BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Aliran
transformasional ini dipelopori oleh Chomsky. Avram Noam Chomsky adalah seorang
profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi
Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa
generatif. Chomsky dilahirkan di Philadelphia tahun 1928, di tengah keluarga
Yahudi radikal keturunan Rusia. Ayahnya, William Chomsky merupakan seorang ahli
bahasa Yahudi yang terkenal. Ketekunan Chomsky dalam membantu kegiatan
kebahasaan yang dilakukan ayahnya, sedikit banyak telah menandai kecemerlangan
daya intelektualnya dalam melakukan kajian kebahasaan di kelak kemudian hari.
Sebagai mahasiswa di universitas Pennsylvania, Chomsky menjadi anak didik tokoh
strukturalisme yang sering disebut memiliki pikiran radikal, yakni Zelling
Harris. Disebut sebagai salah seorang tokoh pengembang strukturalisme, gagasan
yang dikembangkan tidak sepenuhnya mengekor pada konsep pemula strukturalisme
Amerika, yakni Leonard Bloomfield.
Aliran transformasional merupakan reaksi dari faham
strukturalisme. Konsep strukturalisme yang paling ditentang adalah konsep bahwa
bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit). Nama yang dikembangkan untuk model
tata bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky ini adalah Tranformational Generative Grammar tetapi dalam bahasa Indonesia
lazim disebut tata bahasa transformasi atau tata bahasa generative.
Adapun
asumsi yang mendasari pendekatan bahasa secara transformasional ini adalah
sebagai berikut:
1. Bahasa
merupakan satu produk kebudayaan yang kreatif manusiawi.
2. Bahasa
bukan merupakan rekaman tingkah laku luar yang berupa bunyi yang dapat
didengar, melainkan bahasa merupakan satu proses mentalistik yang kelak
kemudian dilahirkan dalam bentuk luar bunyi bahasa yang didengar atau kelak
dimanifestasikan dalam bentuk tulisan.
3. Bahasa
merupakan satu proses produktif, sehingga metode analisis bahasa harus bersifat
deduktif.
4. Formalisasi
matematis dapat juga dikenakan pada formalisasi sistem produktif bahasa.
5.
Analisis bahasa tidak dapat dilepaskan
dari hakikat bahasa yang utuh yakni bunyi dan makna.
Menurut
Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata
bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat
yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna.
Setiap
tata bahasa merupakan teori dari bahasa itu sendiri, dan tata bahasa itu harus
memenuhi dua syarat, yaitu:
1.
Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa
itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang
wajar dan tidak dibuat-buat.
2.
Tata bahasa tersebut harus berbentuk
sedemikian rupa, sehingga istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala
bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik.
Chomsky membedakan antara kemampuan
(competence) dan perbuatan berbahasa (performance). Dalam tata bahasa
transformasional ini kemampuanlah yang menjadi objeknya, meskipun perbuatan
berbahasa juga penting.
Competence adalah kemungkinan yang
terwaris dan tersimpan dalam otak manusia itu memberikan kemungkinan kepadanya
untuk melaksanakan proses berbahasa. Dengan kata lain competence adalah
pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai bahasa mengenai bahasanya. Ia
berpendapat bahwa sebenarnya kalimat yang kita dengar dari seorang pembicara bahasa
tertentu itu pada umumnya adalah kalimat-kalimat yang baru.
Sedangkan performance merupakan
pencerminan dari competence, yang juga dipengaruhi oleh berbagai situasi mental
dan lingkungan real seperti keterbatasan ingatan, keteledoran, kecerobohan dan
sebagainya. Oleh karena itu, agar performance benar-benar merupakan pencerminan
competence atau bunyi dan makna bersesuai dengan kaidah-kaidah competence, maka
faktor-faktor ekstralinguistik tersebut sejauh mungkin dihindari. Dengan kata lain
dapat kita katakan bahwa performance adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam
keadaan yang sebenarnya.
Menurut aliran transformasi, sebuah
tata bahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya,
tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Seseorang bisa
membuat berbagai kalimat yang tidak terbatas jumlahnya dan bisa ia mengerti,
yang mana sebagian besar kalimat tersebut barangkali belum pernah diucapkan
ataupun didengar, kemampuan tersebut dinamakan aspek kreatif bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan tata bahasa Generatif Transformatif?
2.
Bagaimana
struktur logika tata bahasa Generatif Transformatif?
3.
Berapa
komponen yang terdapat dalam tata bahasa Generatif Transformatif?
1.3 Tujuan Pemaparan
1.
Untuk
menjelaskan tata bahasa Generatif Transformatif
2.
Untuk
menjelaskan struktur logika tata bahasa Generatif Transformatif
3.
Untuk
menjelaskan komponen dalam tata bahasa Generatif Transformatif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Generatif Transformatif
Secara
umum transformasi generatif merupakan
proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau
permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun
pergantian.
Teori transformasi generatif
meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta
menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti. Beberapa ahli
tata bahasa membuat batasan-batasan transformasi di bawah ini:
1.
Keraf
( 1980: 153)
“Transformasi
adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik
dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke
bentuk yang sederhana”.
2.
Samsuri
(1981 :35)
“Transformasi adalah proses atau hasil
pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur yang lain menurut kaidah
tertentu”.
3.
Kridalaksana
(1984 :198)
“Transformasi adalah kaidah untuk
mengubah struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau mengatur
kembali konstituen-konstituennya”.
4.
Rosenbaun
(1968 : 28)
“Transformasi convert one sentences
structure by performing verious operations on the constituens making up there
tructure”. Terjemahannya:
“Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam
struktur luar atau struktur permukaannya”.
5.
Kridalaksana,
(1993,69)
Tata
bahasa transformasi generatif merupakan teori linguistik yang menyatakan bahwa
tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan
manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal. Kalimat
dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam struktur
kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah
transformasi.
2.2
Struktur Logika Tata Bahasa Generatif Transformatif
Struktur logika
adalah ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argument daam
suatu proposisi. Struktur
logika tergambar sebagai bagan berikut:
Atau dapat dirumuskan sebagai:
Pred(Arg₁,Arg₂,……Arg(n))
Contoh: “Die Oma hat einen Kaffe getrunken” mempunyai struktur sebagai
berikut:
Atau dapat
dirumuskan sebagai: TRINKEN(die Oma, einen Kaffe). Jadi, proposisi kalimat itu
mempunyai predikat yang berargumen 2.
Argument adalah
segala sesuatu yang dibicarakan sedangkan predikat adalah semua yang
menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan dan sebagainya (Linguistik
Umum, 2012:370).
2.3
Komponen Dalam Tata Bahasa Generatif Transformatif
Menurut teori transformasi generatif, tata bahasa itu terdiri dari tiga
komponen. diantaranya sebagai berikut:
1) Komponen Sintaksis
Komponen
sintaksis dalam aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam
pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi.
Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau
kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah
menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya
dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu
agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut contohnya :
“Ich
lese ein Buch”
Setiap penutur
bahasa Jerman dengan kompetensinya mengenai bahasa Jerman akan bisa menentukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Kalimat tersebut adalah kalimat
berterima, baik, dan lengkap
b) Kalimat tersebut terdiri atas
beberapa kata
c) Dalam kalimat tersebut, kata ich
adalah sebuah nomina, kata lese adalah sebuah verba, kata ein Buch
adalah nomina
d) Jika dipenggal kata tersebut, maka
pemenggalannya sebagai berikut:
Ich lese ein /Buch (tidak
mungkin) ………. 1
Ich/ lese ein Buch
(atau)
………. 2
Ich lese/ ein Buch ………. 3
Jadi dapat
disimpulkan, bahwa meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum
tentu berterima secara semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.
2) Komponen Semantik
Teori linguistik transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat
tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor
itu antara lain (a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata
dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan,
(d) konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum
dan sesudah kalimat yang menyertai kalimat itu, (f) faktor-faktor lain.
Oleh karena itu, teori transformasi generatif menyatakan setiap kata memiliki
filtur semantik (semantic feature) dan penanda semantik (semantic
maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpanya kata bapak memiliki
filtur {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki}, {+menikah}
{-beranak} dan kata ibu {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa},
{-laki-laki}, {+menikah} {+beranak}.
Pengenalan
filtur-filtur semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap
penutur suatu bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh karena
itu, penutur bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan mana
kalimat yang tidak berterima.
3) Komponen Fonologi
Komponen fonologi menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi
generatif yang memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur
luar sintaksis menjadi reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita
dengar yang diucapkan oleh seorang penutur.
Bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau
dalam studi fonologi disebut fon. Semua hal ini
dalam fonologi dideskripsikan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya
kata [baraŋ] dan [paraŋ] yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah
fon, letak bedanya hanya pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon
ini termasuk bunyi hambat bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi
[p] adalah bunyi yang tidak bersuara.
Komponen fonologi memiliki dua peringkat, yaitu peringkat dalam dan
peringkat luar. Peringkat dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik
yang berada diperingkat luar. Kedua
peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi.
BAB
III
KESIMULAN
Teori generatif transformasi adalah teori linguistik yang
menerangkan tentang pembentukan kalimat-kalimat gramatikal dan menjelaskan
struktur setiap kalimatnya, serta mengalihkan struktur dalam bahasa kepada
struktur luar bahasa untuk menentukan suatu kalimat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar