MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
Deutsche Morphologie
yang dibimbing oleh
Bapak Deddy Kurniawan, S.Pd., M.A.
Oleh
Gading Eko Nugroho
140241604573
Prastiwy Nur Noviana S
140241601339
Uswatun Khasanah
140241602637
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA JERMAN
Februari 2016
Infleksi dan Derivasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Morfologi
adalah bagian dari linguistik yang mempelajari seluk-beluk struktur kata serta
pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Verhaar (2010:97)
menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasikan
satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Satuan gramatikal
tersebut dinamai morfem. Morfem dibagi menjadi dua, yaitu morfem bebas dan
morfem terikat. Bebas secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri
dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya. Sedangkan terikat
secara morfemis artinya morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan hanya
dapat dileburkan pada morfem yang lain.
Berdasarkan penelitian morfologis, ada
berbagai kemungkinan untuk menggolongkan konstruksi-konstruksi morfem, misalnya
menurut penafsiran dan jenis-jenisnya, namun yang paling masuk akal adalah
penggolongan menurut morfem dasar yang sama. Sebagai contoh kontruksi
morfenemis yang mungkin dikembangkan dari morfem pradasar yaitu kata ajar menjadi mengajar,
belajar, pelajaran, dan seterusnya. Demikian pula kontruksi dengan
bentuk polimorfemis sebagai dasar, misalnya dengan kata pelajaran sebagai
dasar ada kata pelajaranku, pelajaranmu, dan pelajarannya.
Para ahli linguistik berpendapat
bahwa dua golongan bawahan yang terpenting dalam paradigma morfemis adalah
golongan yang berdasarkan infleksi dan berdasarkan derivasi.
Golongan infleksi adalah daftar paradigmatis yang terdiri atas
bentuk-bentuk kata yang sama, sedangkan golongan derivasi adalah daftar yang
terdiri atas bentuk-bentuk kata yang tidak sama, misalnya bentuk kata mengajar dan diajar adalah
dua bentuk kata aktif dan pasif dari kata yang sama yaitu
mengajar, sedangkan mengajar dan pengajar merupakan
dua kata yang berbeda yaitu kata verba dan nomina.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk
mengetahui makna kata bahasa Jerman, makalah ini akan menganalisis tentang
proses derivasi dan infleksi kata. Dari hasil analisis tersebut diharapkan
dapat mendeskripsikan proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman, sehingga
dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana proses morfemis yang terjadi
pada bahasa Jerman.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan di atas, maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
dirinci sebagai berikut.
1. Apakah pengertian infleksi dan derivasi?
2. Apakah perbedaan antara infleksi dan derivasi?
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka ditentukan pula tujuan dari
penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian infleksi dan derivasi.
2. Untuk mengetahui perbedaan infleksi dan derivasi.
PEMBAHASAN
Pengertian Infleksi
Menurut
Bickford dkk, dikutip Ba’dulu dan Herman (2005:12) “Morfologi infleksional tidak mengubah satu
kata menjadi kata yang lain dan tidak pernah mengubah kategori sintaksis
sebaliknya menghasilkan bentuk lain dari kata yang sama”.
Menurut Chaer,
(2007:171) “Sebuah kata yang sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan
dengan katagori gramatikalnya. Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi
infleksional disebut paradigma infleksional”.
Menurut
Verhaar, (2010:121) ”fleksi adalah
proses morfemis yang ditetapkan pada kata sebagai unsur leksikal yang sama. Pada umumnya dalam bahasa-bahasa di dunia, seluruh
morfologi infleksional
dihabiskan oleh apa yang disebut dengan konjugasi dan deklinasi”.
Konjugasi
menurut Verharr (2010:121) adalah alternasi infleksional pada verba, dan
deklinasi adalah alternasi infleksional pada nomina dan pada kelas-kelas kata
yang dapat disebut “nominal”, seperti “pronomina” dan ”ajdektiva”.
Konjugasi
bahasa Jerman hampir sama dengan bahasa Inggris, bahwa konjugasi dalam bahasa
Jerman juga dibagi menjadi dua, yaitu kata kerja beraturan dan kata kerja tidak
beraturan. Yang dikatakan konjugasi adalah kata kerja yang mengungkapkan waktu,
pengandaian, orang, dan jumlah. Jadi dalam bahasa Jerman semua kata kerja harus
dikonjugasikan atau dipenggal-penggal berdasarkan pelaku atau subjek.
Misalnya: kata dasar geh
= gehe (bentuk pertama tunggal)
= gehst (bentuk kedua tunggal)
Kemudian untuk bentuk präteritum(lampau) dari geh terjadi secara nonsegmental, karena
kata dasar geh termasuk kata dasar
tidak beraturan.
Misalnya: kata dasar geh
= gehe saya pergi (bentuk pertama
tunggal präsen)
= ginge saya (dulu pernah) pergi (bentuk
pertama tunggal präteritum).
Sedangkan yang dimaksud deklinasi dalam bahasa Jerman
adalah nomina, artikel dan ajektif (mengungkapkan kasus, jumlah, dan jenis).
Misal berdasarkan kasus, adalah:
Mann = laki-laki
(subjek tunggal nominatif)
Mannes = milik laki-laki
(bentuk tunggal kasus genitif)
Männer = laki-laki jamak (bentuk kasus
jamak, vokal pada kata dasar menjadi berumlaut).
Tetapi tidak semua kata jamak dalam bahasa Jerman ditambahkan
dengan umlaut. Misal artikel dan ajektif berdasarkan jenis kata tunggal dalam
Verharr (2010:140):
maskulin feminin neutrum
gut (Nominativ) =
guter
Mann
gute Frau
gutes
Kind
gut (Akkusativ) =
guten
Mann
gute Frau
gutes Kind
gut (Dativ) = gutem Mann(e)
guter
Frau
gutem
Kind(e)
gut (Genitiv) =
guten
Mannes
guter
Frau
guten
Kindes
“laki-laki baik” “perempuan baik” “anak baik”
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa infleksi adalah perubahan
bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa
mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan
tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah
bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak
berubah.
Pengertian Derivasi
Menurut Ba’dulu
dan Herman (2005:12) ”morfologi derivasi mengambil satu kata
dan mengubahnya menjadi kata yang lain, yaitu menciptakan entri-entri leksikal
baru. Dalam kasus-kasus yang paling jelas, morfologi devirasi menciptakan
suatu kata dari kategori sintaksis lain”.
Menurut
Verhaar, (2010:121) “derivasi adalah proses morfemis yang mengubah
kata sebagai unsur leksikal tertentu menjadi unsur leksikal yang lain”. Selanjutnya Verhaar (2010:143) menambahkan bahwa dua kata
dengan kata dasar sama termasuk kelas kata yang sama, tetapi berbeda maknanya,
maka kedua kata itu juga termasuk derivasi karena berbeda secara leksikal.
Menurut
Chaer, (2007:175) “derivasi merupakan pembentukan kata secara
derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama
dengan kata dasarnya”.
Yang dimaksud
dengan derivasi ialah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada
dasarnya atau afiks yang menghasilkan leksem baru dari leksem dasar.
Misalnya kata reviews dapat dianalisis atas sebuah prefiks re-, sebuah akar
view, dan sebuah sufiks -s. Prefiks re- membentuk leksem baru review dari
bentuk dasar view, sedangkan sufiks -s membentuk kata yang lain dari leksem
review. Jadi prefiks
re-
bersifat derivasi, sedangkan sufiks -s bersifat infleksi.
Selain itu derivasi adalah merupakan proses morfemis yang karena
afiksasi menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentukan dengan ketentuan
bahwa bentukan tersebut berubah kelas katanya dari kata dasarnya. Selain
melalui afiksasi, ada tiga proses morfologis lain, yaitu reduplikasi, komposisi
dan proses derivasi secara nonsegmental.
Afiks
1. Präfigierung
atau prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Yang termasuk
prefiks dalam bahasa Jerman adalah ”be”,
”ent”, ”ver”, ”un”. Pembentukan derivasi katanya adalah afiks + kata dasar.
Misalnya: ent +
gehen = entgehen
ent + pergi = melarikan diri (berubah maknanya)
2. Suffigierung
atau sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata dasar. Yang termasuk
sufiks adalah ”heit”, ”ung”, ”bar”, dan
”sam”. Pembentukan derivasi katanya adalah kata dasar + afiks.
Misalnya: schön +
heit = Schönheit
cantik + heit = kecantikan (nomina deajektiva)
3. Zirkumfigierung
atau sirkumfiks atau konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, yaitu di
depan dan di belakang bentuk dasar. Yang termasuk konfiks adalah ”ge - e” dan ”be - t”. Pembentukan
derivasi katanya adalah= afiks 1 + kata dasar + afiks 2.
Misalnya: be + reif
+ t = bereift
be + matang + t = membekukan (berubah
maknanya dan menjadi verba deajektiva)
4. Desuffigierung
yaitu derivasi kata yang berasal dari kata dasarnya. Pembentukan derivasi
katanya adalah kata dasar – afiks.
Misalnya: tanzen –
afiks (-en) = Tanz
menari – afiks (-en) = Tarian (nomina
deverba)
5. Konversi, yaitu perubahan dari satu bentuk ke bentuk
yang lain. Pembentukan derivasi katanya sama dengan bentuk kata dasarnya.
Misalnya: essen =
Essen
makan = makanan (nomina deverba)
·
Perlu
diketahui bahwa kata dasar verba dalam bahasa Jerman selalu ditambahkan dengan
sufiks –en (infinitif).
Reduplikasi
Reduplikasi berarti pengembaran. Pengembaran dalam hal
ini adalah mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut. Dalam
bahasa Indonesia bentuk reduplikasi banyak ditemui, seperti misalnya meja-meja,
pemuda-pemuda, dan kemungkinan-kemungkinan. Namun dalam bahasa Indo-Eropa tidak
banyak ditemukan , walaupun dalam bahasa Inggris ada goody-goody, pretty-pretty
dan lain sebagainya (Verhaar, 2010:152).
Reduplikasi dapat dibedakan menjadi reduplikasi ”penuh”
seperti dalam meja-meja, atau reduplikasi ”parsial”, seperti dalam lelaki,
pepatah (Verhaar, 2010:152).
Komposisi
Komposisi menurut Verhaar (2010:154) adalah proses
morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang
dinamakan kata majemuk. Dalam bahasa Jerman pembentukan kata majemuk berasal
dari gabungan kata dasar atau juga dari kata dasar + interfik (fugen) yang biasanya berupa penambahan
huruf (-s) + kata dasar. Selanjutnya Verhaar (2010:156) menyebutkan bahwa
bahasa Jerman di Eropa Barat memiliki potensi yang hampir tak terbatas untuk
komposisi.
Misalnya:
-
Liebeslied
yang terbentuk dari kata nomina Liebe
+ fugen (-s) + kata nomina Lied.
-
Nyanyian
cinta yang terbentuk dari kata nomina cinta + tambahan (-s) + kata nomina
nyanyian.
Derivasi
Nonsegmental
Derivasi
nonsegmental adalah proses morfemis di mana terjadi perubahan vokal umlaut atau
ablaut, dan atas dasar morfologis, berupa modifikasi vokal (Verhaar, 2010:150).
Misalnya: Buch (buku) menjadi Büchlein (buku kecil). Derivasi yang
bersufiks (-lein) menghasilkan kata
“diminutif”. /u/ dalam Buch
diumlautkan menjadi /ü/. Pendek kata umlaut terjadi secara paradigmatis dalam
jamak Bücher (buku-buku).
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa derivasi adalah suatu perubahan
proses kelas kata (kata kerja) dengan atau tanpa pemindahan kelas kata.
Perbedaan-perbedaan antara Infleksi dan Derivasi
Untuk
memenuhi makna kedua proses morfologi ini serta perbedaan-perbedaannya dapat
dikemukakan pendapat beberaapa linguis. Menurut Nida dikutip Ba’dulu dan Herman
(2005:11) perbedaan antara infleksi dan derivasi adalah
sebagai berikut:
1. Infleksi
a) Cenderung
merupakan formasi luar, muncul lebih jauh dari stem ketimbang afiks derivasi.
b) Cenderung
kurang bervariasi, namun dengan distribusi yang luas.
c) Digunakan untuk
mencocokkan kata-kata bagi pemakaian dalam sintaksis, namun tidak pernah
mengubah kelas kata.
2. Derivasi
a) Cenderung
merupakan formasi dalam, muncul lebih dekat ke stem ketimbang afiks
derivasi.
b) Cenderung lebih
bervariasi, namun dengan distribusi yang terbatas.
c) Digunakan untuk
menetapkan kata-kata dalam suatu kelas dan umumnya mengubah kelas kata.
·
Perbedaan lainnya adalah bahwa
afiks derivasi sering memiliki makna leksikal, sedangkan
afiks infleksi biasanya memiliki makna gramatikal.
·
Perbadaan lain antara infleksi dan
derivasi ialah bahwa infleksi biasanya disusun ke dalam suatu
paradigma, sedangkan derivasi tidak.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
dari paparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, infleksi
adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan
atau tanpa mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata
kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya
dengan mengubah bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam
kata itu tidak berubah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pula bahwa
derivasi adalah suatu perubahan proses kelas kata (kata kerja) dengan atau
tanpa pemindahan kelas kata.
Beberapa cara
untuk mengetahui apakah sebuah afiks bersifat infleksi atau derivasi.
Jika sebuah afiks mengubah bentuk-bentuk dasarnya, afiks itu bersifat derivasi.
Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata bentuk dasarnya biasanya termasuk
afiks infleksi. Afiks-afiks infleksi selalu menampakkan makna yang
teratur atau dapat diprediksikan; sebaliknya makna-makna dari afiks-afiks derivasi tidak
dapat diramalkan. Terdapat suatu kaidah umum bahwa bila dapat menambahkan
afiks infleksi pada salah satu anggota dari sebuah kelas kata, akan
dapat menambah afiks infleksi pada semua anggota kelas yang lain.
Afiks derivasi tidak dapat ditambahkan pada setiap anggota kelas.
Dengan begitu, dapat ditentukan bahwa afiks-afiks infleksi itu
bersifat tidak produktif, sedangkan afiks derivasi bersifat
produktif.
DAFTAR RUJUKAN
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman.
2005. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.
Baroqoh, Asri. 2011. Derivasi dan
Infeksi Kata Bahasa, (online), (http://quinzjr.blogspot.co.id/2011/01/derivasi-dan-infleksi-kata-bahasa.html),
diakses tanggal 20 Januari 2016.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Verhaar. 2010. Asas-Asas
Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar