritual.
Makam firaun dipenuhi
oleh harta karun dalam jumlah yang sangat besar, salah satunya adalah topeng
emas dari mumiTutankhamun.
Adat pemakaman
Orang Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat
pemakaman yang diyakini sebagai kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah
kematian. Berbagai kegiatan dalam adat ini adalah : proses mengawetkan
tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman, dan penguburan mayat
bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat. Sebelum periode
Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini secara
alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan
kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum
miskin yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya.
Orang kaya mulai menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka
memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal,
membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam sarkofagus
berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada permulaan dinasti
keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara
terpisah dalam toples kanopik.
Anubis adalah dewa pada
zaman mesir kuno yang dikaitkan dengan mumifikasi dan ritual pemakaman. Pada
gambar ini ia sedang mendatangi seorang mumi.
Pada periode Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno
telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik terbaik pengawetan mumi memakan
waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut secara bertahap
dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui hidung,
dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron.
Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut
disisipkan jimat pelindung, mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang
disebut antropoid. Mumi periode akhir diletakkan pada laci besar cartonnage
yang telah dicat. Praktik pengawetan mayat asli mulai menurun sejak zaman
Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat mesir kuno lebih
menitikberatkan pada tampilan luar mumi.
Orang kaya Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang
lebih banyak. Tradisi penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai bekal
almarhum juga berlaku pada semua masyarakat tanpa memandang status sosial. Pada
permulaan Kerajaan Baru, buku kematian ikut disertakan di kuburan, bersamaan dengan patung shabti yang dipercaya akan membantu pekerjaan mereka di
akhirat. Setelah pemakaman, kerabat yang masih hidup diharapkan untuk sesekali
membawa makanan ke makam dan mengucapkan doa atas nama almarhum.
DAFTAR
PUSTAKA:
7.