kalau mau copas, tolong dicantumkan di daftar pustaka ya. karena membuat ini penuh perjuangan setengah tahun. Sama-sama cari pahala, agar ilmunya bermanfaat.
Menurut Grebe dkk (1961: 15),
die gesprochene Sprache ist der geschriebenen darin
überlegen, dass sie durch Betonung, Satzmelodie, Rhytmus und Tempo gliedern
kann. die geschreibene Sprache gliedert durch Satzzeichen, ohne jene Vorzuege
der Sprechsprache zu erreichen.
Hal tersebut berarti
bahasa lisan lebih popular dibanding dengan bahasa tulis, karena bahasa tulis
mempunyai hal-hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah penekanan, intonasi,
irama dan tempo. Bahasa tulis mempunyai susunan tanda baca,
dimana tanda baca tidak digunakan dalam bahasa lisan. Oleh karena itu, bahasa
tulis harus mempunyai pedoman. Pedoman-pedoman penggunaan tanda baca dalam
bahasa Jerman menurut Duden sebagai berikut.
2.7.1
Punkt
Menurut Drosdowski (1986 : 55 – 56), penggunaan titik
dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda titik terletak
pada kalimat akhir. Titik adalah tanda akhir dari suatu kalimat berita. Tanda
titik muncul setelah akhir satu kalimat utuh apabila tanda titik tersebut tidak
menunjukkan kalimat perintah atau kalimat tanya. Tanda titik terletak pada
kalimat tidak langsung dan bersifat kondisional terhadap kalimat seru,
permohonan, dan kalimat perintah. Kedua, tanda titik dapat menggantikan tanda
seru yang terletak pada kalimat perintah dan permohonan yang diucapkan tanpa
penekanan. Ketiga, tanda titik diperlukan dalam penulisan angka yang
menunjukkan suatu tingkatan. jika ada nomor urut dalam kalimat, maka titik
tidak yang ditambahkan.
2.7.2
Komma
Menurut Drosdowski (1986 : 38 – 47), penggunaan koma
dalam bahasa jerman terdiri atas beberapa pengelompokkan yaitu (1) Das Komma zwischen Satzteilen, (2) Partizipial- und Infinitivgruppen
(Mittelwort- und Grundformgruppen), (3)
zwischen Sätzen, (4) das Komma vor
,,und’’ oder ,,oder’’ (Zusammenfassung), (5) Zusammentreffen einer Konjunktion. Pengelompokkan pertama memiliki
aturan sebagai berikut.
Pertama, das Komma
zwischen Satzteilen (Tanda koma diletakkan di antara frasa). Tanda koma
diletakkan pada kasus enumerasi (pencacahan satu per satu) antara leksem yang
memiliki kesamaan jenis dan frasa yang serupa, dengan syarat apabila tidak
terdapat konjungsi “und” dan “oder”
. Tanda koma terletak pada detail keterangan tempat/rumah yang memiliki banyak
bagian yang tidak terdapat preposisi disusun dengan menggunakan tanda koma.
Tanda koma akan disusun menggunakan pernyataan yang memiliki banyak bagian dari
bagian-bagian buku bacaan, koran, dan lain lain. Tanda koma berada setelah
bagian kalimat yang menonjol atau inti, yang dilanjutkan dengan pronomia atau
adverbia. Tanda koma memisahkan sebuah istilah atau penyebutan pada kalimat
yang tersisa. Tanda koma memisahkan kata seru dari kalimat yang kata tersebut
diucapkan dengan penekanan khusus. Tanda koma memisahkan kalimat yang
membuntuti aposisi. Tanda koma memisahkan adjektiva dan partisip dengan
subsantif nomina yang diikuti. Keterangan waktu atau tanggal seperti tempat,
hari, dan jam dipisahkan dengan tanda koma. Tanda koma memisahkan konjungsi
yang berlawanan.
Kedua, Partizipial-
und Infinitivgruppen (Mittelwort- und Grundformgruppen) (tanda koma dalam
bentuk kelompok partisipia dan kelompok infinitif (kelompok kata tengah dan
kelompok bentuk dasar)). Tanda koma memisahkan kelompok kalimat partisipial.
Tanda koma memisahkan kalimat infinitif ,,zu’’
(kelompok infinitif, bentuk dasar) tetapi bentuk infinitif asli dari ,,zu’’ tidak dipisahkan oleh tanda koma.
Ketiga, das Komma
zwischen Sätzen (tanda koma diantara kalimat). Tanda koma memisahkan
kalimat asli yang independen. Tanda koma memisahkan kalimat tunggal dengan
kalimat lain yang saling berkaitan. Tanda koma diantara induk kalimat dan anak
kalimat. Tanda koma memisahkan anak kalimat yang memiliki tingkatan yang sama
namun tidak ada penghubung seperti ,,und’’
atau ,,oder’’. Tanda koma
memisahkan anak kalimat yang memiliki tingkatan yang berbeda. Tanda koma pada
kalimat majemuk bertingkat memiliki fungsi yang sama seperti halnya pada
kalimat majemuk pada umumnya.
Keempat, das Komma
vor ,,und’’ oder ,,oder’’ (Zusammenfassung) (tanda koma sebelum “dan” atau
“atau” (ringkasan)). Tanda koma digunakan untuk menghubungkan kalimat
independen yang memiliki kata penghubung ,,und’’
atau ,,oder’’. Tanda koma berada
diantara kalimat apabila ada dua kalimat. Tanda koma digunakan jika ,,und’’ atau ,,oder’’ menyimpulkan struktur kalimat yang diawali oleh kalimat
infinitif yang panjang. Tanda koma berada di tengah apabila ada satu kalimat
saja. Tanda koma muncul apabila ,,und
zwar’’ atau ,,und das’’ menjelaskan lebih rinci suatu kalimat.
Kelima, das Komma
beim Zusammentreffen einer Konjunktion (eines Bindewortes) mit einem Adverb,
Partizip u.a. (tanda koma menghubungkan antara konjungsi dengan keterangan,
partisipial dan sejenisnya). Jika pada kedua bagian masing-masing memiliki
bagian lagi, berdasarkan aturan tanda koma, maka tanda koma berada diantara
bagian-bagian tersebut, yaitu sebelum konjungsi. Pada beberapa kasus,
penggunaan tanda koma digunakan pada kalimat berfluktuasi.
2.7.3
Semikolon (Strichpunkt)
Menurut Drosdowski (1986 : 57), penggunaan Semikolon (Strichpunkt) dalam bahasa
Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda titik koma bisa berdiri
dengan fungsi pengganti kata penghubung diantara kalimat yang sejenis dan
setara satu sama lain. Kedua, tanda titik koma dapat digunakan untuk
menggantikan tanda koma yang terletak pada bagian-bagian merincikan sesuatu
dalam sebuah struktur kalimat. Ketiga, tanda titik koma digunakan untuk susunan
yang lebih baik dalam kalimat majemuk. Keempat, tanda titik koma dapat
menjelaskan/menggolongkan sebuah kasus numerasi yang memiliki istilah/golongan
sama.
2.7.4
Doppelpunkt
Menurut Drosdowski (1986 : 28), penggunaan Doppelpunkt dalam bahasa Jerman terdiri
atas beberapa aturan. Pertama, tanda
titik dua terletak sebelum kalimat ucapan langsung yang ditulis. Kedua, tanda
titik dua terletak sebelum pada kalimat/ungkapan yang memerlukan pemerian.
Ketiga, tanda titik dua terletak sebelum penomoran sesuatu. Keempat, tanda
titik dua terletak sebelum pada bagian akhir suatu pernyataan lengkap yang
kemudian diikuti rangkaian atau pemerian.
2.7.5
Fragezeichen
Menurut Drosdowski (1986 : 29), penggunaan Fragezeichen dalam bahasa Jerman terdiri
atas beberapa aturan. Pertama, tanda tanya terletak setelah kalimat pertanyaan
langsung. Kedua, tanda tanya terletak setelah kata tanya pada kalimat tanya
atau pada dalam sebuah kalimat. Ketiga, tanda tanya diberi tanda kurung berada
setelah kata keterangan yang masih diragukan/belum tentu benar.
2.7.6
Ausrufezeichen
Menurut Drosdowski (1986 : 24), penggunaan Ausrufezeichen dalam bahasa Jerman
terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda seru terletak setelah kalimat
perintah/permintaan (harapan atau perintah). Kedua, tanda seru terletak setelah kata/kalimat seruan. Ketiga, tanda
seru sering dipakai dalam sapaan di awal surat. Keempat, tanda seru terletak
pada bagian setelah kata keterangan yang berfungsi untuk menekannkan sesuatu.
2.7.7
Gedankenstrich
Menurut Drosdowski (1986 : 31), penggunaan Gedankenstrich dalam bahasa Jerman
terdiri atas beberapa aturan. Pertama, di antara dua atau lebih kalimat tanda
hubung yang berfungsi untuk menunjukkan perubahan tema atau pembicara. Kedua, dalam suatu kalimat tanda hubung dapat
menunjukkan jeda yang panjang. Ketiga, tanda hubung terletak sebelum dan
sesudah bagian-bagian frasa atau kalimat yang digunakan untuk pelengkap.
Keempat, dibandingkan tanda koma, tanda hubung lebih memiliki penekanan khusus
pada oposisi. Kelima, tanda hubung dapat digunakan sebagai pengganti tanda
titik dua. Apabila, kalimat tersebut tidak memungkinkan untuk memakai tanda
titik dua.
2.7.8
Anführungszeichen
Menurut Drosdowski (1986 : 20 – 21), penggunaan Anführungszeichen dalam bahasa Jerman
terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda kutip terletak sebelum dan sesudah
sebuah kalimat langsung. Kedua, tanda kutip terletak sebelum dan sesudah bagian
kutipan pada buku, tulisan, surat, dan lainnya. Ketiga, tanda kutip digunakan
untuk menekankan bagian-bagian teks yang ditonjolkan. Keempat, kutipan dalam
kutipan diperjelas dengan tanda kutip setengah. Kelima, jika tanda koma dan
tanda kutip dalam satu kalimat, maka tanda koma ditulis setelah kutipan
penutupan. Keenam, jika tanda titik, tanda tanya atau tanda seru berada dalam
satu kalimat dengan tanda kutip, tanda tersebut terletak sebelum tanda
penutupan kutip jika tanda tersebut termasuk ucapan atau kutipan.
2.7.9
Apostrophe
Menurut
Drosdowski (1986 : 21 – 23), penggunaan Apostrophe
dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda petik tunggal digunakan untuk menggantikan
fonem-fonem yang lesap di awal kata. Kedua, tanda petik tunggal digunakan untuk
menggantikan akhiran –e pada nomina dan bentuk verba pasti (orang tunggal
pertama dan ketiga). Ketiga, tanda
petik tunggal digunakan untuk menggantikan fonem-fonem yang disingkat di akhir.
Keempat, pada tengah kata, tanda petik tunggal biasanya digunakan untik
menggantikan huruf –i- yang di
lesapkan pada akhiran –ig- dan –isch- pada adjektif atau pronominal.
Kelima, tanda petik tunggal digunakan untuk menggantikan kelompok fonem dalam
sebuah nama yang dilesapkan. Keenam, tanda petik tunggal digunakan untuk
menandai keberadaan kasus Genitiv
pada nama yang berakhiran dengan -s, -ss, -β, -tz, -z, dan -x.
2.7.10
Klammern
Menurut Drosdowski (1986 : 37 – 38), penggunaan Klammern dalam bahasa Jerman terdiri
atas beberapa aturan. Pertama, di dalam tanda kurung terdapat penjelasan
tambahan. Kedua, tanda kurung dapat digunakan untuk menyisipkan kalimat tanpa
penekanan sebagai pengganti koma atau tanda pisah. Ketiga, tanda baca lainnya
diletakkan setelah tanda tutup kurung. Keempat, penjelasan lebih lanjut untuk
tambahan di dalam kurung diletakkan dalam tanda kurung siku. Kelima, tambahan
pada kutipan atau pelengkap pada teks-teks yang rusak dan tidak terbaca dapat
diletakkan dalam tanda kurung siku. Keenam, huruf-huruf, bagian-bagian kata,
atau kata-kata yang bisa dihilangkan diletakkan dalam tanda kurung siku.
2.7.11
Auslassungspunkte
Menurut Drosdowski (1986 : 23 – 24), penggunaan Auslassungspunkte dalam bahasa Jerman
terdiri atas beberapa aturan. Pertama, Elipsis menandai jeda pada sebuah
pembicaraan dan bagian akhir sebuah pemikiran yang disembunyikan. Kedua,
Elipsis digunakan untuk menandai pelenyapan bagian dalam kutipan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar