Jumat, 20 Februari 2015

contoh Naskah Drama singkat

Masihkah kita ?
Abdiyana Ihsan


Terlihat sebuah benda yang berbentuk kotak yang terbungkus kain putih di tengah panggung. Dipinggir kanan panggung terlihat Orang 2 sedang tidur bermalas-malasan. Dipingir kiri terdapat sebuah bangku kosong. Orang 1 datang dengan membawa sebuah tas. Orang 1 melirik sejenak kearah Orang 2 , kemudian menghampiri dan membangunkan Orang 2.

Orang 1 :
Hei , bangun. Hari sudah siang. Tidak kah kamu berangkat kerja?

Setengah sadar dari tidurnya orang 2 menjawab.

Orang 2 :
Kerjaaa? Kerja apa?

Orang 1 :
Apa saja yang bisa kamu kerjakan.

Orang 2 bangun tapi masih malas-malasan.

Orang 2 :
Aku sulit mendapatkan pekerjaan. Aku tak punya kepandaian satu pun. Aku tak bisa menghasilkan uang banyak.

Orang 1:
Jadi, kamu bekerja hanya untuk uang banyak?

Orang 2:
Ya haruslah. Kalau bukan karena uang banyak, kenapa kita harus susah – susah mencari pekerjaan?

Orang 1:
Lah , itu letak kesalahanmu. Pantas saja kamu belum mendapatkan pekerjaan. Bekerja itu bukan karena uang, tapi karena hati. Kalau sudah karena hati, uang akan mengalir dengan sendirinya.

Orang 2:
Ahh , kamu ini seperti petinggi partai saja. Pidato di pagi buta seperti ini. lebih baik aku tidur lagi.

Orang 1:
Hehh.. lihat ini sudah siang, matahari nya sudah tinggi. Ayo bangun, cari kerja. Kalau kamu begini terus, sama halnya kamu korupsi waktu. Kamu tidak memanfaatkan dengan benar waktu yang di berikan padamu

Orang 2:
Sudaaaaaahlaaah. Kamu sajalah sana!

Orang 2 tidur lagi. Orang 1 beranjak pergi kemudian berjalan melewati benda ditengah panggung. Orang 1 berhenti tepat disamping benda. Dia memperhatikan seksama benda itu. kemudian Orang 1  kembali ke tempat Orang 2.

Orang 1 :
Hei , ayo bangun.

Orang 2 :
Ada apa lagi kamu menggangguku?

Orang 1 :
Aku punya pekerjaan untuk kita berdua.

Orang 2 :
Apa , apa , apa? Cepat katakan pekerjaan apa?

Orang 1 :
Lihat benda itu (menunjuk kearah benda di tengah panggung). Benda itu terlihat sangat kusam dan kurang menarik. Padahal benda itu adalah satu satu nya warisan untuk kita. Ayo kita buat indah benda itu.

Orang 2:
Hah? Kamu gila ya? Kita akan dapat uang darimana kalau hanya membuat indah benda itu? Dari pemerintah? Itu tidak mungkin. Pemerintah tidak akan peduli dengan rakyat kecil seperti kita , mereka sibuk saling memperebutkan kekuasaan.

Orang 1:
Huh kamu ini, uang uang dan uang lagi. Sudahlah, kamu mau membantuku atau tidak?

Orang 2:
Aku pikir pikir dulu sambil tidur ya.

Orang 1 akhirnya mendekati benda di tengah panggung sendirian.

Orang 1 :
Benda ini kelihatan sangat kusam,rupanya sudah lama menjadi pajangan. Tidak ada yang merawat. Menyentuh pun tidak. Padahal benda ini adalah  satu satunya warisan yang kita miliki. Kalau bukan kita yang merawatnya , siapa lagi?

Orang 1 mulai memperindah benda tersebut dengan cara memberi sentuhan lukisan dan memberi sedikit pernak pernik. Orang 3 masuk dengan membawa alat kecantikan. Orang 3 duduk di bangku kosong , kemudian dia bersolek diri. Orang 1 menyadari kedatangan Orang 3. Kemudian Orang 1 menghampiri Orang 3.

Orang 1:
Kamu mau kemana?

Orang 3:
Tidak kemana-mana.

Orang 1:
Lantas, mengapa kamu merias diri?

Orang 3:
Aku ini tidak ingin kelihatan jelek. Aku harus tetap kelihatan cantik. Kalau aku cantik banyak orang kelas atas yang melirikku. Kalau orang atas itu jatuh hati padaku, aku akan dinikahinya. Lalu aku akan kaya dan aku lepas dari kemiskinan yang melekat padaku selama ini. Maka dari itu aku harus merias diri terus.

Orang 1:
Kamu ingin menjadi orang kaya?

Orang 3:
Jelaslah. Semua orang pasti ingin kaya.

Orang 1:
Tapi aku tidak. Aku hanya ingin bahagia.

Orang 3:
Nah, bahagia itu akan datang kalau kita kaya.

Orang 1:
Kata siapa? Banyak kok orang kaya yang hidupnya tidak bahagia. Bahagia itu datang kalau kita bisa bersyukur atas semua yang telah di berikan tuhan untuk kita.

Orang 3:
Tapi aku tidak bahagia atas kemiskinan yang diberikan tuhan padaku.

Orang 1:
Astaghfirullah. Sadarlah. Kamu tidak bahagia karena kamu belum bisa bersyukur dengan benar.

Orang 3:
Ahhh sudahlah. Intinya aku bahagia kalau aku sudah kaya.

Orang 1:
Yasudah, aku tidak bisa memaksa pikiranmu. Oh iya, mau kah kamu membantuku untuk membuat indah benda itu? Benda itu adalah salah satunya benda berharga milik kita bersama loh.

Orang 3:
Aku masih sibuk membuat indah diriku sendiri. Kalau nanti sudah selesai, mungkin aku bisa membantu.

Orang 1:
Yasudah. Terimakasih.

Orang 1 kembali ketempat benda di tengah panggung, orang 3 kembali melanjutkan bersolek diri. Datanglah Tuan dan Nona ketengah panggung.

Nona:
Sayang, kita suda berada di tempat yang kita tuju.

Tuan:
Iya sayang. Tempat ini tujuan kita jauh jauh datang dari asal kita.

Nona:
Benar sayang. Lihat benda itu sayang (menunjuk benda di tengah panggung). Benar benda itu kan?

Tuan:
Iya sayang. Tidak salah lagi. Ayo sayang kita tidak usah membuang waktu.

Tuan dan Nona mendekati Orang 1.

Tuan:
Permisi. Apakah anda pemilik benda ini?

Orang 1 :
Iya tuan. Lebih tepatnya , benda ini adalah milik orang – orang di daerah ini.

Nona:
Kalau boleh tahu, ini benda apa ya?

Orang 1:
Ini adalah benda yang sangat berharga buat kami. Ini adalah satu satu nya warisan dari leluhur kami Nona.

Tuan:
Bendanya sudah sangat kusam. Sudah berumur sangat lama ya?

Orang 1:
Iya tuan. Benda ini sudah berumur puluhan tahun.

Tuan melirik kearah Nona, kemudian Tuan memberi kode pada Nona dengan kedipan mata. Nona menghampiri Orang 1. Nona memegang tangan Orang 1.

Nona :
Mmmh begini tuan. Benda itu kan berumur sangat lama. Kebetulan kami membutuhkan barang lama untuk menjadi pengisi pameran benda kuno di tempat kami. Tuan.. Bolehkah kami meminta benda ini?

Orang 1:
Maaf nona (melepaskan tangannya) saya tidak bisa memberikan benda ini.

Tuan :
Maaf tuan , maksud kami benda ini akan kami beli.

Orang 1 :
Iya tuan saya mengerti. Tapi saya tetap tidak bisa.

Nona :
Aaa .. Tuan. Berapa pun nominal yang tuan mau, akan kami beli tuan.

Orang 1:
Tuan dan nona , sekali lagi saya mohon maaf. Saya tidak bisa melepaskan benda ini. Bukan nominal yang saya mau, tapi keutuhan benda ini. Benda ini adalah satu-satunya warisan yang tak ternilai harganya. Jadi kami harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Mohon dimaklumi. Satu lagi, Saya harap tuan dan nona tidak memaksa saya lagi.

Tuan dan Nona menjauh dari Orang 1, Orang 1 kembali melanjutkan aktivitasnya.

Tuan:
Ahh siaall... Orang itu sangat keras pendiriannya.

Nona :
Bagaimana ini sayang? Pokoknya kita harus mendapatkan benda itu.

Tuan:
Iya sayang. Tenang. Kita harus mencari jalan lain untuk mendapatkan benda itu.

Tuan dan Nona kemudian berfikir. Mereka mengedarkan pandangan kesekitarnya. Mata Nona tertumbuk pada Orang 2, dan mata Tuan tertumbuk pada Orang 3. Kemudian mereka berhadapan bersamaan.

Tuan dan Nona :
Sayang , aku ada ide.

Tuan :
Kamu dulu sayang.

Nona:
Kamu saja dulu.

Tuan:
Ah sudahlah, sepertinya ide kita sama. Bagaimana kalau kita langsung eksekusi?

Nona:
Delapan enam sayang.

Tuan berjalan menuju arah Orang 3, dan Nona berjalan menuju Orang 2. Nona dan Orang 2 diam mematung.

Tuan :
Nona, bolehkah saya duduk didekat anda?

Orang 3 :
Boleh , boleh tuan. Silahkan duduk disini.

Tuan dan Orang 3 diam mematung. Nona membangunkan Orang 2.

Nona :
Tuan , bangun tuan.

Orang 2 perlahan bangun. Melihat Nona disampingnya, orang 2 membuang kemalasannya.

Orang 2:
Nona siapa ya?

Nona :
Maafkan saya yang sudah membangunkan tuan.

Orang 2:
Tidak apa – apa nona.

Nona:
Mengapa tuan tidur di siang bolong seperti ini? Apakah tuan tidak pergi bekerja?

Orang 2 tersipu malu.

Orang 2:
Orang seperti saya sulit untuk mendapatkan pekerjaan Nona. Kalau pun ada pasti gajinya hanya cukup untuk makan saja. maka dari itu lebih baik saya malas malasan saja nona.

Orang 2 dan Nona diam mematung.

Tuan:
Nona cantik sekali. Kenapa nona hanya sendirian?

Orang 3:
Ah tuan bisa saja. Saya sendiri karena saya tidak mempunyai pasangan tuan.

Tuan:
Mengapa tidak mencari pasangan nona?

Orang 3:
Sulit tuan. Masalahnya saya ini ingin pasangan yang perfect. Tampan, Kaya, dan punya Status. Yah , seperti model tuan gitu.

Tuan dan Nona :
Kebetulan sekali. Tuan/Nona bertemu dengan orang yang tepat. Saya siap membantu Tuan/Nona.

Tuan dan Orang 3 diam mematung kembali.

Orang 2:
Maksud nona bagaimana?

Nona:
Yah , saya siap membantu tuan menjadi orang kaya.

Nona dan Orang 2 diam mematung.

Orang 3:
Maksud tuan bagaimana?

Tuan:
Saya masih single, kebetulan saya sedang mencari pasangan hidup.

Orang 2 dan Orang 3 :
Yang benar ? Tuan/Nona tidak bercanda.

Tuan dan Nona :
Kami serius. Tapi ada syaratnya?

Orang 2 dan Orang 3 :
Apa tuan/nona?

Tuan dan Orang 3 diam mematung.

Nona:
Saya bisa menjadikan tuan sebagai pimpinan utama di perusahaan kami yang sudah terkenal dimana-mana,tapi ..

Nona dan Orang 2 diam mematung.

Tuan :
Saya akan mempersunting nona. Dan nona akan saya nikahi. Nona akan menjadi seorang istri dari pengusaha terkenal, tapi ..

Tuan dan Nona:
Tuan/nona harus memberikan kepada saya benda itu (menunjuk kearah benda di tengah panggung).

Orang 2 dan Orang 3 :
Hanya itu ?

Tuan dan Nona:
Iya.

Tuan dan Nona diam mematung, Orang 2 dan Orang 3 menghampiri orang 1.

Orang 2 dan Orang3 :
Kang, bolehkan saya membantu?

Orang 1:
Kenapa kalian tiba – tiba ingin membantu saya?

Orang 3:
Begini kang, sebaiknya benda ini saya simpan saja.

Orang 2:
Loh kang, sebaiknya saya saja yang menyimpannya.

Orang 3:
Loh , mengapa kamu ikut ikutan aku?

Orang 2:
Tapi aku yang mempunyai ide lebih dahulu. Dan aku lebih tua darimu. Jadi aku yang lebih berhak.

Orang 3:
Tidak bisa begitu

Orang 1:
Diam ! Mengapa kalian malah berdebat? Kita simpan dan rawat secara bersama-sama.

Orang 2:
Lebih aman di simpan di tempat saya saja kang.

Orang 3:
Ditempat saya lebih terjamin kang.

Orang 2:
Kamu menantangku?

Orang 3:
Terserah.

Orang 2 dan orang 3 bergerak kearah benda, dan mulai berebut satu sama lain.

Orang 1:
Hei , kalian mau apa? (orang 1 melihat keadaan sekitar). Aku tau apa penyebab semua ini.

Orang 1 bergerak kedepan menghampiri Tuan dan Nona, sementara Orang 2 dan Orang 3 masih berebut benda.

Orang 1:
Hei , kalian ! saya tahu. Ini semua ulah kalian.

Tuan:
Maksud tuan?

Nona:
Iya tuan , apa maksud tuan?

Orang 1:
Sudahlah , jangan berkilah. Kalian ingin merebut warisan milik kami kan? Kalian tidak bisa membujuk saya, akhirnya kalian memanfaatkan kedua saudara saya. Sudah cukup jelas. Saya ingin kalian pergi dari tempat ini sekarang juga.

Tuan dan Nona:
Tapi ...

Orang 1 :
Pergiiiiii !!!!!

Tuan dan Nona pergi. Benda itu rusak. Kainnya robek. Didalam kotak terlihat bendera merah putih, yang kemudian benderanya tergeletak di tanah. Orang 2 dan Orang 3 diam terpaku.

Orang 1 :
Lihat ulah kalian. Kotaknya rusak. Dan ini (mengambil bendera) menjadi kotor gara- gara kalian.

Orang 2 dan Orang 3:
Maafkan kami kang.

Orang 1:
Kata maaf belum cukup kalau kalian belum berbenah. Mari kita berbenah diri bersama.

Orang 2 dan Orang 3 berkumpul ditempat Orang 1. Mereka membetulkan bendera secara bersama.

Orang 1 :
Disana tempat lahir beta

Orang 2 dan Orang 3:
Dibuai dibesarkan bunda

Semua:
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata
Sampai akhir menutup mata



-selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar