Masihkah
kita ?
Abdiyana Ihsan
Terlihat sebuah
benda yang berbentuk kotak yang terbungkus kain putih di tengah panggung. Dipinggir
kanan panggung terlihat Orang 2 sedang tidur bermalas-malasan. Dipingir kiri terdapat
sebuah bangku kosong. Orang 1 datang dengan membawa sebuah tas. Orang 1 melirik
sejenak kearah Orang 2 , kemudian menghampiri dan membangunkan Orang 2.
Orang 1 :
Hei ,
bangun. Hari sudah siang. Tidak kah kamu berangkat kerja?
Setengah
sadar dari tidurnya orang 2 menjawab.
Orang 2 :
Kerjaaa? Kerja
apa?
Orang 1 :
Apa saja
yang bisa kamu kerjakan.
Orang 2
bangun tapi masih malas-malasan.
Orang 2 :
Aku sulit mendapatkan
pekerjaan. Aku tak punya kepandaian satu pun. Aku tak bisa menghasilkan uang
banyak.
Orang 1:
Jadi, kamu
bekerja hanya untuk uang banyak?
Orang 2:
Ya
haruslah. Kalau bukan karena uang banyak, kenapa kita harus susah – susah mencari
pekerjaan?
Orang 1:
Lah , itu letak
kesalahanmu. Pantas saja kamu belum mendapatkan pekerjaan. Bekerja itu bukan
karena uang, tapi karena hati. Kalau sudah karena hati, uang akan mengalir dengan
sendirinya.
Orang 2:
Ahh , kamu
ini seperti petinggi partai saja. Pidato di pagi buta seperti ini. lebih baik
aku tidur lagi.
Orang 1:
Hehh..
lihat ini sudah siang, matahari nya sudah tinggi. Ayo bangun, cari kerja. Kalau
kamu begini terus, sama halnya kamu korupsi waktu. Kamu tidak memanfaatkan dengan
benar waktu yang di berikan padamu
Orang 2:
Sudaaaaaahlaaah.
Kamu sajalah sana!
Orang 2
tidur lagi. Orang 1 beranjak pergi kemudian berjalan melewati benda ditengah
panggung. Orang 1 berhenti tepat disamping benda. Dia memperhatikan seksama benda
itu. kemudian Orang 1 kembali ke tempat
Orang 2.
Orang 1 :
Hei , ayo
bangun.
Orang 2 :
Ada apa
lagi kamu menggangguku?
Orang 1 :
Aku punya pekerjaan
untuk kita berdua.
Orang 2 :
Apa , apa ,
apa? Cepat katakan pekerjaan apa?
Orang 1 :
Lihat benda
itu (menunjuk kearah benda di tengah panggung). Benda itu terlihat sangat kusam
dan kurang menarik. Padahal benda itu adalah satu satu nya warisan untuk kita.
Ayo kita buat indah benda itu.
Orang 2:
Hah? Kamu
gila ya? Kita akan dapat uang darimana kalau hanya membuat indah benda itu?
Dari pemerintah? Itu tidak mungkin. Pemerintah tidak akan peduli dengan rakyat
kecil seperti kita , mereka sibuk saling memperebutkan kekuasaan.
Orang 1:
Huh kamu
ini, uang uang dan uang lagi. Sudahlah, kamu mau membantuku atau tidak?
Orang 2:
Aku pikir
pikir dulu sambil tidur ya.
Orang 1
akhirnya mendekati benda di tengah panggung sendirian.
Orang 1 :
Benda ini kelihatan
sangat kusam,rupanya sudah lama menjadi pajangan. Tidak ada yang merawat. Menyentuh
pun tidak. Padahal benda ini adalah satu
satunya warisan yang kita miliki. Kalau bukan kita yang merawatnya , siapa
lagi?
Orang 1
mulai memperindah benda tersebut dengan cara memberi sentuhan lukisan dan memberi
sedikit pernak pernik. Orang 3 masuk dengan membawa alat kecantikan. Orang 3
duduk di bangku kosong , kemudian dia bersolek diri. Orang 1 menyadari kedatangan
Orang 3. Kemudian Orang 1 menghampiri Orang 3.
Orang 1:
Kamu mau kemana?
Orang 3:
Tidak kemana-mana.
Orang 1:
Lantas, mengapa
kamu merias diri?
Orang 3:
Aku ini
tidak ingin kelihatan jelek. Aku harus tetap kelihatan cantik. Kalau aku cantik
banyak orang kelas atas yang melirikku. Kalau orang atas itu jatuh hati padaku,
aku akan dinikahinya. Lalu aku akan kaya dan aku lepas dari kemiskinan yang melekat
padaku selama ini. Maka dari itu aku harus merias diri terus.
Orang 1:
Kamu ingin
menjadi orang kaya?
Orang 3:
Jelaslah. Semua
orang pasti ingin kaya.
Orang 1:
Tapi aku
tidak. Aku hanya ingin bahagia.
Orang 3:
Nah,
bahagia itu akan datang kalau kita kaya.
Orang 1:
Kata siapa?
Banyak kok orang kaya yang hidupnya tidak bahagia. Bahagia itu datang kalau
kita bisa bersyukur atas semua yang telah di berikan tuhan untuk kita.
Orang 3:
Tapi aku
tidak bahagia atas kemiskinan yang diberikan tuhan padaku.
Orang 1:
Astaghfirullah.
Sadarlah. Kamu tidak bahagia karena kamu belum bisa bersyukur dengan benar.
Orang 3:
Ahhh
sudahlah. Intinya aku bahagia kalau aku sudah kaya.
Orang 1:
Yasudah,
aku tidak bisa memaksa pikiranmu. Oh iya, mau kah kamu membantuku untuk membuat
indah benda itu? Benda itu adalah salah satunya benda berharga milik kita bersama
loh.
Orang 3:
Aku masih
sibuk membuat indah diriku sendiri. Kalau nanti sudah selesai, mungkin aku bisa
membantu.
Orang 1:
Yasudah. Terimakasih.
Orang 1 kembali
ketempat benda di tengah panggung, orang 3 kembali melanjutkan bersolek diri.
Datanglah Tuan dan Nona ketengah panggung.
Nona:
Sayang,
kita suda berada di tempat yang kita tuju.
Tuan:
Iya sayang.
Tempat ini tujuan kita jauh jauh datang dari asal kita.
Nona:
Benar
sayang. Lihat benda itu sayang (menunjuk benda di tengah panggung). Benar benda
itu kan?
Tuan:
Iya sayang.
Tidak salah lagi. Ayo sayang kita tidak usah membuang waktu.
Tuan dan
Nona mendekati Orang 1.
Tuan:
Permisi.
Apakah anda pemilik benda ini?
Orang 1 :
Iya tuan. Lebih
tepatnya , benda ini adalah milik orang – orang di daerah ini.
Nona:
Kalau boleh
tahu, ini benda apa ya?
Orang 1:
Ini adalah
benda yang sangat berharga buat kami. Ini adalah satu satu nya warisan dari leluhur
kami Nona.
Tuan:
Bendanya
sudah sangat kusam. Sudah berumur sangat lama ya?
Orang 1:
Iya tuan. Benda
ini sudah berumur puluhan tahun.
Tuan melirik
kearah Nona, kemudian Tuan memberi kode pada Nona dengan kedipan mata. Nona menghampiri
Orang 1. Nona memegang tangan Orang 1.
Nona :
Mmmh begini
tuan. Benda itu kan berumur sangat lama. Kebetulan kami membutuhkan barang lama
untuk menjadi pengisi pameran benda kuno di tempat kami. Tuan.. Bolehkah kami meminta
benda ini?
Orang 1:
Maaf nona
(melepaskan tangannya) saya tidak bisa memberikan benda ini.
Tuan :
Maaf tuan ,
maksud kami benda ini akan kami beli.
Orang 1 :
Iya tuan
saya mengerti. Tapi saya tetap tidak bisa.
Nona :
Aaa ..
Tuan. Berapa pun nominal yang tuan mau, akan kami beli tuan.
Orang 1:
Tuan dan nona
, sekali lagi saya mohon maaf. Saya tidak bisa melepaskan benda ini. Bukan
nominal yang saya mau, tapi keutuhan benda ini. Benda ini adalah satu-satunya warisan
yang tak ternilai harganya. Jadi kami harus menjaga dan merawatnya dengan baik.
Mohon dimaklumi. Satu lagi, Saya harap tuan dan nona tidak memaksa saya lagi.
Tuan dan
Nona menjauh dari Orang 1, Orang 1 kembali melanjutkan aktivitasnya.
Tuan:
Ahh siaall...
Orang itu sangat keras pendiriannya.
Nona :
Bagaimana
ini sayang? Pokoknya kita harus mendapatkan benda itu.
Tuan:
Iya sayang.
Tenang. Kita harus mencari jalan lain untuk mendapatkan benda itu.
Tuan dan
Nona kemudian berfikir. Mereka mengedarkan pandangan kesekitarnya. Mata Nona tertumbuk
pada Orang 2, dan mata Tuan tertumbuk pada Orang 3. Kemudian mereka berhadapan
bersamaan.
Tuan dan
Nona :
Sayang ,
aku ada ide.
Tuan :
Kamu dulu
sayang.
Nona:
Kamu saja
dulu.
Tuan:
Ah
sudahlah, sepertinya ide kita sama. Bagaimana kalau kita langsung eksekusi?
Nona:
Delapan enam
sayang.
Tuan berjalan
menuju arah Orang 3, dan Nona berjalan menuju Orang 2. Nona dan Orang 2 diam mematung.
Tuan :
Nona, bolehkah
saya duduk didekat anda?
Orang 3 :
Boleh , boleh
tuan. Silahkan duduk disini.
Tuan dan
Orang 3 diam mematung. Nona membangunkan Orang 2.
Nona :
Tuan ,
bangun tuan.
Orang 2 perlahan
bangun. Melihat Nona disampingnya, orang 2 membuang kemalasannya.
Orang 2:
Nona siapa
ya?
Nona :
Maafkan
saya yang sudah membangunkan tuan.
Orang 2:
Tidak apa –
apa nona.
Nona:
Mengapa
tuan tidur di siang bolong seperti ini? Apakah tuan tidak pergi bekerja?
Orang 2 tersipu
malu.
Orang 2:
Orang seperti
saya sulit untuk mendapatkan pekerjaan Nona. Kalau pun ada pasti gajinya hanya
cukup untuk makan saja. maka dari itu lebih baik saya malas malasan saja nona.
Orang 2 dan
Nona diam mematung.
Tuan:
Nona cantik
sekali. Kenapa nona hanya sendirian?
Orang 3:
Ah tuan
bisa saja. Saya sendiri karena saya tidak mempunyai pasangan tuan.
Tuan:
Mengapa
tidak mencari pasangan nona?
Orang 3:
Sulit tuan.
Masalahnya saya ini ingin pasangan yang perfect. Tampan, Kaya, dan punya
Status. Yah , seperti model tuan gitu.
Tuan dan
Nona :
Kebetulan sekali.
Tuan/Nona bertemu dengan orang yang tepat. Saya siap membantu Tuan/Nona.
Tuan dan
Orang 3 diam mematung kembali.
Orang 2:
Maksud nona
bagaimana?
Nona:
Yah , saya
siap membantu tuan menjadi orang kaya.
Nona dan
Orang 2 diam mematung.
Orang 3:
Maksud tuan
bagaimana?
Tuan:
Saya masih
single, kebetulan saya sedang mencari pasangan hidup.
Orang 2 dan
Orang 3 :
Yang benar
? Tuan/Nona tidak bercanda.
Tuan dan
Nona :
Kami serius.
Tapi ada syaratnya?
Orang 2 dan
Orang 3 :
Apa
tuan/nona?
Tuan dan
Orang 3 diam mematung.
Nona:
Saya bisa menjadikan
tuan sebagai pimpinan utama di perusahaan kami yang sudah terkenal
dimana-mana,tapi ..
Nona dan
Orang 2 diam mematung.
Tuan :
Saya akan mempersunting
nona. Dan nona akan saya nikahi. Nona akan menjadi seorang istri dari pengusaha
terkenal, tapi ..
Tuan dan
Nona:
Tuan/nona
harus memberikan kepada saya benda itu (menunjuk kearah benda di tengah
panggung).
Orang 2 dan
Orang 3 :
Hanya itu ?
Tuan dan
Nona:
Iya.
Tuan dan
Nona diam mematung, Orang 2 dan Orang 3 menghampiri orang 1.
Orang 2 dan
Orang3 :
Kang, bolehkan
saya membantu?
Orang 1:
Kenapa
kalian tiba – tiba ingin membantu saya?
Orang 3:
Begini
kang, sebaiknya benda ini saya simpan saja.
Orang 2:
Loh kang, sebaiknya
saya saja yang menyimpannya.
Orang 3:
Loh , mengapa
kamu ikut ikutan aku?
Orang 2:
Tapi aku
yang mempunyai ide lebih dahulu. Dan aku lebih tua darimu. Jadi aku yang lebih
berhak.
Orang 3:
Tidak bisa
begitu
Orang 1:
Diam ! Mengapa
kalian malah berdebat? Kita simpan dan rawat secara bersama-sama.
Orang 2:
Lebih aman
di simpan di tempat saya saja kang.
Orang 3:
Ditempat
saya lebih terjamin kang.
Orang 2:
Kamu menantangku?
Orang 3:
Terserah.
Orang 2 dan
orang 3 bergerak kearah benda, dan mulai berebut satu sama lain.
Orang 1:
Hei ,
kalian mau apa? (orang 1 melihat keadaan sekitar). Aku tau apa penyebab semua
ini.
Orang 1 bergerak
kedepan menghampiri Tuan dan Nona, sementara Orang 2 dan Orang 3 masih berebut
benda.
Orang 1:
Hei ,
kalian ! saya tahu. Ini semua ulah kalian.
Tuan:
Maksud
tuan?
Nona:
Iya tuan ,
apa maksud tuan?
Orang 1:
Sudahlah ,
jangan berkilah. Kalian ingin merebut warisan milik kami kan? Kalian tidak bisa
membujuk saya, akhirnya kalian memanfaatkan kedua saudara saya. Sudah cukup jelas.
Saya ingin kalian pergi dari tempat ini sekarang juga.
Tuan dan
Nona:
Tapi ...
Orang 1 :
Pergiiiiii
!!!!!
Tuan dan
Nona pergi. Benda itu rusak. Kainnya robek. Didalam kotak terlihat bendera merah
putih, yang kemudian benderanya tergeletak di tanah. Orang 2 dan Orang 3 diam terpaku.
Orang 1 :
Lihat ulah kalian.
Kotaknya rusak. Dan ini (mengambil bendera) menjadi kotor gara- gara kalian.
Orang 2 dan
Orang 3:
Maafkan
kami kang.
Orang 1:
Kata maaf belum
cukup kalau kalian belum berbenah. Mari kita berbenah diri bersama.
Orang 2 dan
Orang 3 berkumpul ditempat Orang 1. Mereka membetulkan bendera secara bersama.
Orang 1 :
Disana tempat lahir beta
Orang 2 dan
Orang 3:
Dibuai dibesarkan bunda
Semua:
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata
Sampai akhir menutup mata
-selesai-