Resume : Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan (Kohort; Life
event; Significant Other’s)
Nama Kelompok:
1.
Cicilia
Cahyaningrum (140241600402)
2.
Ketut Rianjani (14024160)
3.
Saufa
Nursyamsyi (140241604434)
Dosen :
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan:
1.
Kohort
Kohort – Kumpulan taksonomi tidak tetap yang
digunakan dalam cara berlainan oleh pakar yang berlainan, misalnya kumpulan
dalam taraf di atas superorder, kumpulan di antara kelas dan order, atau
kumpulan famili yang berkaitan, atau Kohort berasal dari kata romawi yang
berarti “kelompok di dalam ketentraman”. Kemudian kohort ini diterapkan dalam
kependudukan yang diartikan sebagai “kelompok penduduk yang lahir pada suatu
tahun yang sama (kelompok umur yang sama)”. Untuk selanjutnya dibidang
pendidikan juga menggunakan istilah kohort yang diartikan sebagai “kelompok
murid yang berada pada suatu tingkat yang sama pada suatu tahun tertentu di
dalam suatu sistem pendidikan tertentu pula”, misalnya: kelompok murid di kelas
1 sekolah dasar pada tahun 2006 di propinsi Nusa Tenggara Barat di sebut kohort
kelas 1 SD tahun 2006.
Pengaruh kohort
(cohort effects) disebabkan oleh waktu kelahiran atau generasi subyek, tetapi
bukan oleh usia nyata. Misalnya, kohort dapat berbeda dalam tahun pendidikan,
praktik pegasuhan anak, kesehatan, sikap terhadap seks, nilai-nilai agama, dan
status ekonomi. Pengaruh kohort penting karena dapat sangat mempengaruhi ukuran
terikat (dependent) dalam studi yang seolah-olah berkaitan dengan usia. Para
peneliti memperlihatkan bahwa pengaruh kohort penting, khususnya untuk menginvestigasi pengukuran inteligensi
orang dewasa (Schaie, 1993; Schaie, Wilis, & O’Hanlon, dalam proses cetak;
Wilis, 1990; Wilis & Schaie, 1986). Individu yang lahir pada waktu yang berbeda
– seperti tahun 1920, 1940, dan 1960 – memiliki kesempatan yang lebih luas
dalam pendidikan, sementara individu yang lahir pada tahun-tahun sebelumnya,
memiliki akses yang kecil.
2.
Life event
Peristiwa artinya sesuatu hal yang terjadi
atau bisa juga disebut sebagai kejadian. Macam-macam istilah dalam peristiwa
kehidupan dalam perkembangan seseorang ada yang disebabkan karena peristiwa
secara kebetulan, peristiwa kesempatan/peluang, peristiwa pengalaman/kenangan,
peristiwa khayal, peristiwa bawah sadar, peristiwa keanehan alami, dan
peristiwa kausal (kejadian sebab akibat)
Life Event adalah
kejadian-kejadian yang dialami selama kita hidup yang dapat mempengaruhi
perkembangan. Misalnya trauma di masa kecil, trauma termasuk life event karena
akan mempengaruhi kehidupan pada masa depan.
Secara teoritis life events dapat diartikan sebagai peristiwa dalam
kehidupan seseorang yang kemunculannya menuntut atau merupakan indikasi dari
perubahan-perubahan yang signifikan di pola kehidupan yang sedang di jalankan
oleh individu (Klaus Riegel – critical evets)
Hasil dari penelitian
bahwa peristiwa kehidupan mayor (misalnya, kematian pasangan, perceraian)
memberikan pengaruh terhadap keadaan untuk individu- individu, yaitu kekuatan
untuk merubah kepribadian mereka. Versi yang lebih canggih dalam live-events
framework menekankan faktor- faktor yang menjadi penengah pengaruh dari Live events pada orang
dewasa---kesehatan fisik, kecerdasan, kepribadian, dukungan keluarga. Saat ini
berapa individu mungkin menganggap live event sebagai suatu stress yang tinggi.
Sedangkan yang lain memandang peristiwa tersebut sebagai suatu tantangan.
Penting untuk
mempertimbangkan keadaan sosial budaya yang terjadi dalam peristiwa kehidupan.
Misalnya, perceraian mungkin terjadi akibat stres setelah bertahun-tahun
menikah. Ketika mereka berada dalam usia lima puluhan, kemudian ketika mereka
hanya telah menikah beberapa tahun dan di usia dua puluhan. Salah satu konsekuensi dari ini adalah bahwa perkembangan mungkin terjadi pada setiap titik dalam kehidupan dan
tidak perlu linear.
Kategorisasi Aspek- Aspek dari Suatu Live event Berdasarkan Live
Event Model :
a.
Non Normative event s
biologis dan sosial budaya adalah pengaruh yang cukup jelas dikaitkan dengan
usia, seperti kematangan fisik selama masa kanak- kanak atau peristiwa khas
pada masa dewasa yang melibatkan keluarga, pendidikan, dan pekerjaan.
- Normative age
graded events, lingkungan, bencana, dan pengaruh sosial yang mempengaruhi
sebagian besar anggota suatu budaya pada saat yang sama, seperti perang
menyapu perubahan ekonomi atau teknologi, dan epidemic besar. Efek ini
mungkin berbeda tergantung pada usia seseorang pada saat acara tersebut,
tetapi kebanyakan orang karena usia, dari keseluruhan kohort akan
mempunyai pengalaman yang sama.
- Normative history
graded event, peristiwa yang signifikan bagi individu tertentu, tetapi
bukan bagian dari pola keseluruhan terikat dengan siklus hidup, seperti
kecelakaan lalu lintas, kemenangan undian, dan konversi agama.
Kaitan life event dengan pendidikan menjadi penting karena Era globalisasi saat ini dan tantangan masa depan mengharuskan
generasi muda Indonesia memiliki momen-momen khusus sebagai ekspresi rasa nasionalisme
dalam hal mewujudkan kemajuan bangsa. Yaitu, momen-momen dalam pendidikan,
inovasi sosial dan ekonomi, teknologi, bahasa asing dan momen dalam talenta
yang dimiliki. Momen yang paling penting bagi generasi muda Indonesia adalah
pendidikan. Salah satu hal klasik tetapi tetap menjadi investasi penting
sebagai kunci pokok peningkatkan kualitas sumber daya manusia. Indonesia
sebagai Negara berkembang secara otomatis masih memerlukan peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana
pada tahun 2011 United Nation De¬velopment Program (UNDP) masih memposisikan
Indonesia di ranking 124 dari 187 negara. Melalui pendidikan, terdapat
integritas sumber daya manusia Indonesia dan generasi muda menjadi generasi
yang intelektual, kreatif, berbudaya, berdaya saing dan berkarakter.
3.
Significant
Others
Significant Others adalah orang terdekat yang mempengaruhi individu. Semisal orang tua, mereka adalah significant others yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Contoh lainnya adalah seorang siswa
yang bermasalah ketika akan diwawancarai, kita juga harus mewawancarai orang tua atau saudaranya
untuk mengetahui kebenarannya. Keluarga adalah
basis pendidikan yang paling utama, dan orang tua merupakan figur utama
pendidik dalam keluarga. Keteladanan orang tua merupakan pola pendidikan yang
paling ringkas, simpel dan efektif. Kasih sayang dan komunikasi antar anggota
keluarga ditambah dengan contoh nyata dari figur orang tua merupakan unsur
penting dalam mendidik buah hati kita. Orang tua yang luar biasa adalah orang
tua yang disegani, ditaati dan diteladani oleh anak-anaknya.
Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang
mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang
harus dilaksanakan oleh para anggotanya. Dalam keluarga,
orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut
memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman
disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. Namun menurut Jacobs
dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu:
(1)keluarga, (2) kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, dan (4) media
massa. Para ahli sosiologi menambahkan juga peran dan pengaruh dari
lingkungan kerja.
1. Keluarga sebagai agen/media sosialisasi
Keluarga merupakan satuan sosial yang
didasarkan pada hubungan darah (genealogis), dapat berupa keluarga inti (ayah,
ibu, dan atau tanpa anak-anak baik yang dilahirkanmaupun diadopsi), dan
keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari satu keluarga inti
yang mempunyai hubungan darah baik secara hirarkhi maupun horizontal. Nilai dan
norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar yang
diperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang
dalam masyarakat yang lebih luas. Pihak yang terlibat (significant other):
Pada keluarga inti: ayah, ibu saudara kandung, pada keluarga luas: nenek,
kakek, paman, bibi, pada masyarakat menengah perkotaan sejalan dengan
meningkatnya partisipasi kerja perempuan: baby sitter, pembantu rumah tangga,
petugas pada penitipan anak, guru pada play group, dll.
2. Kelompok pertemanan sebagai agen/media sosialisasi
Dalam lingkungan teman sepermainan
lebih banyak sosialisasi yang berlangsung equaliter, seseorang belajar bersikap
dan berperilaku terhadap orang-orang yang setara kedudukannya, baik tingkat
umur maupun pengalaman hidupnya. Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang
mempelajari nilai-nilai dan normanorma dan interaksinya dengan orang-orang lain
yang bukan anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar mengenai berbagai
keterampilan sosial, seperti kerjasama, mengelola konflik, jiwa sosial,
kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan.
Di kalangan remaja kelompok sepermainan dapat berkembang menjadi kelompok
persahabatan dengan frekuensi dan intensitas interaksi yang lebih mantap. Bagi
seorang remaja, kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai penyaluran
berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat serta perhatian yang tidak mungkin
disalurkan di lingkungan keluarga atau yang lain. Peran positif kelompok
sepermainan/persahabatan:
·
memberikan rasa aman dan rasa yang
dianggap penting dalam kelompok yang berguna bagi pengembangan jiwa
·
menumbuhkan dengan baik
kemandirian dan kedewasaan
·
tempat yang baik untuk mencurahkan
berbagai perasaaan: kecewa, takut, kawatir, suka ria, dan sebagainya, termasuk
cinta.
·
Merupakan tempat yang baik untuk
mengembangkan ketrampilan sosial: kemampuan
memimpin, menyamakan persepsi,
mengelola konflik, dan sebagainya. Tentu saja ada peran kelompok persahabatan
yang negatif, seperti perilaku-perilaku yang berkembang di lingkungan delinquen
(menyimpang), misalnya gang.
3.
Sistem/lingkungan
pendidikan sebagai agen/media sosialisasi
Dilingkungan pendidikan/sekolah anak
mempelajari sesuatu yang baru yang belum dipelajari dalam keluarga maupun
kelompok bermain, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Lingkungan
sekolah terutama untuk sosialisasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
nilai-nilai kebudayaan yang dipandang luhur dan akan dipertahankan kelangsungannya
dalam masyarakat melalui pewarisan (transformasi) budaya dari generasi ke
generasi berikutnya.Fungsi sekolah sebagai media sosialisasi antara lain:
·
mengenali dan mengembangkan
karakteristik diri (bakat, minat dan kemampuan)
·
melestarikan kebudayaan
·
merangsang partisipasi demokrasi
melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan pengembangan kemampuan berfikir
kritis, analistis, rasional dan objektif
·
memperkaya kehidupan dengan cakrawala
intelektual serta cita rasa keindahan
·
mengembangkan kemampuan
menyesuaikan diri dan kemandirian
·
membelajarkan tentang hidup sehat,
prestasi, universalisme, spesifisitas, dll.
4. Peran
media massa
Para
ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui
media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst.)
memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak. Beberapa
hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan
untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet,
seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll. Diakui
oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi, bahwa
akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan kecenderungan
cara hidup yang sama.
5. Sistem/lingkungan
kerja sebagai agen/media sosialisasi
Di
lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup.
Tidaklah berlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di
lingkungan militer berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi.
Seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan
militer dengan garis komando yang tegas. Dosen atau guru lebih banyak
bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar