SEL
Oleh: Lidya Indriani Putri
Sel
Oleh: Lidya Indriani Putri
Panggung
menggambarkan sebuah jalan dimana banyak orang-orang berlalu lalang. Hari mulai petang. Terdengar langkah kaki dari
sekian banyak orang dari sisi kanan maupun kiri. Ada yang pulang dari sekolah,
kampus, ataupun bekerja.
Tiba-tiba terdengar teriakan
seorang wanita dari kejauhan.
Ibu-ibu : Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…….
Seorang
lelaki berlari kencang sambil membawa tas milik ibu-ibu, dengan sigap semua
orang-orang di jalan itu mengejar lelaki itu.
Panggung
kembali sepi, hanya terdengar suara mobil dan motor yang tidak begitu bising. Laki-laki
pencopet tadi kembali dengan terengah-engah, lalu ia duduk di pinggir jalan. Ia
melihat dompet hasil copetannya. Dan ternyata dompet itu tidak berisi uang.
Laki-laki 1 : hasshh, untuk apa aku
mencopet dompet ini. Dasar ibu ibu
sialan. Tau begini aku tidak usah repot
repot berlari menghindari mereka. Haaahhh.. aku sudah hampir mati, dan ternyata
hanya ada kartu nama dan ahhhh aku tidak tahu apa nama barang ini.
(mengeluarkan semua isi dompet itu dan membuangnya)
Sambil
mengatur nafasnya ia tetap duduk di pinggir jalan dan mengamati orang-orang
yang berlalu lalang. Hingga tatapannya teralihkan pada satu titik.
Ada
3 orang wanita yang sangat cantik, berpakaian serba mini. Entah apa yang mereka
pikirkan, atau mungkin mereka tidak memiliki banyak uang untuk membeli sehelai
kain sekedar untuk menutup paha dan dada mereka.
Laki-laki 1 : (menelan ludah)
Perempuan 1 : (menjatuhkan sapu
tangan di depan laki-laki 1)
Laki-laki 1 : (membungkuk dan
mengambilkan sapu tangan itu)
Perempuan 1 : eh maaf yaa...
Laki-laki 1 : emmmhh. i.. ii… yy..aaa
Perempuan 2 dan 3 pergi dengan tergesa-gesa
Perempuan 1 : heyy ada apa?
Tunggu….
Laki-laki 1 pun berlari meninggalkan perempuan 1.
Perempuan 1 : heyy kau juga mau
kemana?
Polisi 1 : (menodohkan pistol ke arah
perempuan 1) angkat tangan dan jangan bergerak !!
Perempuan 1 : (terkejut dan tidak mampu melawan)
Polisi 2 : apa yang saudari lakukan disini?
Perempuan 1 : e… e.. tidak pak, saya hanya jalan-jalan saja dengan
teman saya pak.
Polisi 2 : serahkan tas anda sekarang juga!
Perempuan 1 : tt..aa..pp..ii pak.
Apa salah saya???
Dengan terpaksa perempuan 1 menyerahkan tas
miliknya. Polisi 1 tetap menodohkan pistol di depan perempuan 1 dan polisi 2
memeriksa tas tersebut. Dan polisi 2 menemukan sebuah benda mencurigakan yang
hanya di balut dengan Koran. Setelah di buka ternyata itu adalah obat-obatan
terlarang. Menyadari dirinya tertangkap basah membawa narkoba. Dengan sigap
perempuan 1 menjatuhkan pistol milik
polisi 1 dan kabur. Polisi 2 segera menembak kaki perempuan 1. Hingga ia tidak
bisa kemana-mana.
DUUAARRRRRRR
Perempuan 1: aaaahhhhhhh..
Polisi 1 dan 2 menyeret
perempuan 1 ke kantor polisi.
Lampu mulai meredup dan sayup sayup padam.
Setting panggung berubah menjadi sebuah sel yang sangat kecil, hanya cukup
untuk 3 sampai 5 orang tapi kini dihuni oleh 7 bahkan 15 orang. Tidak bisa di
bayangkan bagaimana cara mereka merebahkan badan. Terlalu sesak dan menyiksa.
Di dalam penjara sudah ada beberapa
narapidana. Ada yang tengah melamun, tidur, menulis dan membaca sesuatu, dan
lain sebagainya.
Polisi 1: Saudara kami tahan. Kami akan menghubungi
keluarga Saudara, Saudara berhak untuk mengajukan pengacara.
Polisi 1 mendorong perempuan 1 masuk ke
dalam sel. Para penghuni sel itu terkejut dengan kehadiran perempuan 1. Mereka
hanya melihatnya sinis
Merasa menjadi orang baru, ia hanya diam
saja dan duduk di pojok sel tanpa berkata-kata.
Narapidana 1 : pak,, kenapa kamar kami masih
ditambah orang lagi?? Kami hampir tidak bisa bernafas. Pak… pakk.. pak.. kami
mohon pindahkan kami ke tempat yang lebih besar.
Polisi itu hanya berlalu tanpa menghiraukan
narapidana 1.
Narapidana 1 : hashhh, aku bisa
mati kalau begini caranya.
Narapidana 2 : hey kau ! (menunjuk perempuan 1) kau harus tau
peraturan di sel ini.
Narapidana 3 : kau, harus patuh dengan kami. Kau tau
kan kalau sel ini begitu sempit. Kita harus tidur secara bergantian. Dan untuk
hari ini, kau tidak boleh tidur. Dan jangan merebahkan badan. Kau mengerti??
Perempuan 1 : m..mm..engert…ii
Narapidana 1 : bagus ! mmm..
sebentar (memperhatikan kaki perempuan 1)
kau??? Hahahaha…. J
kau berusaha untuk kabur? Hahahaaa.. dasar bodoh !
Semua narapidana menertawakannya.
Narapidana 4 : Kau takut tinggal
disini?
Perempuan 1 : Aku bahkan tidak
pernah membayangkan akan berada di tempat mengerikan seperti ini.
Narapidana 5 : (masih tertidur)
Narapidana 2 : hahahahaa… konyol ! ini penjara
khusus untuk kasus narkoba. Sudah jelas bahwa kau pasti pemakai narkoba..
hahahahaa.. masih saja kau berkata tidak bisa membayangkan hidup di tempat
seperti ini. Jangan berlagak suci dan polos. Aku tau wajah-wajah sepertimu
pasti pandai berpura-pura. Hahahaa
Narapidana 3 : ya sama seperti kita dulu, hahahhaa… tenang saja, disini tidak semengerikan yang
kau bayangkan. Hahahaa
Perempuan 1 : (merasa bingung dan tidak memahami maksud
tertawa mereka)
Sipir 1 datang membawa beberapa bungkusan.
Sipir 1 : ini milik narapidana 1
Narapidana 1 : ahh akhirnya… (senang sekali)
Sipir 1 : ini milikmu, (menunjuk narapidana 2)
Narapidana 2 : hahaa… benar-benar
bisa diandalkan.
Sipir 1 : dan ini untuk
narapidana 3 dan 4.
Perempuan 1 : (merasa ada yang aneh)
Para napi sibuk dengan barang-barang yang baru saja mereka peroleh.
Narapidana 5 bangun dan mendekati perempuan 1
Narapidana 5 : kenapa? Kau merasa heran? Sipir tadi
itu sudah bersekongkol dengan kami. Ya memang benar, disini dilarang melakukan
hal yang seperti itu. Tapi tenang saja. Kau bisa bersekongkol dengan kami untuk
mendapatkan barang-barang itu lagi.
Perempuan 1 : barang-barang itu??
Narapidana 5 : iya, lihat. Memang kami juga butuh
buku, makanan, dan apapun. Tapi sebenarnya kamipun masih membutuhkan obat itu.
Tenang saja, aku tau kau pasti sudah ketagihan dengan obat itu. Kau juga berhak
menghubungi keluargamu untuk membayar fasilitas disini. Kapan saja selama kau
mau. Disini, semua serba uang.
Perempuan 1 : tapi,, kenapa tidak
ada yang membawakan apapun untukmu?
Narapidana
5 hanya tersenyum. Kemudian sipir 1 datang.
Sipir 1 : narapidana 5, silahkan
keluar, ada yang menelponmu.
Narapidana 5 : (merapikan rambut dan segera keluar)
Para napi yang lain mulai tertidur dan hanya
ada suara detak jarum jam. Perempuan 1 yang tadinya tidak boleh tidur oleh napi
yang lain. Tetap terjaga dan menatap detak jarum jam yang berdetak perlahan.
Tiba-tiba narapidana 5 datang dengan rambut yang berantakan. Ia kembali masuk
ke dalam sel dan merapikan rambutnya.
Narapidana 5 : kenapa kau belum
tidur?
Perempuan 1 : mereka bilang aku harus terjaga malam
ini (sambil menatap kearah para napi yang
tengah tertidur pulas). Mereka bilang, kita harus tidur secara bergantian.
Aku akan menunggu 1 dari mereka terbangun dan aku akan tidur.
Narapidana 5 : kau yakin mereka akan bangun tengah
malam? Sudahlah kau tidur saja, jangan pedulikan mereka. Kau bisa kan tidur
dengan posisi duduk? Memang benar kalau kau ikut membaringkan badan aku tidak
yakin kau bisa tidur dengan pulas. Mereka ini sudah seperti hewan yang tidak
punya aturan. Mereka akan seenaknya memerintahmu. Lihat saja posisi tidur
mereka. Hahahaa bagaimana kau bisa membaringkan badan?
Perempuan 1 : tapi kau?
Narapidana 5 : ini sudah biasa,
lama-lama kau akan bisa membiasakan hidup disini. (bersiap untuk tidur)
Perempuan 1 : apa kau tadi
menelpon keluargamu?
Narapidana 5 : iya.. memangnya ada apa? Tunggu saja, nanti juga kau
akan mendapat giliran ditelpon oleh keluargamu.
Perempuan 1 : aku? Keluargaku?
Narapidana 5 : iya.. apa ada yang
aneh?
Perempuan 1 : tapi,, kenapa tadi kau lama sekali?
Bukankah kita diberi waktu yang singkat? kita hanya di beri waktu 1 menit untuk
berbicara di telpon. Untuk menemui tamu pun kita diberi batasan waktu yang
relative singkat. Tapi kau?
Narapidana 5 : sudahlah lebih
baik kau tidur, aku sudah mengantuk. Jangan banyak bicara.
Perempuan 1 : mmm.. baiklah
Kembali senyap dan hanya terdengar suara detak jarum jam. Lampu mulai
meredup.
…..
Keesokan harinya.
Para napi mulai bergantian keluar untuk bersih-bersih.
Narapidana 5: ayo keluar, kau
harus ikut bersih-bersih, nanti kepala sipir akan mengawasi kita.
Ditengah bersih-bersih, tiba-tiba perempuan 1 ditarik oleh kepala sipir
Perempuan 1: maaf pak, ada apa?
Sipir 1 : wanita ini, Penghuni
baru disini.
Kepala sipir : apa kasusnya?
Sipir 1 : dia tertangkap basah di
tengah malam sedang beroperasi dan membawa barang terlarang pak.
Kepala sipir : apa begitu? (sambil menatap perempuan 1 dari ujung kaki
ke ujung kepala) jadi, kau………. Hahahahaa..
Sipir 1 : tidak dapat di ragukan
lagi pak. (sambil berbisik ke kepala
sipir)
Perempuan 1: ada apa? Saya bukan seperti yang bapak
kira, saya hanya jalan-jalan dengan teman-teman saya. Barang itu pun milik
teman saya. Tapi saya tidak bisa mengelak kalau memang………………………. Saya pun wanita
baik-baik, saya yakin itu, saya masih perawan dan saya bukan seorang perek
seperti yang bapak kira. Saya hanya……
Belum selesai perempuan itu berbicara.
Kepala sipir dan sipir 1 hanya saling berpandangan dan tertawa
terbahak-bahak. Hahahahahhahaha..
Kepala sipir : sudahlah kau boleh
melanjutkan kerjamu. Hahahaa
Perempuan 1 pun segera pergi dan melanjutkan pekerjaannya.
Sipir
1 : semuaa,, ayo segera masuk ke sel kalian masing-masing. Saya akan segera
membawakan makanan.
Narapidana 1 : alah, paling juga
makan nasi garam lagi.
Narapidana 2 : ya setidaknya
mereka memberi kita kerupuk.
Narapidana 3 : kau mau sarden? (bertanya ke narapidana 4)
Mendengar kata-kata narapidana 3, narapidana 1,2 dan 4 pun senang
Narapidana 3 : tenang saja, aku sudah
memesannya.
Sipir 1 datang membawakan makanan, hanya makanan seadanya.
Narapidana 3 : pak, apa kau punya
pembuka kaleng?
Sipir 1 : untuk apa?
Narapidana 3 : bisa tolong
berikan padaku?
Sipir 1 : tunggu sebentar, aku
akan kembali.
Narapidana 3 : (segera mencari sarden yang kemarin ia pesan)
Sipir 1 pun kembali dengan membawa pembuka
kaleng tersebut.
Segera mereka makan dengan lahap, kali ini
makanan mereka istimewa berkat sarden milik narapidana 3.
Narapidana 1 : ah, besok aku akan
memesan makanan yang lebih enak dari ini. Hahaa..
Narapidana 2 : (melihat perempuan 1) kau,, kenapa
makanan itu kau diamkan saja? Apa kau tidak lapar?
Perempuan 1 : ee.. ee.. iya.
Narapidana 3 : kau mau ini? Hahahaa… aku rasa makan
dengan nasi garam dan kerupuk sudah cukup buatmu. Lagi pula kau kan baru
disini, kau harus merasakan apa yang kita rasakan dulu.
Merekapun makan tanpa mempedulikan kebersihan. Mereka sangat kelaparan.
Perempuan 1 : (merasa jijik, tapi terpaksa menghabiskan
makanannya)
Sipir 1 datang,
Sipir 1: narapidana 2, ada telpon
untukmu. Narapidana 1, ada yang ingin menemuimu.
Merekapun keluar dan sipir 1 kembali mengunci sel tersebut.
5 menit kemudian narapidana 1 dan 2 kembali. Perempuan 1 sedikit heran.
Perempuan 1 : kalian darimana? Kenapa sebentar sekali? Bukankah telpon
atau menemui tamu disini bebas?
Narapidana 1: memangnya untuk apa berlama-lama?
Banyak napi lain yang juga ingin menelpon keluarganya.
Perempuan 1: mmm.. tidak, apa
kalian melihat narapidana 5? Aku tidak melihatnya sedari tadi.
Narapidana 2 : ah itu sudah
biasa.
Perempuan 1: maksudnya?
Narapidana 1 : dia memang sering keluar sel
sewaktu-waktu, aku pun heran siapa yang ditemuinya tiap tengah malam.
Perempuan 1: bukankah ada yang menelpon atau tamu
yang ingin bertemu dengannya? Mungkin keluarganya?
Narapidana 3 : asal kau tau, dia sudah tidak punya
keluarga, sudah 2 tahun dia tinggal disini, sekalipun aku tidak pernah
mendengar ada keluarganya yang ingin bertemu dengannya. Dia tidak hanya
pengedar narkoba, tapi ia juga seorang penipu. Ia menipu siapa saja.
Narapidana 4 : dia juga sangat pendiam. Jarang
sekali berbicara denganku. Dia hanya berbicara mmm… kira-kira 5 kalimat dalam
satu hari. Itu pun kalau dia mau. Mmm…
tapi kenapa kau menanyakannya? Apa dia berbicara banyak denganmu??
Perempuan 1 : mmmm.. tidak.
Narapidana 2 : ya memang dia orang yang aneh. Sejak
aku masuk di dalam sel ini, sekalipun aku tidak pernah mendengarnya berbicara
banyak. Dia lebih senang tidur, dan membaca buku. Entahlah buku apa yang ia
baca. Aku tidak peduli.
Malam pun tiba, semua narapidana tidur dan narapidana 5 kembali.
Perempuan 1 : kau darimana? Apa
kau sudah makan? Apa kau tidak mengantuk? Apa kau…….
Narapidana 5 : (memotong pembicaraan) kepala sipir ingin
bertemu denganmu.
Sipir 1 yang sedari tadi bersama narapidana
5, membukakan sel dan membawa perempuan 1 ke tempat kepala sipir
Perempuan 1 : saya mau dibawa kemana? Kenapa kepala sipir ingin menemui
saya malam-malam begini?
Sipir 1 : nanti kau juga tau.
Panggung saat ini menggambarkan sebuah ruangan hanya ada meja dan 2
kursi berhadapan. hanya ada peralatan tulis dan tumpukan kertas-kertas diatas
meja itu.
Perempuan 1 : (duduk di kursi yang berhadapan dengan kepala
sipir dengan perasaan penuh was-was)
Sipir 1: (meninggalkan ruangan)
Kepala sipir: (tidak berbicara apapun)
Hanya terdengar suara detak jarum jam. Membuat perempuan 1 semakin
takut dan penuh Tanya.
Kepala sipir : kenapa kau begitu gelisah? Tenang saja.. aku hanya ingin
berbicara denganmu. Apa kau betah tidur di sel sempit itu?
Perempuan 1 : sebenarnya tidak
pak, saya merasa sesak dan sulit bernafas
Kepala sipir : berapa lama vonis
yang menimpamu?
Perempuan 1 : berdasarkan hasil
sidang, saya di tahan sampai 5 tahun pak.
Kepala sipir : cukup lama juga ya.. apa kau tidak mengirimkan
pengacara? Disini hukuman 5 tahun bisa menjadi 5 bulan saja. Asal pengacaramu
dapat diandalkan.
Perempuan 1 : saya tidak memiliki
banyak uang pak.
Kepala sipir : dimana keluargamu?
Perempuan 1 : Saya tidak tahu pak. Ayah dan ibu
saya bercerai sejak saya berumur 10 tahun. Saya tidak tau sekarang mereka
dimana. Saya dititipkan dipanti asuhan sejak perceraian mereka. Terakhir saya
tahu ibu saya menjadi TKW di Hongkong. Dan ayah saya entahlah, mungkin dia
sudah menikah lagi.
Kepala sipir : baiklah, kau tenang saja. Kami bisa
memberikanmu fasilitas yang lebih. (mendekati perempuan 1 dan duduk diatas
meja)
Perempuan 1: maksud bapak?
Kepala sipir : kami akan
memberikanmu fasilitas lebih, tapi ada syaratnya.
Perempuan 1 : maksud bapak?
Kepala sipir : aku bisa memberikanmu kamar yang
lebih layak, makanan yang lebih layak, bahkan uang. Tapi kau tau kan disini
tidak ada yang gratis. Para napi yang lain akan memesan apapun yang mereka
inginkan kepada keluarga atau kerabat yang menemuinya setiap hari. Tapi kau
pasti juga tau kalau itu butuh banyak uang.
Perempuan 1 : iya pak, tapi
sayaa………
Kepala sipir : aku tau kau pasti tidak punya uang.
Tapi tenang saja. Kau bisa menukarkan tubuhmu dengan itu semua. Bukankah kau
sudah sering beroperasi di tengah malam? Itu pasti akan mudah buatmu.
Perempuan 1 : maaf pak, (pergi meninggalkan kepala sipir)
Kepala sipir : (menarik
tangan perempuan 1) ada apa? Kau takut? Tubuhmu yang indah, montok, dan
uhhh wajahmu yang menawan ini. Aku tidak sanggup menahannya.
Perempuan 1 : pak maaf pak,
jangan pak, jangan, saya mohon.. (berlari
meninggalkan ruangan)
Kepala sipir : aku beri kau waktu
untuk memikirkan ini. Kembalilah nanti saat kau membutuhkannya.
Perempuan 1 kembali ke sel. Ia melihat narapidana 5 yang masih terjaga.
Perempuan 1: jadi selama ini kau?
Narapidana 5 : jangan heran. Aku tidak sanggup
hidup di tempat seperti ini, mungkin aku juga sepertimu yang tidak punya
apa-apa. Tak ada yang memedulikan.
Perempuan 1 : tapi kenapa kau
rela tubuhmu di lahap oleh laki-laki biadap itu?
Narapidana 5 : asal kau tau, aku sudah terbiasa
dengan hal itu, sebelum aku disini, aku sudah dijajah oleh banyak laki-laki.
Dan mereka memberiku uang yang sangat banyak. Disinipun demikian. Aku bisa tidur
di tempat yang lebih layak, aku pun tidak pernah makan dilantai seperti kalian.
Sipir 1, sipir 2, sipir 3, kepala sipir, bahkan petugas kebersihan disini pun
aku sudah merasakannya.
Perempuan 1: apa kau sudah gila?
Narapidana 5 : aku memang gila, tapi aku yakin. Kau
akan membutuhkannya. Sudahlah pikirkan saja tawaran kepala sipir. Aku harap kau
tidak salah memutuskan. Tapi aku harap kau tidak berbicara apa-apa pada mereka
(menunjuk napi yang lain)
Perempuan 1 : tadi kami membicarakanmu,
apa mereka tidak tau tentangmu?
Narapidana 5 : aku jarang sekali berbicara dengan
mereka. Percuma, mereka orang-orang bodoh. Mereka senang menyimpulkan apapun
seenaknya sendiri. Aku harap kau juga menjaga sikapmu dengan mereka. Meskipun
mereka terlihat kompak, tapi suatu saat kau akan tau mereka berkelahi seperti
anjing dan kucing. Itupun karena masalah sepele.
Perempuan 1 : aku tidak mengerti
Jam terus berdetak perlahan, narapidana 5 mulai tertidur. Perempuan 1
hanya menatap jam dinding, ia melamun memikirkan perkataan kepala sipir dan
narapidana 5.
…..
Hari terus berlalu, perempuan 1 mulai mencoba cara yang diajarkan
narapidana 5.
Sipir 1 : kau (menunjuk kearah perempuan 1) ada yang
ingin menemuimu
Narapidana 1 : bukankah kau tidak
punya keluarga?
Narapidana 2 : mungkin dia akan
menemui pengacaranya dan segera meninggalkan sel ini.. hahahaa
Narapidana 3 dan 4 : hahahaa,
siap siap saja. Kita bisa tidur pulas tanpanya.
Seperti biasa, narapidana 5 hanya tidur tanpa peduli dengan
teman-temannya.
Perempuan 1 segera keluar.
Lampu meredup, terdengar suara desahan perempuan 1.
Satu
per satu cara tuk menggoda dia
Dari
yang biasa sampai yang luar biasa
Dari
sisi mana lagi ku curi hati
Bisa
bisa ku tak tahan dan patah hati
Maunya
aku jadi yang pertama
Dan
Cuma akulah yang bisa, bisa membuat dia tergoda
Dia
meminta-mintaku
Maunya
maunya
Cuma
aku yang bisa
Maunya
aku yang pertama
Selalu
jadi yang pertama
Lampu mulai terang kembali. Suasana di dalam
sel tetap seperti biasanya. Tapi kali ini perempuan 1 yang tak kunjung kembali.
Sebaliknya, narapidana 5 yang tetap berada dalam sel.
Narapidana 4: (bertanya pada
narapidana 5) tumben hari ini kau tidak keluar? Apa tidak ada yang ingin
menemuimu?
Narapidana 2: apa kau sakit?
Narapidana 5: (diam)
Narapidana 3: hey.. apa kau
sakit? Kenapa kau tidak keluar?
Narapidana 1 : sudahlah percuma
kau berbicara dengan dia. Tidur saja.
Perempuan 1 kembali masuk ke dalam sel
ketika semua narapidana tengah tertidur. Perempuan 1 semakin jarang kembali ke
sel. Ia sibuk bersama kepala sipir dan petugas yang lain. Kali ini narapidana 5
mulai merasa tersaingi. Ia sudah tidak lagi di panggil oleh sipir. Hidupnya
semakin berantakan dan terpaksa ia harus menjalani rutinitas seperti narapidana
yang lain.
Para napi sedang bersih-bersih di sekitar
sel. Terlihat narapidana 5 sedang membersihkan tikar di dalam sel. Kemudian
perempuan 1 datang ingin membantu. Melihat kedatangan perempuan 1, narapidana 5
pun kesal.
Narapidana 5: mau apa kau?
Perempuan 1: tidak, aku hanya
ingin membantumu.
Narapidana 5: halah, pergi kau.
Aku bisa melakukannya sendiri.
Perempuan 1: kau ini ada apa?
Kenapa tiba-tiba kau bersikap seperti ini?
Narapidana 5: (menampar perempuan 1) plaakkk!!
Perempuan 1: kau menamparku? Hah? Kau menamparku? (marah dan menarik rambut narapidana 5) memangnya
siapa kau berani-beraninya menampar aku?
Narapidana 5: apa?! Kau pikir aku takut denganmu?
Jangan bilang kalau kau sudah menjadi istri simpanan kepala sipir disini. Kau
jadi berani melawanku? Aku lebih lama tinggal disini daripada kau?!
Perempuan 1: apa pedulimu hah?
Narapidana 5: hah dasar Lonte !
kau Pelacur ! kau bukan hanya seorang pengedar narkoba, tapi kau juga seorang
pembual. Kau pelacur. Arrgghhh.
Perkelahian pun terjadi didalam sel. Narapidana lain hanya terbengong.
Ingin melerai tapi mereka takut akan di serang oleh narapidana 5 maupun
perempuan 1.
Perempuan 1: bilang saja kalau kau iri denganku. Kau
sudah tidak laku disini. Hahahaa siap-siap lah menjadi busuk disini. Hahahaa
Narapidana 5: bangsat!
Perempuan 1: hidup itu bagaikan roda, kadang kita
diatas dan kadang dibawah. Dulu mungkin aku berada di bawah, dan kau? Dan
sekarang mungkin sudah saatnya aku menendangmu kebawah. Waktu juga akan terus
berlalu. Kau tidak akan bisa mengulangnya lagi.
Narapidana 5 hanya terdiam dan terdengar suara detak jarum jam yang
kali ini lebih jelas dan sayup-sayup melirih.
Narapidana 5: hentikan omong kosongmu itu! Aku
tidak peduli teori-teori yang kau ucapkan. Persetan dengan hal itu. Yang jelas
aku sangat membencimu. Kau perusak !
Mendengar pertengkaran itu, sipir datang melerai. Dan pertengkaran
mulai meredam. Narapidana 5 akhirnya mengalah.
Waktu mulai larut. Narapidana 5 tetap terjaga. Tapi tiba-tiba.
Narapidana 5: aaaaaa…. Sakitt…
aaa (sambil memegang perutnya)
Kali ini narapidana 5 merasa kesakitan,
entah kenapa. Tiba-tiba pendarahan. Tidak ada seorangpun yang memedulikannya.
Ia berusaha keluar dari sel dan meminta pertolongan. Tapi entah tak ada yang
mendengarnya, semua tertidur pulas. Ia hanya mendengar suara detak jarum jam.
Entah mengapa suara itu sangat mengusiknya.
Narapidana 5: diaaammm.. aku
bilang diaammm !!
Jam terus berdetak, seakan-akan ia dikejar oleh waktu. Rasanya sakit
sekali. Detak jarum jam terus berdetak mengikutinya seakan-akan ia akan lenyap
oleh waktu.
Narapidana 5: tolonggg.. tolongg akuu… aku memang tidak pernah menginginkan anak ini
(memegang perutnya) ia tidak pernah
aku harapkan. Arrrggghhh
Para sipir pun datang, begitu pula dengan
kepala sipir. Segera mereka membuka sel. Tapi tiba-tiba narapidana 5 keluar
dengan sempoyongan mengambil pistol milik kepala sipir.
Narapidana 5: (menodongkan
pistol ke hadapan kepala sipir) kau! Bangsat! Kau tau ini karena
perbuatanmu, kau meniduriku hingga aku mengandung anak sialan ini. Tapi dengan
seenaknya kau tidur dengan perempuan lain. Dan melupakan aku?! Kauuuu !! kau
bangsat! kau harus mati! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan. Hhhhhhh
Sipir 1 : tenang narapidana 5,
kami akan menolongmu, kami akan membawamu ke rumah sakit.
Narapidana 5: hahhhhhh !!!! aku tidak ingin ke
rumah sakit. Aku hanya ingin melihat kalian semua mati dihadapanku. Aku ingin
kalian semua mati lebih dulu dari aku.
Kepala sipir: letakkan pistol
itu! Sekarang katakan apa yang kau mau?
Narapidana 5: yang aku mau? Yang aku mau!
Pertanyaan konyol apa lagi itu? Hahahaaa (menjadi
gila dan tak terarah) aku hanya ingin kalian mati. Hahahaa (sambil memegangi perutnya. Darah terus
mengalir dari kemaluannya. Wajahnya mulai pucat, pandangannya kabur)
Jam dinding kini mulai berdetak lagi. Dan narapidana 5 menatap jam itu
dan menembaknya.
Sipir 1: hey! Apa yang kau
lakukan? Kenapa kau menembak jam itu?
Narapidana 5: aku tidak ingin
mendengar detaknya.
Para napi lain pun terbangun, tak terkecuali perempuan 1. Mereka
berusaha menenangkan narapidana 5. Tapi narapidana 5 malah marah dan semakin
menjadi jadi.
Narapidana 5: kalian semua pergi dari hadapanku!
Atau aku akan menembaki kalian satu persatu. Aku bilang pergi! Pergi!
Pergiii!!!!
Narapidana 5 tiba-tiba menembakkan pistol ke
kepala sipir, kepala sipir pun terjatuh. Melihat kepala sipir terjatuh, sipir 1
segera menolongnya. Tapi ia juga tertembak. Narapidana 5 benar-benar sudah
gila. Narapidana yang lain tak berani menolongnya. Narapidana 1 yang berusaha
menghentikan juga tertembak, begitu pula narapidana 2,3 dan 4. Hanya tersisa
perempuan 1.
Perempuan 1: kenapa kau lakukan ini semua? Kau
boleh marah kepadaku. Tapi jangan mereka. Sekarang letakkan pistol itu! Aku
mohon. Aku mohon letakkan pistol itu.
Narapidana 5: kau! Pelacur! Kau
lonte! Kau juga harus mati seperti mereka.
DUAARRRRR
Perempuan 1 pun tertembak. Tidak ada siapa-siapa lagi.
Narapidana 5: hahahahahahhaaa.. (tertawa terbahak-bahak dan kemudian
menangis. Tertawa lagi lalu menangis lagi)
Terdengar detak jarum jam lagi. Narapidana 5
heran, karena ia merasa sudah menembak jam dinding tadi. Jam terus berdetak
bergantian. Terdengar tidak hanya satu jam dinding, tapi banyak sekali jam
berdetak. Narapidana 5 terus menembaki sumber suara itu. Sampai ia mulai lemas
karena kehabisan darah. Tapi suara detak jarum jam terus mengelilinginya. Dan
ia tidak sanggup bertahan lagi dan mati.
Lampu meredup, suara detak jarum jam pun hilang. Dan pementasan selesai.
…………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar