Penerbit:
Penelitian Dan Pengembangan
UKM TEATER HAMPA INDONESIA
Universitas Negeri Malang
Editor :
Rina Cahyanti
Cover: Saiful Badri
Layout: Rika Andriani
Copyright penelitian dan pengembangan
THI UM TEATER HAMPA INDOONESIA
1.
Fiksi
2.
Judul
Cetakan
Malang : Penelitian Dan Pengembangan THI UM
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, atas rahmat
dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan Buku Antologi Puisi Angkatan XXII yang
berjudul “Karyaku dalam Kisah Klasik Malam”
Dalam buku antologi puisi karya angkatan XXIII ini,
kami membuat tema Hitam dan menuaikan pola pikir
mereka tentang tema tersebut. Hitam tidak hanya warna saja, tapi kami ingin mengembangkan
imajiasi teman-teman tentang sisi yang lain atau pola pikir yang lain tentang
hitam.
Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu demi terlaksanannya dan penyelesaiaan buku antologi
puisi ini’
1.
Bapak Gatut Susanto, selaku pembina teknis teater hampa
indonesia
2.
Bapak Abdul Mukhid
yang telah memberikan pengantar Essai antologi puisi kami
3.
Abdul harist, selaku ketua umum teater hampa indonesia
4.
Seluruh anggota teater hampa indonesia angkatan XXIII
yang telah memberikan karya karya terbaiknya dalam membuat puisinya.
5.
Semua anggota teater hampa indonesia, yang telah
memberi semangat, dorongan, dan bantuan materi dalam penyelesaiaan buku
antologi puisi.
Kami menyadari dalam penyusunan buku antologi puisi ini
terdapat kekrangan dan jauh dari sempurna.Akhir kata dari kami, semoga pembaca
antologi puisi XXIII dapat menikmati karya karya puisi yang telah ada
Malang, Agustus 2015
Daftar Isi
Kata pengantar.................................................................................ii
Daftar
isi..........................................................................................iii
Sisipan essai.....................................................................................iv
SISIPAN ESSAI
PENGANTAR ANTOLOGI PUISI 23
MEMAKNAI HITAM DALAM KEGAGAPAN
Abdul Mukhid
Dalam
salah satu ceramahnya, kiai sekaligus seniman kondang A. Mustofa Bisri atau
yang dikenal dengan sebutan Gus Mus, mengatakan bahwa sekarang ini adalah
periode “melihat/menonton”. Dulu orang belajar dengan mendengar lalu menghayati
dan melaksanakannya. Setelah itu, periode “membaca”, yaitu ketika orang belajar
dengan membaca, menginternalisasi lalu mempraktikkan. Sedangkan dalam periode
“melihat”, kita hanya menyaksikan dan merayakan, namun sukar melaksanakannya.
Berkaca dari kondisi itu, maka
tidaklah mengherankan kiranya kalau generasi sekarang ini mengalami banyak
kegagapan. Kegagapan itu bukan karena mereka tidak mendapat cukup informasi.
Kegagapan itu justru terjadi dikarenakan kelebihan (overload) informasi.
Begitu banyak informasi. Saking banyaknya kita kesulitan memilah, menyaring,
apalagi menghayati dan menerapkannya.
Hal tersebut juga dapat kita jumpai
dalam puisi-puisi yang hadir dalam antologi ini. Setidaknya saya menengarai ada
tiga macam kegagapan di sini.
Kegagapan
Bahasa
Pertama
adalah kegagapan bahasa. Sebagian orang mungkin meresahkan matinya banyak
bahasa daerah di Indonesia (bahkan dunia), tetapi kekhawatiran atas penggunaan
bahasa Indonesia sepertinya tak bisa diabaikan begitu saja. Sebagai penerjemah,
saya sering menjumpai abstrak penelitian dan laporan dalam bahasa Indonesia
yang berantakan. Amat sering si penulis tidak mampu hanya untuk menyusun sebuah
kalimat sehingga tidak dapat dipahami dan saya harus menebak-nebak maksud si
penulis. Di lain pihak, tidak jarang kita jumpai para pejabat dan selebritis
menggunakan istilah atau bahasa asing padahal masih ada padanan yang lazim
digunakan dalam bahasa Indonesia.
Kegagapan serupa bisa dijumpai dalam
puisi-puisi yang terkumpul di sini, meski dalam wujud atau bentuk yang berbeda.
Entah terburu-buru atau karena terlalu sering berkirim peran singkat atau pesan
instan di ponsel atau lewat aplikasi semacam WA, banyak sekali terjadi
kesalahan penulisan (typo). Namun mungkin juga sebagian disebabkan
ketidaktahuan akan bentuk baku atau tata bahasa Indonesia yang benar. Tidak
elok kiranya bersembunyi di balik kebebasan penyair, jika masalah sebenarnya
adalah ketidaktahuan atau ketidakpedulian akan bahasa. Padahal bahasa adalah
modal utama seorang penulis. Contoh-contoh kesalahan berbahasa dalam antologi
ini di antaranya adalah: penulisan kata ulang seperti “pelanpelan” yang seharusnya menggunakan tanda hubung, atau
kesalahan penulisan kata depan (“didekatku”). Ada juga pembentukan kata yang
aneh seperti “kekreativitasan”, padahal untuk menyampaikan makna sikap atau
tindakan kreatif cukup menggunakan kata “kreativitas”. Masih banyak lagi contoh
kegagapan berbahasa yang lain, bukan hanya pada taraf kata tetapi juga pada
taraf unit makna dan logika berbahasa. Kiranya tulisan ini bisa menjadi
cerminan untuk lebih banyak belajar.
Kegagapan
(Membaca) Sastra
Kegagapan kedua
adalah kegagapan terhadap sastra dan atau membaca karya sastra itu sendiri.
Bagaimana akan menulis karya sastra jika kurang atau tidak pernah membaca karya
sastra? Bagaimana akan mencintai sastra jika mengenal saja tidak? Saya tidak
bermaksud menuduh mereka yang menulis di sini tidak pernah membaca karya
sastra. Saya yakin semua pernah membaca karya sastra Indonesia. Bukankah di
sekolah kita diperkenalkan dengan karya-karya sastra? Persoalannya, seberapa
jauh pembacaan mereka atas karya-karya itu? Seberapa intens mereka membaca
karya sastra? Bahkan bisa ditarik lebih jauh lagi menjadi karya siapa saja yang
mereka baca, seberapa banyak dan seberapa sering mereka membaca karya-karya
sastra?
Lantas mengapa saya menengarai
adanya kegagapan sastra dalam karya-karya yang terangkum di sini? Salah satunya
adalah saya tidak menemukan adanya pengaruh yang kuat dari karya-karya penyair
Indonesia yang sudah “mapan”. Betapa pun orisinilnya karya, pasti ada pengaruh
dari karya atau penulis lain. Kalaupun ada pengaruh mungkin cuma dari
bentuk-bentuk syair lama.Namun kadang persajakannya terlalu dipaksakan. Yang
lebih banyak saya temukan adalah luapan emosional tanpa kesadaran mengolah
bahasa. Banyak kata-kata mubazir dan bertele-tele hingga kepekatan maknanya
hilang.
Kegagapan
Makna
Terakhir adalah
kegagapan makna, yang merupakan imbas dari kegagapan bahasa dan sastra.
Dikarenakan kurangnya pergumulan dengan bahan bacaan dan kurangnya perenungan
di tengah dunia yang serba instan, maka lahirlah karya-karya yang amat dangkal
secara maknawi. Persoalan-persoalan yang diangkat bukan hanya “sekedar bersifat
amat personal” sehingga lebih terasa seperti curhat, akan tetapi juga tidak
lahir dari kedalaman perenungan dan olah rasa dan bahasa. Bahasa-bahasa yang
diciptakan seolah tidak memiliki “kekuatan”. Bukannya karya sastra harus
mengangkat masalah-masalah besar, namun bagaimana memandang dan mengolah segala
hal menjadi sesuatu yang khas dan mempunyai kekuatan tersendiri.
Secercah
Harapan
Penulis-penulis
karya yang ada dalam antologi ini masih terbilang muda. Karenanya masih banyak
kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan untuk mengalami berbagai proses
yang bisa diolah menjadi karya-karya yang menggigit. Lingkungan berkesenian
mereka akan sangat mendukung. Demikian pula halnya dengan suasana akademik di
kampus. Mereka sudah punya bekal sebagai kaum terpelajar pilihan. Terlebih
lagi, mereka juga berkutat dalam seni teater. Yang terpenting adalah tidak
berputus asa, banyak membaca dan tentunya tidak berhenti menulis. Selamat
berproses!
Malang, 13 Agustus
2016
Hitam
Aku katakan hitam
Senja melebur dalam kelam
Sosok jauh terlihat temaram
Semakin jauh semakin tenggelam
Sedang ku ingat dalam angan
Biar mati biar lelap
Sejak cinta di perkosa pelan pelan
Cukup
Aku diam menelan malam
Sejak saat itu aku membakar asa
Kulumatkan segala janji palsu dalam amarah
Duniaku sudah gelap
Hitam dan pekat..
Aku manusia hitam legam
Kotor menyetubuhiku
Sejak cinta di perkosa pelan pelan
Aku sebut ia penjamah
Biar mati biar hilang
Panggil aku wanita jalang
Duniaku sudah hitam
Duniaku sudah gelap
Duniaku sudah kelam
Duniaku sudahn tamat
-Ayu .R
Titik.
Dimannakah kebahagiaan yang seharusnya dimiliki oelh
empunya ide-ide dasar yang serupa dengan bebijian di balik permukaan tanah hitam?
Dimanakah wajah yang seharusnya tersenyum atas
kekreativitasan bumi baru manusia?
Dimanakah didapatkan kesedihan oleh karena penyesalan
akan dapat hidup yang seharusnya tidak diberikan mereka semata mata pada bumi?
Dimanakah cinta yang di janjikan?
Dimanakan manusia manusia tersesat harus mengarah?
Dimanakah manusia manusia beruntung akan berdiam untuk
sisa kehidupannya?
Dimanakah akan di temukan kepastian??
Dimanakah burung burung yang meneriakkan pada manusia
kata kata “tidak ada yang pasti kecuali ketidakpatian itu sendiri” kini?
Dimanakah dapat ditemukan jawabn bagi pertanyaan yang
menggema di kepala manusia yang kosong ini?
-Eunike Natanael
Jiwa
Sesunyi kegelapan
Bersama hat yang sepi
Derita hidup ini tak dapat kurasakan lagi
Betapapun sakitnya tak lagi terbayang
Ingin rasanya aku menangis
Namun apa daya....
Air mataku kinipun telah habis
Kegelisahan dan kepedihan ini
Telah melukai perasaan
Mandirikan sayatan sayatan yang kokoh
Menghancurkan impian
Bayang bayang kesedihan datang menghantui..
Kini aku hidup tapi terasa mati
Semua rasa sakit, penderitaan
Dan juga hinaan hanya aku yang mengalaminya
Hidupku ini seperti tiada artinya lagi
Ingin ku akhiri semua ini
Karena jiwaku telah letih
Begitu lama menderita
-Dini
JIKA.....MAKA
Mata, hati pikiranku
Hanya tertuju padamu
Meski ku tahu kau tak mungkin ku miliki
Lihatlah diriku bak warna
Hitam yang tak terlihat dalam kegelapan
Dan lihatlah dirimu bak warna putih yang selalu
menenangkan
Masih pantaskah? Jika aku mengharapkamu
Jika kau pergi maka hidupku terasa sunyi
Tapi apa daya aku tak dapat mencegahmu
Seandainya kau masih ada didekatku
Maka hiduoku akan terasa lebih berwarna
Tapi seiring berjalannya
Waktu warna itu telah pudar
Kini hatiku terasa sunyi
Meskipun aku masih bertahan
-Dini
Cinta sederhana
Sejak bertemu denganmu
Hatiku terkadang menangis dan
terkadang tersenyum
Dan ketika aku ada disisimu
Hatiku terasa damai
Cintaku sangat sederhana
Ketika aku memandangmuu
Hatiku mengingat tuhanku
Aku tidak mengenal yang lain
Hanya kau yang aku tau
Kini kau telah bersemi begitu
dalam di hatiku
Tidak berwarna,
Semejnjak kau pergi entah
kemana
Gelap, hilang
Menjadi sirna
-Dini
Kau
Kau adalah alasan ku untuk
tetap tersenyum
Kau alasanku untuk bersenandung
Saat matahari terbit, kau
akan mendapatkan tempat yang teduh
Dan ketika hujan turun kita
akan basan bersama
Berbagi dlam senang dan duka
Kita akan menghadapi
rintangan yang ada
Sederhana,
Ku harap waktu jangan mudah
berlalu
Bila perlu tetaplah begini
selamanya
Tidak berwarna
Namun sungguh indah
-Dini
Kesempurnaan cinta
Aku sdah menutup cinta di setiap pintu hatiku
Lalu kau hadir dalam hidupku
Dengan begitu mudanya
Luka hitam tidak berwarna sembuh
menjadi semula
Semua kesedihanku
Kau ubah menjadi kegembiraan
Dan segala air mataku
Berubah menjadi tawa
Meskii aku tidak pernah memberimu setetes cinta
Namun kau terus menghujaniku dengan cinta
Bagaimana kau bisa mencintaiku dengan sebegitu besarnya?
-Dini
Tersesat
Melangkah bersama malam’dalam sudut yang kelam
Cahaya mulai redup meredam
Diselimuti kabut terpendam
Dunia tak terlihat
Samar menggelapkan retina
Aku tersesat dalam buta
Menggapai yang tak sampa
Lemah meraba raba
Hanya mengingat luka yang menganga
Sendiri dalam sepi
Tersesat dalam elegi
Dan terus menangisi diri sendiri
Kapan aku bia keluar?
Aku tterkunci dalam ruangan tak berujung
Tanpa sudut yang bisa ku rengkuh
Kucari dan terus kucari
Dimana jalan keluar?
Aku terikat dengan menunggu bahaya
Aku berserahh menanti terbenamnya kegelaan
Karena yang kutemukan hanyalah hitam
-Wisda Nasikhah
Saat Hujan Turun
Jalan kosong kelabu, begitu kosong
Dengan perasaan kesepian, aku membuka jendela kaca
Tetes hujan ke tanganku
Kerinduan mulai mengalir kedalam hatiku
Aku merindukanmu untuk beberapa alasan malam ini
Air mata mengalir
Didalam hatiku memberontak
Saat hujan turun, kenangan teringat dan rasa sakit
menyebar
Aku melihatmu yang mulai memberikan rasa sakit
Lalu aku membeku diwaktu yang begitu jelas
Seperti aku mencair dengan kenangan
Kemudian aku menarik keindahan keluar dalan hujan
Musim yan panjang dan mempesona
Apakah akan memudar dan ternoda di dalam album foto
Hari semakin malam
Janji yang tidak bisa kulupakan
Pelukan hangatmu, selamat tinggal
Saat hujan turun, kenangan teringat dan rasa sakit
menyebar
Aku melihatmu yang mulai memberikan rasa sakit
Lalu aku membeku di waktu yang begitu jelas
Seperti aku mencair dengan kenangan
Kemudian aku menarik
keindahanmu keluar dalam hujan
Dalam dunia hitam dan putih, kau adalah salah satu
sinar cahaya
-Ana Sipit
Suara Kedamaian
Dunia begitu tenang
Sehingga aku bisa mendengar suaramu
Suara kedamaian
Bisikan lembut di bawah rintikan hujan
Seolah bertanya bagaimana semua berlalu
Sentuhan menismu membuatku lupa
Akan dunia hitam
-Ana Sipit
Gadis
Aku memergoki tubuh
Yang kumal dan dekil
Dengan tangan yang tinggal satu
Mencincing daster bolong tertatih tatih
Suara nafas yang semrawut
Bulsitttt
Orang orang mengatakan gadis itu pelacur
Bukan,
Lebih dari pelacur
Gigolo
Mungkin, ya mungkin saja
Gadis sekecil jagung itu,
Hanya bertumpuh kayu dan nasi apek
Tubuhnya terjual kemana mana
Untul sesuap nasi yang kalian tinggalkan di jalan
Mata batinnya sudah gelap
Hitam kumal dalam ketidaktahuan
Gelap
Semakin gelap
-Rna. EL-Fatah
KEDAI KOPI
Aku menamainya sebuah kedai kopi
Kepulan asap rokok dan cerutu yang mereka habiskan
berjam jam
Duduk dan esekali tertawa
Memegang satu cangkir gelas
Di seduh kemudian
Aku menamainya sebuah rindu
-Rna. EL-Fatah
Kalau begitu!
Kalau begitu kau harus mencintaiku
Bukan,
Kau harus mencintaiku,
Bagaimanapun,
Kau harus mencintaiku
Entah kau berasa bahagia atau tidak.
Lalu kita habiskan kopi ini
Duduk di meja ini berdua.
Kalau kau tidak mau
Akan aku tumpahkan tepat kopi ini di wajahmu.
~Rna. EL-Fatah
Atau Matamu
Ini jalan tempat kita berjanji
Tempat kita akan bertemu sambil kau bawakan aku bunga
Tetap
Kau berjanji begitu
Dengan satuu tarik nafas
Kau berjanji akan membawaku ke penang
Kau lupa?
Atau matamu sudah buta
Mungkin menghilang.
~RNa EL-Fatah
Sebentar
Tunggu tunggu
Tahan dulu
Amarahmu jangan di biarkan liar
Menjadii bedu yang berantakan
Kemari
Kita duduk berdua
Menenangkan diri
Sambil menengguk kopi ini
Perihal dunia,
Simpan pada kotak hitammu
Ada aku,
Di sampingmu
~RNa EL-Fatah
Menghilang dalam luka
;Untuk
rasa bersalah
Beginilah jadinya nanti,
Jika cinta sebuah cerita
Maka sebuah cerita akan berakhir
Semua sibuk
Semua larut,
Semua larut dalam kesibukan
Kemudian menghilang
Diam,
Menorehkan jutaan
luka
Ku tuliskan di atas kertas terbaik
Kalimat kalimat indah
Jemariku lincah menari di atas kertas
Sedang dermaga
Menjadi saksi
Di tikam benci
Di gulung kehilangan yang menakutkan
Hilang dalam anganku,
Hilang dalam nafasku
Semua berakhir
Dalam sia sia
Aku manusia,
Rindu asa rindu rupa
Gelap, seketika
~RNa EL-Fatah
Gadis Melati
Gadis melati diharap harap
Jadi penyeimbang, jadi pelengkap
Seiring masa, impian didekap
Dijaga jaga agar tak lenyap
Gadis melati di harap harap
Terbang menjauh tanpa bersayap
Pahit getir di derap
Bendungan air mata kini meluap
Gadis melati di haraap harap
Cinta putih menjelma perangkap
Luruh cahaya dan asa menguao
Tertinggal aku bersama gelap
-Badri
Puisi Hitam
Aku hitam, biarkanlah tetap hitam
Putih bagiku adalah haram
Satu warna yang dikecam kecam
Pikirmu tentang aku hanyalah “seram”
Sadarkah tuduhanmu begitu kejam?
Sadarkah kau salah paham?
Atau hatimu terlalu kejam?
Gegabah menilaiku secara awam
Aku hitam, warna abadi sang alam
Salam diam ku tukarkan tentram
Aku hitam biarkanlah tetap hitam
Jadi warna pertama kala kau terpejam
~Badri
Hitamku
Aku....
Berjalan di pekatmya jalan
Dengan lebut kerikil menusuk telapak
Mencoba bebatuan terjal
Menuju ujung jalan yang kuyakinu
Biarkanlah ku berikan semua waarnaku padamu
Percayalah tak apa
Karnaku sudah terbiasa
Terbiasa menyendiri dalam pekatku
Saat kau temukan warna
Jangan menoleh padaku
Tetaplah pendang jalan dihadapanmu
Bergegaslah
Dan berjalanlah
~Sri Linda O
Gelap
Gelap berarti tidak terang
Terang berarti tidak gelap
Tetapi kegelapan ini berbentuk terang
Keterangan ini ada di dalam kegelapab
Dengan bagian
Kegelapan bukan kegelapan pada umumnya
Kegelapan yang bukan sesuatu apa yang dipikirkan
Namun kegelapan ini adalah yang diinginkan orang orang
Karena kegelapan ini adalah cahaya kehidupan bagi semua
umat manusia
~Rajabi
Logika
Ia tak pernah berjalan beriringan dengan hati
Ia selalu berlawan
Bak hitam dan putih
Atau kanan dan kiri
logika
ia selalu memintaku untuk menyerah
bahkan berhenti bermimpi
namun
ia juga tak lupa menyuruhku untuk tahu diri
~Radika Nenda Ayu
Hakekat Diri
kala persimpangan antara senja dam kelam
seorang insan mencoba menapaki kolase
siapakah engkau wahai disana?
sejak kapan kau anggap diriku saudara?
lirih
engkau bertanya "bagaimana keadaanmu ukhti"?
Alhamdulillah akhi
saat
bersinggungan, aku merasa sangat terasing
aku
dirasuki perasaan takut
takut engkau hanyut dalam pekatnya diriku
inilah sejatinya hakekat diriku
jika engkau mendengar hal buruk tentangki, maka
percayalah...
aku tidak seutuhnya baik
aku perlu menimba ilmu dari para sufi
tunggu
aku dibatas waktu
kita
sama-sama memantaskan diri
demi rida
dan cinta ilahi
~Gading Dita
Kisah hitam
Banyak harapan di anganan
Di wakilkan oleh doresan tinta
Bersandarkan kertas bagai penerang
Menanti pijakan melangkah
Tak dapat dielakan
Gelisah yang menyerang
Rasa rasa pun mulai terukir
Beroleskan selai hitam
Ruang kosong mulai terisi
Teringat pepatah yang ia katakan
Ku mulai berselancar
Mengisi kehampaan yang ada
Jemariku melesat
Bersama kehitaman kalbu
Menghancurkan tembok pembatas
Menggapai sepucuk harapan
~Syarif hidayatullah
Malam terakhir
Dalam kegelapan malam ini
Dinginnya malam di temani hangatnya suasana
Menjadikan malam ini
Malam terpanjang dan tertinggi
Hembusan angin memaknai
Aku....
Mengingat benda ini bergerak
Mengingat ukiran yang tercipta
Dengan butiran debu
Esok tak dinantikan
Malam ini tak rela di tinggalkan
Berhadap ada hembusan debu untuk kembali
Engkau telah mengubahnya
Memekarkan berjuta senyuman
Tertawa lepas
Menantikan pelukan kehangatan
Tentu itu telah di lukiskan
~Syarif hidayatullah
HITAM
Adalah sesuatu yang tampak pada sang putih
Karena sang tulang putihpun ada
Hitam bukanlah kata keburukan
Hitam bukanlah
kehampaan
Hitam bukanlah penghalang
Akan tetapi hitam adalah penghangat
Dan yang bertambah yang jelas pada sang putih
Dan karena hitam
Sang putihpun hidup
~Nazofa
Pembebasan tanah air
Kabut......
Dalam kenangan pergolakan pertiwi
Mendung....
Bertandakan hujan deras
Membanjiri rasa haus kemerdekaan,
Dia semua yang ada menunggu keputusan sakral
Serbu.......
Merdeka atau
mati
Allahu akbar allahu akbar
Tuturmu terdengar kian merasuk dalam jiwa
Dalam serbuan bambu runcingmenyatu
Engkau teruskan menyebut ayat ayat suci
Engkau teriakkan semangan juang demi negeri
Engkau relakan terkasih menahan tepaan belati
Untuk ibu pertiwi
Kini kau lihat........
Merah hitam tanah kelahiranmu
Pertumpah darah penjajah keji
BANGSAT
Gemelutmu tak kunjung sia sia
Lindungannya selalu di hatimu
Untuk kemerdekaan indonesia abadi
~Ayu Wulan
Penutup
Ungkapan terima kasih,
Ku ucapkan kepada teman-teman angkatan 23 serta teman-teman yang lain
atas dorongan dan bantuan nya untuk menyelesaikan antologi ini
Yang telah berusaha menunjukan kreativitas serta karya-karyanya dalam
antologi
puisi angkata 23
Jika di dalam kebersamaan adalah sekumpulan individu
dengan karakter yang berbeda-beda
Sama hal nya dengan memahami sisi lain dari setiap
orang
Seperti tema antologi ini yaitu hitam, hitam yang
mempunyai arti banyak hal, tidak harus warna yang dilihat, kita bisa melihat
HITAM dari sisi yang lain dan terangkai dalam bait yang indah
Jika memang kebersamaan itu ada untuk selamanya,
Mari kita saling merangkul satu sama lain
Berkumpul dan berkarya dengan banyak ide dan sudut pandang yang
berbeda beda
.
Layaknya saudara yang saling menyayangi
Semua tak akan tercipta bila tidak ada kebersamaan
yang mengiringi,
Aku Engkau Kita HAMPA…
Hatiku Hatimu Menyatu dalam Teater Hampa
Aku Engkau Kita Hampa
Hatku Hatimu Menyat
Dalam Teater Hampa
Biografi Penulis
Ayu
Rahmadhani Eka C
Fakultas
Ilmu Sosial/Hkn
22
January 1997
Wisda
Nasikah S
Fakultas
Sastra/ Sastra Jerman
24
Juni 1997
Inrillian
Handriar F
Fakultas
Sastra/ Sastra Jerman
2
Januari 1997
Berfikir
Positif, Lakukan Yang Positif, Maka Dirimu Jadilah Positif
Saiful
Badri
Fakultas
Sastra/ Seni Dan Desain
17 Febuari 1996
Gading
Dita
Fakultas
Ilmu Sosial/ Geografi
27
Juli 1997
Going
To Extra Miles And Man Jadda Wa Jadda
Rina
Cahyanti EL-Fatah
Fakultas
Teknik/Teknik Sipil
24
Maret 1997
Rajabi
Wiriananda
Banjarmasin, 26 November 1997
Fakultas
sastra/SEDESA
Berkatya
tak terbatas dan melampauinya
Syarif Rizka H
Gresik, 26 januari 1997
Fakultas
Ilmu Sosial/Hkn
Tak ada pelangi tanpa warna
Radika Nenda
nayu
Malang, 26 juli 1997
Fakultas sastra/Sastra Jerman
Eunike
Natanael
Malang, 13 Agustus 1996
Kafultas psikologi/Psikologi
I can do anything through him who
gives me strength
Tidak ada komentar:
Posting Komentar