P Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristi
cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan
pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran
tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1. Siswa mudah memusatkan perhatian
pada suatu tema tertentu.
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan
dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema
yang sama.
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran
lebih mendalam dan berkesan.
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan
lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi
siswa.
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat
dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6. Siswa lebih bergairah belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan
dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
7. Guru dapat menghemat waktu karena
mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remidial, pemantapan atau pengayaan.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi
konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku balajar
sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek situasi lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur
secara serentak, (2) mulai berfikir secar operasional, (3) mempergunakan cara
berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan
mempergunakan hubungan sebab akibat, (5) memahami konsep substansi, volume zat
cair, panjang, lebar, luas dan berat.
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara
lain:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar
sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah
dasar.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna
dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
4. Membantu mengembangkan ketrampilan
berpikir siswa.
5. Menyajikan kegiatan belajar yang
bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam
lingkungannya.
6. Mengembangkan ketrampilan sosial
siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tematik
ini akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu:
1. Dengan menggabungkan beberapa
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih meteri dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
2. Siswa mampu melihat
hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan
sebagai sarana atau alat, bukan tujuan tujuan akhir.
3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga
siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak
terpecah-pecah.
4. Dengan adanya pemaduan antar mata
pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
I. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik memiliki karakteristi-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered),
hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subyek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami,
hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran, tidak
begitu jelas.
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran.
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel.
Pembelajaran tematik bersifat luwes (flesibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan.
J. Rambu-Rambu
1. Tidak semua mata pelajaran harus
dipadukan.
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan
kompetensi dasar lintas semester.
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat
dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak
diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup
pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun
disajikan secara tersendiri.
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan
pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai
moral.
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan
dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan dan daerah setempat.
An-Nida No. 9, edisi September 2008
a. Metode ceramah
Metode
ini pasti sudah tidak asing lagi di kalangan pendidik. Metode ini dilakukan
dengan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau
penjelasan langsung oleh guru kepada siswa.
b. Metode Demonstrasi
Metode
ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara menyajikan pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi,
atau benda tertentu, baik sebenarnya, maupun tiruan, sehingga pelajaran
yang diajarkan akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
c. Metode Diskusi
Metode
diskusi yaitu metode pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara memberikan
siswa sebuah permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan
siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
d. Metode Simulasi
Metode
ini dimaksudkan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu
dengan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi
tiruan. Jenis-jenis simulasi yaitu:
- Simulasi sosiodrama, yaitu
metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fenomena sosial.
-
Simulasi psikodrama, yaitu metode pembelajaran dengan bermain
peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.
- Simulasi role playing, yaitu
metode pembelajaran bermain peran sebagai bagian dari simulasi yang
di arahkan untuk rekreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau
kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa yang akan datang (Sanjaya, 2006: 18-22).
e. Metode Belajar sambil Bermain
yaitu
metode yang menggunakan berbagai permainan dalam proses pembelajaran. Permainan
tersebut diantaranya bisa dibuat sendiri dengan menggunakan alat dan bahan
sederhana sehingga siswa tertarik dan senang dalam belajar. Dan dalam pembuatan
permainan tersebut harus dikaitkan dengan psikologis siswa, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
f. Metode Resitasi
Metode
Resitasi adalah suatu metode pengajaran
dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri. Dengan metode
resitasi ini siswa akan memberanikan diri menulis dengan caranya sendiri,
bertanggung jawab dengan hasil tulisannya dan akan selalu ingat dengan materi
yang diajarkan.
g. Metode Eksperimental
Yaitu suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan
aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya.
h. Metode Study Tour (Karya wisata)
Yaitu
suatu metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu
objek-obyek wisata guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik
membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut
dengan didampingi oleh guru.
i. Metode Latihan Keterampilan
Metode
ini merupakan suatu metode mengajar
dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik,
dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses
tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat keranjang dari
bambu, dan lain-lain).
j. Metode Pengajaran Beregu
Yaitu sebuah metode mengajar yang mana pendidiknya lebih dari satu orang
yang masing-masing mempunyai tugas tertentu. Biasanya salah seorang pendidik
ditunjuk sebagai kordinator.
k. Metode Pemecahan Masalah
Metode problem
solving merupakan metode yang
merangsang berfikir untuk menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat
yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang
siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
l. Project Method
Metode
ini adalah metode perancangan
adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu
proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Fogarty dalam
bukunya How to Integrate the Curricula , ada 10 macam model
pembelajaran terpadu, seperti :
1. The
connected model (model terhubung)
2. The webbed
model (model jaring laba-laba)
3. The
integrated model (model integrasi)
4. The nested
model (model tersarang)
5. The
fragmented model (model fragmen)
6. The
sequenced model (model terurut)
7. The shared
model (model terbagi)
8. The threaded
model (model pasang benang)
9. The immersed
model (model terbenam)
10. The
networked model (model jaringan)
Menurut Prabowo (2000:3), dari kesepuluh model
tersebut, ada 3 model yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah
dilaksanakan pada pendidikan formal (sekolah dasar). Ketiga model
itu adalah the connected model (model terhubung), the
webbed model (model jaring laba-laba), dan the integrated
model (model integrasi). Selain itu juga, hanya 3 model tersebut
yang digunakan pada kurikulum PGSD.
Model yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah model
yang disesuaikan oleh kondisi dan situasi saat itu. Semua model
akan berjalan dengan baik dan mulus asalkan cocok dengan kondisi saat
itu. Semua model
itu adalah baik untuk pembelajaran.
A. Model
Keterhubungan (Connected)
The Connected Model (Model
Terhubung) yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan
antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran.
Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi
itu sendiri. Isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep
dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara
spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan
kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa
yang akan memahami hubungan secara otomatis.
2 |
3 |
1 |
Skema
pembelajaran terpadu model keterhubungan (the connected model) adalah
sebagai berikut.
pemahaman konsep 1 dapat
digunakan untuk menjelaskan
konsep 2, juga untuk mendesain
konsep 3.
Penerapan model keterhubungan dalam pembelajaran
misalnya, bidang studi IPA kelas IV SD dengan tema Air dan Pengangkutannya.
Dengan konsep antara lain: (1) air merambat melalui celah-celah kecil (gejala
fisika); (2) air yang diserap akan diangkut melalui pembuluh kayu ke daun-daun
(gejala biologis); dan (3) air dari suatu wadah dialirkan melalui suhu kompor
dapat mengairi beberapa pot bunga (teknologi).
Keuntungan yang diperoleh
dalam model connected antara lain sebagai berikut:
(1) Adanya hubungan antar ide-ide
dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan
luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan,
memperbaiki, dan mengasimilasi gagasan secara bertahap dan memudahkan proses transfer
ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
(2) Konsep-konsep kunci dikembangkan
siswa terus-menerus sehingga terjadi internalisasi.
Adapun kekurangan dalam model ini antara lain sebagi berikut:
(1) Model ini belum memberikan
gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang
pengembangan/mata pelajaran lain.
(2) Guru tidak didorong untuk kerja
secara bersama-sama di dalam model ini sehingga pelajaran tetap terfokus tanpa
merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar bidang studi.
B. Model Jaring
Laba-Laba (Webbed)
The Webbed Model (Model Jaring Laba-laba) merupakan
salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakanWebbed menyajikan
pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur
dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran
menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide.
Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan
satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain.
Skema model pembelajaran Jaring
Laba-laba sebagai berikut:
TEMA |
Contoh dari penggunaan pembelajaran
model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru
mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya
siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang
tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
Keuntungan pendekatan jaring
laba-laba antara lain:
(1) Untuk mengintegrasikan
kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik
perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena
adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.
(2) Model jaring laba-laba relatif mudah
dilakukan bagi guru-guru yang belum berpengalaman
(3) Model ini mempermudah perencanaan
kerja tim sebagai tim antar bidang studi yang bekerja untuk mengembangkan suatu
tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.
(4) Pendekatan tematik memberikan suatu
payung yang jelas yang dapat memotivasi siswa
(5) Memudahkan sisiwa untuk melihat
kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
Kelemahan model ini antara lain:
(1) Banyak guru
sulit memilih tema.
(2) Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat
bagi siswa.
(3) Guru seringkali
terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi kurang berkembang.
C. The
Integrated Model (Model Integrasi)
The Integrated Model (Model Integrasi) yaitu
pembelajaran yang menggabungkan bidang studi dengan cara menemukan
keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang
studi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono
dalam bukunya Pembelajaran Terpadu mengatakan bahwa model
integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran
mirip dengan model “Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan
latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan,
konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.
Skema model pembelajaran Jaring
Laba-laba sebagai berikut:
Contoh dari model keterpaduan/
integrasi yaitu: guru menentukan konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang
akan diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi Bahasa Indonesia,
PKn, IPA, dan IPS.
v Konsep dari Bahasa Indonesia:
(1) Mendiskusikan rencana kegiatan,
(2) Membahas maslah yang dihadapi
v Konsep dari PKn:
(1) Tenggang rasa,
(2) Percaya diri,
(3) Ketertiban, dan
(4) Kerajinan
v Konsep dari IPA:
(1) Siswa memahami pengertian,
sifat-sifat gaya, serta mampu menerapkan dalam rancang dan membuat karya berupa
benda yang dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan sehari-sehari.
v Konsep dari IPS
(1) Siswa mengenal jenis sumber daya
manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia
Keuntungan dari model ini yaitu:
(1) Siswa saling
mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran.
(2) Selain itu
model ini juga mendorong motivasi murid.
(3) Memungkinkan
pemahaman antar bidang studi serta memberikan penghargaan terhadap pengetahuan
dan keahlian.
Kelemahannya yaitu:
(1) Model ini sulit dilaksanakan secara penuh;
(2) Membutuhkan keterampilan tinggi, percaya diri dalam prioritas konsep,
keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran,
(3) Membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar
bersama.
D. The Nested Model (Model
Tersarang)
Model Sarang (Nested) adalah model
pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang
dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan
proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa
aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini
dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu
materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan
menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga
cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap
melalui aktivitas yang telah terstruktur. Berikut merupakan skema model
pembelajaran nested :
Skema
model pembelajaran nested
Contoh : pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia terdapat aspek membaca, menulis, berbicara, menyimak. Keempat
aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan
berbahasa.
Keunggulan model sarang antara lain :
kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga
aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran
mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
Kelemahan model ini adalah dalam hal
perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka
penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola
pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi,
tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
E. The
Fragmented Model ( Model Fragmen)
Model Penggalan (Fragmented) adalah
model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran.
Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan
antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan
oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata
pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk
mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan
pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.Berikut ini merupakan skema model
pembelajaran fragmented:
Skema
model pembelajaranfragmented
Contoh: dalam satu pelajaran,
terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan
peta konsep (organizing skill). Yang merupakan pemaduan berbagai
bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.
Kelemahan model ini : siswa tidak dapat
mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada
kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini antara lain : guru
dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah
menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
F. The
Sequenced Model ( Model Terurut)
Model Pengurutan (Sequenced) adalah model
pembelajaran yang topic atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga
bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran
yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat
diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topic-topik yang diajarkan,
tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling
mendukung. Berikut merupakan skema model pembelajaransequenced:
Skema
model pembelajaransequenced
Contoh: pada mata pelajaran IPA
dan matematika tentang pengukuran. Pelajaran IPA= suhu(Kelvin, derajat,
Fahrenheit, Reamur. Pelajaran matematika= cara pengolahan data. Dengan cara penambahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian.
Keunggulan model ini adalah dalam
penyusunan urutan topic, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri
berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam
kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang
berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi
dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model pengurutan antara lain
perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan
materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang
lainnya.
G. The Shared
Model ( Model Terbagi)
Model Irisan (Shared) adalah model pembelajaran
terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang
saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu
focus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep
pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang,
dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap
menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya
memayungi satu pelajaran saja. Berikut merupakan skema model pembelajaran shared:
Skema
model pembelajaran shared.
Contoh: menggabungkan 2 mata pelajaran
atau lebih dalam satu tema.
Keunggulan model ini antara lain adalah
dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah
melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep
dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini antara lain adalah
untuk menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari
mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk
mendiskusikannya.
H. The Threaded
Model (Model Pasang Benang)
Model Bergalur (Threaded) adalah model
pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang
berpotongan dengan inti materi subjek. Misalnya untuk melatih keterampilan
berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi
yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen
memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuag
bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini
merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model
ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang
tindih. Berikut merupakan skema model pembelajaranthreaded:
Contoh: di suatu mata pelajaran, membutuhkan
pemecahan masalah dari mata pelajaran lainnya.
Keunggulan model ini
antara lain : konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada
perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana
seharusnya belajar di masa yang akan dating sesuai dengan laju perkembangan era
globalisasi. Niali lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap
murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superordinat memiliki
kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
Kelemahan model ini antara lain :
Hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara
eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata
pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan
dan strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.
I. The Immersed
Model (Model Terbenam)
Model Terbenam (Immersed) adalah model
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek.
Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain
Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata
pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa
SD, SMP, maupun SMU dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah ; setiap
siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak
langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk
dpat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran
menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi
pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini
melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMU.
Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya
merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini antara lain : siswa
yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini,
sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk
mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn
secara baik dan terencana sebelumnya.
J. The
Networked Model (Model Jaringan)
Model Jaringan Kerja (Networking) adalah model
pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari
data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya
atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari
berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV,
atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa
memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena
rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini : siswa memperluas
wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan
sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di
kelas sedeng berlangsung.
Kelemahan model ini adalah : kemnkinan
motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal
secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar merupakan sebuah keharusan bagi manusia pada
umumnya. Minimal untuk pembelajaran diri sendiri, ketika sebuah proses pembelajaran
dimulai. Ada beberapa hal terkait yang harus senantiasa terpadu keberadaannya.
Sebagaimana pembelajaran yang dilakukan siswa didik. Keterpaduan
beberapa aspek senantiasa menjadi permulaan untuk memulai.
Model pembelajaran terpadu yang
dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan
formal (sekolah dasar) adalah the connected model (model
terhubung), the webbed model(model jaring laba-laba), dan the
integrated model (model integrasi). Selain itu, ada pula jenis model
pembelajaran terpadu yang dapat dilaksanakan antara lain: (1) The nested
model (model tersarang); (2) The fragmented model (model
fragmen); (3) The
sequenced model (model terurut); (4) The shared model (model
terbagi); (5) The threaded
model(model pasang benang); (6) The immersed model (model
terbenam); dan
(7) The networked model (model jaringan). Semua model tersebut di atas baik
apabila digunakan sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta disertai dengan
keprofesionalan guru dalam mengembangkannya.
B. SARAN
Guru yang baik seharusnya selalu berinovasi
dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai model-model
pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan dan pesan pembelajaran
dapat tersampaikan dengan baik serta bermakna bagi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar