JOKIKU SAYANG, JOKIKU MALANG
Dwi
Wulandari
Subur: Ayah Novry, usia
45 tahun.
Novry: Joki sekaligus
Pembalap usia 17 tahun, gaul, punya banyak teman.
Tias: Gadis kaya raya
usia 16 tahun, anak Polisi.
Papa: Ayah Tias, Polisi
usia 40 tahun.
Paman: Paman Tias, Ustad
usia 50 tahun
Mika: teman Tias, kurang
pergaulan, berkacamata.
Hendra: teman Novry,
pembalap sekaligus Joki, pemabuk.
BABAK
I
Tias :
(Menangis dipinggir jalan, terkadang berteriak. Dari siang sampai menjelang
magrib. Rambutnya acak-acakkan. Pakaiannya lusuh. Tak bisa berbicara. Setiap
kali terdengar suara sepeda motor, ia menjerit-jerit. Setiap kali terdengar
suara adzan dari Masjid dipinggir jalan ia terisak-isak. Kadang
menyanyi lalu memarahi setiap kali ada pejalan kali yang lewat. Musik sedih
dimainkan).
Mika : Tias, mamam ya. Nanti sakit, loh! Novry
bentar lagi datang kok jemput Tias. Makanya Tias makan, ya. Novry gak mau Tias
nangis dan lapar mulu. Capekkan nangisnya? Yuk, satu suap aja! (Mika menyerah,
pada akhirnya menangis. Memeluk Tias).
Hendra : Tias makan, yuk! Setelah itu mandi. Kan udah
malam. Nanti nonton Novry bareng ya kita. Makanya kamu mandi dulu. Sisir rambut
dulu biar cantik (Hendra menyerah melihat Tias yang mematung sedari tadi).
BABAK II
(Disebuah malam, di area
balap liar. Ada segerombolan pembalap liar dan beberapa Joki. Disudut panggung
ada lampu jalan. Dibawah lampu terdapat kursi panjang).
Tias : Nov… Novry… (memanggil-manggil Novry diujung
jalan).
Mika : Heh, Tias. Kita ngapain pergi ketempat
kayak begini sih? Ayo pulang! Mika takut tahu! (mengunyah snack sambil membenarkan kacamatanya).
Tias : Aduh, berisik! Aku mau ketemu Novry.
Kamu mau ikut nemani enggak?
Mika : Mau, tapi Mika takut! Liat tuh mereka pada
ngetrek-ngetrek! Ah, kita pulang aja yuk! (menarik-narik tangan Tias).
Tias : Tadi kamu katanya mau ikut. Gimana sih?
Gak konsisten banget! Yaudah, kamu kalau mau pulang, pulang aja sana sendiri!
Mika : Loh, Tias kok jahat! Mika gak berani
pulang sendirian. Terus ntar kalau Tias kenapa-napa gimana? Kan Mika yang
disalahin sama Papanya Tias.
Novry : Loh, kalian disini? Ngapain? Pulang loh,
udah malem! (Tias tersipu malu)
Mika : Apa? Enggak dengar! Mereka berisik banget!
(Mika menunjuk segerombolan Pembalap yang mulai melewati garis start).
Novry : Kalian ngapain disini? Udah malam! (Novry
menaikkan nada suaranya).
Hendra : Loh, siapa ini? Gak dikenalin ke aku?
(memegang botol minuman keras sambil mencolek pinggang Mika).
Mika : Iih, apaan sih? Gak usah pegang-pegang!
Tias : Aku pengin ketemu kamu. Aku pengin
ngomong sesuatu, Nov.
Novry : Santai aja. Ngomong, deh!
Tias : Aku enggak bisa disini.
Novry : Yaudah, ikut aku yuk! (Novry menarik lengan
Tias sampai akhirnya mereka duduk di kursi didekat bawah lampu disudut
panggung). Kamu mau ngomong apa?
Mika : Tias, kok aku ditinggalin sih! Jahat
banget! (Tias dan Novry mengabaikan suara Mika. Mika ditahan oleh Hendra).
Tias : Aku pengin ngomong sesuatu, Nov. Tapi
kamu jangan marah ya? Janji? (Novry tersenyum lebar). Aku pengin minta
kejelasan dari hubungan kita. Selama ini kita jalan bareng, main bareng. Kamu
yakin gak punya perasaan apa-apa sama aku? Aku perempuan. Aku butuh yang pasti.
Aku capek sama yang enggak jelas. Kamu enggak pengin ngasih aku klarifikasi
tentang hubungan kita? Aku sayang sama kamu, Nov (Tias menangis).
Novry : Aku juga sayang samu kamu, Tias. Kamu butuh
apa dari aku? Apa yang kamu mau? Kalau kita jadian aku bisa kasih kamu apa?
Kamu tahukan perkerjaan aku apa? Aku cuma Joki. Aku kerja kayak gini bukan atas
kemauan aku. Aku butuh uang. Aku butuh bayarin adik-adik aku sekolah (mengusap
air mata Tias).
Tias : aku gak ngerti jalan pikiran kamu? Kamu
tinggal bilang aja. Aku pasti bakalan jawab iya. Susah banget! Aku gak minta
apa-apa dari kamu. Cuma kejelasan dari hubungan kita. Aku pengin orang-orang
tahu kalau kita pacaran. Biar aku ada alasan kenapa keluar bareng kamu.
Novry : Aku rasa enggak perlu kita pacaran. Kita udah
saling tahu kayak apa perasaan kita. Yaudah! Kita masih terlalu muda, Tias
(memeluk Tias erat).
Paman : Heh, Tias kamu ngapain disini malam-malam? Astagfirullah! Katanya Novry
bisa jagain kamu. Ini buktinya? (Paman memukuli Novry).
Tias : (Kaget) Paman, kok bisa ada disini?
Paman jangan pukul Novry! (menangis lagi).
Paman : Ayo pulang! Kamu itu perempuan. Gak pentes
diluar malam-malam sama laki-laki, ditempat balapan liar, berpelukan lagi!
Astagfirullah, ya Allah ampuni hamba! (lampu redup, terdengar suara motor yang
kebut-kebutan).
***
BABAK
III
(Di area balap liar, sore
hari. Novry dan Hendra sedang duduk di kursi di dekat bawah lampu disudut
panggung sambil menyedot teh botol).
Hendra : Eh, by
the way lo kenapa gak mau jadian sama Tias sih? Jelas-jelas dia cakep, kaya,
pinter lagi. Dia juga seneng sama lu kan, mamen. Kalau lu kagak mau buat gua
ajadah!
Novry : Gua jadi Joki bukan buat cari pacar. Gua cuma
pengin bantuin penghasilan orang tua gua. Ntar kalau punya cewek juga malah
bikin kita gak konsen kan pas balapan. Ya gak? Awas lu macam-macam sama Tias.
Gua habisin lu!
Hendra : Brooh, segitu cintanya lu sama Tias. Salut
gua! Nah, kalau gua jadi Joki buat cari pacar, dong! Uhuuuy, asoy, geboyy
(Hendra mencoba menggoda cewek-cewek yang melintas dipinggir jalan). Aduh,
bosan ni! Cabut, yuk! (Novry membonceng Hendra menaiki motor yang sudah
dirombak. Mereka tidak menggunakan helm).
Papa : Heh, tunggu! SIM? STNK? Helm mana helm?
(seru seorang Polisi berbadan tegap. Novry dan Hendra belum sempat beranjak).
Kerja kamu apa?
Hendra : Joki, Pak. Ada apa? Kok semuanya diambilin?
Loh!
Papa : Kalau mau SIM dan STNK balik, ketemu saya
di meja sidang ya.
Novry : Loh, pak gak bisa pak. Kita orang gak mampu.
Makanya jadi Joki. Helm gak mampu beli pak. Bapak kalau mau tilang yang kaya
aja sana pak. Dijalan banyak yang gak pakai helm, enggak ditangkap. Kita
ditangkap.
Papa : Melawan kamu, ya?!! Sudah salah, gak mau
ngaku lagi. Mana orangtua kalian?
Novry : Nah itu, Pak. Bapak, Pak…
Subur : Ya, ada apa Nov?
Novry : Ini pak mau ditilang padahal ya kita gak
mampu mau beli helm.
Papa : pekerjaan Bapak apa? Bapak suruh anaknya
kerja? Bapak tahu enggak ini itu jalanan. Bahaya buat anak Bapak yang masih
muda kayak gini.
Subur : Iya, pak Novry ini anak saya. Dia bantuin
saya cari uang buat adik-adiknya sekolah. Kita orang gak mampu, Pak. Jangan
ditilang, Pak!
Papa : Gak bisa, semua mesti tertib dengan negara
Pak. Jadi Bapak dan anak Bapak harus mengikuti prosedur. Ayo, kita ke kantor
Polisi, Pak! (Papa berteriak saat Hendra memukuli pipinya. Kemudian Novry ikut
menyerang Papa. Lampu redup).
***
BABAK
IV
(Di area balapan, didepan
Masjid setelah adzan Isya).
Tias : Nov, aku temani kamu boleh kan kayak
biasanya? Kamu enggak marah kan sama aku gara-gara kemarin?
Novry : Iya, boleh. Makasih ya. Maaf kemarin aku
kasar sama kamu (Tias tersenyum).
Tias : Kamu mau ngabulin permintaan aku gak?
Kamu berhenti jadi Pembalap ya? Aku takut! (menyandar dibahu Novry).
Novry : Maaf, Tias aku gak bisa kalau itu. Balap
liar itu lahan aku mencari uang. Kalau kamu enggak suka sama profesi aku,
silahkan kamu cari cowok baik-baik diluar sana. Kalau aku berhenti kerja Joki
atau balapan, adik-adik aku enggak makan, gak sekolah. Kamu mah enak! Tinggal
minta uang dari Papa kamu langsung dikasihkan. Maaf, Tias aku gak bisa
(memindahkan kepala Tias dari pundak Novry).
Mika : Mik, itu kayaknya Paman kamu mau lewat
sini, deh! Katanya Pembalapnya ganggu orang sholat. Dia marah-marah gitu. Kan
barusan Masjid sebelah selesai adzan.
(Didepan Masjid, Polisi
mulai beroperasi. Papa bertemu dengan Paman).
Paman : Nah, itu Novry, pacar Tias. Astagfirullah.
Kamu lihat sendirikan? Betapa kurang ajarnya anak itu. Pasti Tias diajari yang
enggak baik. Kamu harus jauhin Tias dari Novry segera.
Papa : Siapa nama anak itu? Novry? Itu anak yang
kemarin pernah kena tilang sama saya. Ya, anak itu kurang ajar sekali. Saya
berangkat dulu (motor polisi sedang beroperasi, termasuk Papa). Heh, tunggu!
Tias : Papa…
Novry : (Melihat kearah suara) Itu Papa kamu Tias?
Aku berangkat dulu (menciumi kening Tias).
Tias : Hati-hati, Nov. Aku sayang kamu. Aku
tunggu kamu digaris finish (semua
motor balapan sudah dilepas dari garis start.
Motor Polisi mengikuti para Pembalap. Naas, motor Novry oleng tak jauh dari
garis start. Papa berhenti. Jalanan simpang siur. Tias berlari kearah
Novry ditemani Mika. Novry berlumuran darah dan meninggal
ditempat).
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar