A. Diagnosis
solusi masalah fisik dan psikomotorik
ü Masalah
fisik
Perkembangan
fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek
penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah
perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja.
Berkaitan
dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan
fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
· Sistem syaraf,
yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;
· Otot-otot, yang mempengaruhi
perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;
· Kelenjar
Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada
usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang
sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;
· Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi
tinggi, berat, dan proporsi.
ü Masalah psikomotorik
Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi
fungsional antara neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi
psikis (kognitif, afektif, dan konatif).
Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik
utama yang bersifat universal harus di kuasai oleh setiap individu pada masa
bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda
(prehension).
Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis
bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal
dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).
Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua
bentuk perilaku psikomotorik ialah :
1.
bahwa perkembangan itu berlangsung
dari yang sederhana kepada yang kompleks,
2.
dari yang kasar dan global (gross
bodily movements) kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan
(finely coordinated movements).
Berjalan dan Memegang Benda
Keterampilan berjalan diawali dengan
gerakan-gerakan psikomotor dasar (locomotion) yang harus dikuasainya selama
tahun pertama dari kehidupannya. Keterampilan memegang benda, sampai dengan
enam bulan pertama dari kelahirannya barulah merupakan gerakan meraih
benda-benda yang ditarik ke dekat badannya dengan seluruh lengannya. Masa enam
bulan kedua dari kelahirannya, jari-jemarinya dapat berangsur digunakan
memungut dan memegang erat-erat benda, seraya memasukkan ke mulutnya. Setelah
keterampilan berjalan bebas dikuasai, keterampilan memegang secara bebas dapat
dicapai.
Bermain dan Bekerja
Mulai usia empat sampai lima tahun bermain konstruksi yang
fantastik seperti menyusun alat-alat mainan tertentu, dapat beralih kepada
berbagai betuk gerakan bermain yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat
dengan aturan-aturan tertentu yang ketat. Pada usia anak sekolah, permainan
fantastik berkembang ke permainan yang realistik yang melibatkan gerakan yang
lebih kompleks disertai aturan tertentu yang ketat. Pada usia remaja, kegiatan
motorik sudah tertuju pada persiapan kerja, keterampilan menulis, mengetik,
menjahit, dan sebagainya.
B.
Diagnosis dan solusi maslah kognitif
dan bahasa
ü
Masalah kognitif
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif :
Ø
Faktor internal, faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang yang berasal dari dirinya sendiri,
diantaranya :
·
Kematangan (maturation) : yaitu
pertumbuhan otak dan sistem syaraf manusia karena bertambahnya usia dari lahir
sampai dewasa.
·
Pengalaman logika matematis, yaitu
kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan individu yang bersangkutan dalam
menyerap pengetahuan baru dari lingkungannya.
·
Penyeimbangan (equilibration) yaitu
proses struktur mental (struktur kognitif) manusia kehilangan keseimbangan
sebagai akibat dari adanya pengalaman-pengalaman atau pembelajaran pembelajaran
baru, kemudian berusaha untuk mencapai keseimbangan baru melalui proses
asimilasi dan akomodasi.
·
Kekuatan mental, kekuatan mental
individu menentukan mampu tidaknya individu tersebut melakukan penyeimbangan
dalam perkembangan kognitifnya.
Ø
Faktor eksternal, faktor dari luar
yang mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang, yaitu transmisi sosial dalam
bentuk interaksi dan kerja sama yang dilakukan antar individu, misalnya
pendidikan yang dibutuhkan orang tua akan mempengaruhi perkembangan kognitif
seseorang begitupun pendidikan dan pengajaran yang di berikan guru pada peserta
didiknya tentu akan mempengarahui perkembangan kognitif pserta didik yang
bersangkutan.
ü
Masalah bahasa
Ø
Faktor faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa
Terkait erat dengan kondisi pergaulan,
oleh karena itu perkembanganya di pengaruhi oleh beberapa faktor :
·
Umur anak
Bahasa
seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan
kebutuhannya.Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan dengan semakin
sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat.pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan , dengan di
barengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara
berkomunikasi dengan baik.
·
Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan
berkembang member andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa
di lingungkan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa didaerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil
menunjukkan perbedaan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan
dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial
lainnya.
·
Kecerdasan anak
Untuk
meniru bunyi/suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan
motorik yang baik. Kemampuan intelektual/tingkat berfikir. Ketepatan meniru,
memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat
dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain,
amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seorang anak.
·
Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga
yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik
bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk
dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi
berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak
perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup didalam keluarga terdidik
dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembanga bahasa.
·
Kondisi fisik
Kondisi fisik disini kesehatan anak.
Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti
bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan
alam berbahasa.
C.
Diagnosis dan solusi masalah moral
dan spiritual
ü
Masalah moral
Pengertian
Moral
Kata
Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti
kebiasaan. Begitu pula kata moralis dalam dunia ilmu lalu
dihubungkan dengan scientia dan berbunyi scientis
moralis, atau philosophia moralis.
Perkembangan
moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain
(Santroch, 1995) .
·
Tingkat Satu
: Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang
paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak
tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan
ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini
perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang
dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap 2:
Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini
penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak
taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik
adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang
dianggap menghasilkan hadiah.
·
Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran
konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan
moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang
mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati
standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada
tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang
lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering
mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil
mengharapkan dihargai oleh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau
laki-laki yang baik.
Tahap 4: Moralitas sistem sosial. Pada
tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial,
hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
·
Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran
pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak
didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral
alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan
suatu kode moral pribadi.
·
Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran
pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak
didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral
alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan
suatu kode moral pribadi.
Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus
hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan
aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu
orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi
nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
Tahap 6:
Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan
suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila
menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara
hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
ü Masalah
spiritual
Pengertian
spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin
“spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai
seseorang. Spiritual meliputi komunikasi dengan Tuhan (fox 1983), dan upaya
seseorang untuk bersatu dengan Tuhan (Magill dan Mc Greal 1988), spiritualitas
didefinisikan sebagai suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan atau suatu
yang lebih agung dari dirisendiri (Witmer 1989).
·
Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi:
Ø .
Kepercayaan
Ø Pemaafan
Ø Cinta dan hubungan
Ø Keyakinan,
kreativitas dan harapan
Ø Maksud dan
tujuan serta anugrah dan harapan.
·
Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting
untuk diperhatikan.:
Ø Individu
yang berusia antara 0-18 bulan, Bayi yang sedang dalam proses tumbuh
kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa.
Ø pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah
mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal
yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar.
Ø Perkembangan
spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan
kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Ø Usia sekolah
merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif pada
anak (6-12 tahun). Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir secara
konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami
gambaran dan makna spriritual dan agama mereka
Ø Remaja
(12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan
hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan
yang akan datang.
Ø Dewasa muda
(18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan
melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih nilai dan
kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan
sistem kepercayaan mereka sendiri.
Ø Dewasa
pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual
yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka
menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem nilai
Ø Dewasa akhir
(38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk
instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini
sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut.
Ø Lanjut usia
(65 tahun sampai kematian). Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987)
pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual
sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang
mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain
·
Beberapa strategi dalam membantu perkembangan moral
dan spiritual peserta didik, yaitu:
Ø Memberikan
pendidikan moral dan keagamaan melalui kerikulum tersembunyi, yakni menjadi
sekolah sebagai atmosfer moral dan agama secara keseluruhan.
Ø Memberikan
pendidikan moral langsung, yakni pendidikan moral dengan pendekatan pada nilai
dan juga sifat selama jangka waktu tertentu, atau menyatukan nilai-nilai dan
sifat-sifat tersebut kedalam kurikulum
Ø Memberikan
pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai, yaitu pendekatan moral
tidak langsung yang berfokus pada upaya membantu siswa memperoleh kejelasan
mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari
Ø Menjadikan
pendidikan sebagai wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati
agamanya, tidak hanya sekedar bersifat teoritis tetapi penghayatan yang
benr-benar dikontruksi dari pengalama Membantu peserta didik mengembangkan rasa
ketuhanan melalui pendekatan spiritual parenting
D. Diagnosis
dan solusi masalah sosialemosional
Perkembangan
sosioemosional peserta didik termasuk suatu pembahasan yang sangat penting
karena dengan mengetahui perkembangan sosio-emosional peserta didik, para
pendidik (guru) dapat mengambil suatu sikap untuk menghadapi pesrta didik
dengan berbagai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda.
Yusuf (2007:122) menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.
Giblin(1981)
keseimbangan pada teori perkembangan emosional Giblin berdasarkan pada
perbedaan antara perasaan dan emosi. Tanggapan afektif pertama perasaan, yang
diproses terhadap tanggapan terhadap kualitas sensorik dan / atau perubahan
fisiologis. Mereka menyebar dan terjadi pada anak-anak praverbal. Sedang
dikuasai oleh jenis kehidupan afektif akan mengakibatkan hilangnya
keseimbangan.
Giblin
percaya bahwa ada lima tahapan dalam perkembangan emosi:
1. Dari 0 sampai 8 bulan ada
ketidakseimbangan dari sensorik respons atau
sensasi yang intens ; penyesuaian refleksif mengikuti,
ekspresi mewakili kesenangan /ketidaksenangan dan istirahat / ketegangan.
2.
Dari 9
sampai 12 bulan ada juga mengembangkan ketidakseimbangan yang dibawa oleh ada
atau tidak adanya orang lain. Kesetimbangan dicapai oleh interaksi, dan di
respon oleh tanggapan yang lebih terorganisir.
3. Dari 2 sampai 6 tahun,
ketidakseimbangan disebabkan secara langsung dan tidak langsung oleh rangsangan
dan kesetimbangan kembali melalui keterampilan representasional dan
keterampilan emosional.
4. Dari 7 sampai 12 tahun,
ketidakseimbangan datang melalui persepsi langsung dan
perbandingan sosial, dan respons emosional melibatkan
pola perilaku.
5. Setelah 13 tahun, ketidak seimbangan
datang melalui perbandingan internal, dan emosi mulai berkontribusi pada konsep
menstabilkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar