Pemaknaan puisi Zwielicht oleh Joseph von Eichendorff dan mengkaitkan
dengan Zamannya
Lika Chusnul Aissyah
Jurusan Sastra
Jerman-Universitas Negeri Malang
E-mail: chuslikka@yahoo.co.id
ABSTRAK: Artikel
ini merupakan analisis karya sastra puisi yang berjudul Zwielicht yang
diciptakan oleh Joseph von Eichendorff pada tahun 1815. Puisi ini adalah salah
satu gerakan sastra seni Romantik yang lahir pada zaman Reneisance dan muncuk
kembali pada masa Revolusi Industri. Aliran Romantik merupakan aliran seni
dramatis yang mengedepankan emosi, intuisi dan epistemologi yang didasarkan pada alam. Puisi ini membahas tentang pencarian sebelum senja,
tetapi di dalam puisi ini dunia tampak menakutkan dan mengancam. Dan puisi ini
memberikan ekspresi yang agak tinggi, sehingga seluruh puisi harus dipahami
sebagai metafora.
Kata Kunci: analisis karya sastra, puisi, Zwielicht, Reneisance,
Revolusi Industri, aliran Romantik,epistemologi, alam, metafora.
Karya sastra merupakan adalah hasil karya manusia baik
lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai bahasa pengantar dan
memiliki estetika dominan. Bahasa dan sastra memiliki hubungan erat. Melalui
karya sastra pengarang berusaha menerangkan imajinasi yang ada melalui kata-kata (Yusnidar, 2012).
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
menerangkan imajinasi bebas oleh pengarang untuk menyampaikan suatu makna dan
keadaan tertentu dengan bebas berekspresi. Seperti dalam analisis puisi di
artikel ini yang memiliki ekspresi yang agak tinggi sehingga untuk memahaminya
harus dipahami dengan mencari padanannya. Karena puisi ini merpakan aliran
Romantik yang notabe nya mengungkapkan dalam bentuk Irasional, fantasi, dan
penuh Khayalan.
Dengan puisi kita dapat mempelajari kehidupan pada masa
tertentu dan menganalisis makna yang terkandung di dalamnya. Dalam artikel ini
kita dapat mempelajari sejarah dan kehidupan periodisasi sastra di negara
Jerman melalui salah satu karya sastra berupa puisi yang beraliran Romantik.
Aliran romantik adalah sebuah gerakan
seni, sastra dan intelektual yang berasal dari Eropa Barat abad ke-18 pada masa
Revolusi Industri. Gerakan ini sebagian merupakan revolusi melawan norma-norma
kebangsawanan, sosial dan politik dari periode pencerahan dan reaksi terhadap
rasionalisasi terhadap alam, dalam seni dan sastra (Ferdinaen Saragih, 2011).
LATAR BELAKANG PERIODE
Aliran Romantik muncul karena zaman Klasik mengalami kemunduran, sumber-sumbernya
kering karena tokoh yang sangat berpengaruh pada saat itu tidak menghasilkan
karya sastra sehingga tidak dapat memberi jasa kehidupan bagi kaum Romantis.
Aliran Romantik juga tidak setuju dengan pemikiran Goethe
dan Schiller yang hanya harus mengedepankan akal dan jiwa, sehingga tokoh-tokoh
di Aliran Romantik ingin bebas berkarya dibidang sastra dan seni yang tak hanya
mengedepankan akal dan jiwa tetapi mengedepankan emosi dan intuisi, dan menurut
mereka perasaan lah yang memberi garam dalam kehidupan.
Latar belakang Historis
Pada tahun 1789 berlangsungnya revolusi Prancis, banyak
penderitaan yang terjadi mulai dari konflik militer misalnya perang koalisi,
perang Napoleon, serta perang pembebasan.
Dan juga dalam bidang
politik, kaum bangsawan memegang peranan yang sangat penting dalam bidang
politik, sehingga segala sesuatunya ditentukan oleh bangsawan sedangkan raja
hanya mengesahkan saja. Banyaknya terjadinya kesenjangan dan
kecemburuan sosial berbagai jenis pajak yang harus dibayar rakyat antara lain
pajak tanah (taille), gandum (gabele), anggur (aide), penangkapan ikan dan
lain-lain (Yusnidar, 2012).
Ketika
Revolusi Prancis pecah, para cendikawan Jerman sangat bersemangat dan antuias
menyambutnya sebagai perbuatan paling mulia dalam abad ini karena revolusi
Prancis akan memberi dampak yang modern bagi Negara Jerman tetapi simpati
tersebut menjadi pesimis setelah raja Louis ke 14 di eksekusi dan juga
pembantaian September atau setelah berdiri pemerintahan Jacobin yang menanamkan
kebencian mendalam di Prancis.
Maka
dari itu Revolusi Prancis membawa dampak pemikiran di jerman terutama dalam
bidang sastra dan humanitas. Sehingga pada tahun 1790 berkembang
praktik-praktik seperti terbentuknya aliran Romantik dan teori-teori sastra
baru.
Latar belakang Filosofis
Pada periode ini, segala sesuatu sudah tidak ditentukan
oleh gereja, melainkan diukur melalui ukuran manusia, semangat bebas
mengemukakan pendapat pribadi. Pada periode Reneisance ini manusia dilihat
melalui dua pandangan antroposentris, yaitu naturalistis dan individualitis.
Secara naturalitis, manusia dilihat menurut kodratnya sendiri. Kodrat manusia
adalah sebagai makhluk berakal budi dan berkehendak bebas. Sedangkan pandangan
individualistis menyiratkan bahwa manusia adalah satu Individu, yaitu unit yang
berdiri sendiri, lengkap dengan dirinya sendiri dan arena itu sempurna.. kedua
pandangan antroposentis ini telah membangkitkan rasa percaya diri yang besar di
dalam diri orang di awal zaman modern (dudy Syafruddin. 2011).
KESUSASTERAAN
Ciri-ciri Kesusasteraan
Aliran
Romantik adalah gerakan seni yang Dramantis sehingga ciri-ciri kesusastraan nya
pun penuh selalu mengekspresikan kemurungan yang penuh emosional, irrasional,
khayalan, Baper, fantasi, mimpi,
intuisi dan tidak berdasarkan kisah nyata.
Karya Sastra
Karya
sastra pada zaman Renaissans penuh dengan ketidakpastian hidup karena terlalu
bebas. Jenis – jenis karya sastra nya adalah
1.
Meistersang, salah satu bentuk seni yang
berasal dari sejenis paduan suara gereja
2.
Schwank, adalah karya sastra yang
berbentuk puisi dan bersifat satir (menyindir) dirinya sendiri. Contoh karya
sastra dari Schwank adalah karya dari
Hans Sachs Die verkert Tischzucht.
3.
Volksbuch dan Volkslied, adalah cerita
cinta dari prancis, legenda suci dari romawi serta sastra tentang binatang.
Contoh karya sastra yang terkenal adalah kisah dari Till Eulenspiegel yaitu Till schläft in einem Bienenkrob.
4.
Fastnachtsspiela karya Hans Sachs yaitu
Das Kälberbrüten, Der Bauer, Die Bäuerin, usw.
ANALISIS PUISI
Karya sastra yang dianalisis dalam artikel ini adalah sebuah puisi dari zaman Romantisisme di Renesance karya Joseph von Eichendorff dengan judul Zwielicht. Berikut isi dari puisi tersebut:
Dämmrung will die Flügel
spreiten,
Schaurig rühren sich die Bäume,
Wolken zieh’n wie schwere Träume
-
Was will dieses Grau´n bedeuten?
Hast ein Reh du lieb vor andern,
Laß es nicht alleine grasen,
Jäger zieh’n im Wald’ und blasen,
Stimmen hin und wider wandern.
Hast du einen Freund hienieden,
Trau ihm nicht zu dieser Stunde,
Freundlich wohl mit Aug’ und
Munde,
Sinnt er Krieg im tück’schen
Frieden.
Was heut müde gehet unter,
Hebt sich morgen neu geboren.
Manches bleibt in Nacht verloren
-
Hüte dich, bleib’ wach und
munter!
Biografi Pengarang
Joseph Freiherr von Eichendorff, yang lahir di Lubowitz
Palace pada 10 Maret 1788, dianggap sebagai penyair dan penulis yang paling
penting di zaman romantisme Reneisance di Jerman. Ia lahir sebagai anak seorang
perwira Prusia dan dibesarkan di sebuah keluarga aristokrat Katolik.
Interpretasi Zweilicht
Zwielicht (senja) adalah perumpamaan dari rasa takut dari manusia
itu sendiri. Bait pertama merupakan personifikasi dari Senja karena ingin
melebarkan sayap merupakan
hal yang menakutkan. baris kedua merupakan kebingungan
dari pikiran manusia itu sendiri, semuanya terlihat berantakan dan bait ketiga
di dipahami sebagai metafora untuk mimpi buruk dan jurang-jurang pikiran
manusia, dan menguraikan fakta bahwa memang gambar alam di "senja" merupakan
metafora bagi pikiran manusia. Dan Was will dieses Grau´n bedeuten? Merupakan ke-semu-an tindakan manusia atau
ketidakjelasan pemikiranya.
Bait
kedua merupakan gambaran dari melindungi cintanya dari ancaman, disini Rusa
digambarkan sebagai orang tersayang. Laß es nicht alleine grasen yang maksudnya harus waspada untuk melindungi
rusanya “cintanya” dari "pemburu" pesaingnya dari godaan yang datang
untuk cintanya.
Dalam
bait ketiga menggambarkan ketidakpercayaan penulis, meskipun kita adalah teman,
meskipun kita adalah sahabat, tidak ada yang bisa dipercaya saat senja datang.
Karena ia terlihat ramah, tetapi menipu. Karena menipu, abu-abu dan mengerikan
adalah karakter dari senja. dan itu merupakan ungkapan eksplisit bahwa
pemikiran manusia itu berbahaya.
Bait keempat memberikan kesan bahwa senja akan segera berakhir,
dengan optimisme yang telah digambarkan seperti Hebt sich morgen neu geboren. Antitesis dari "hari ini
lelah" dan "besok baru lahir", serta "pergi di bawah"
dan "berdiri" membuat sempurna antithesis. Meskipun dalam dua baris
terakhir mengingatkan bahwa kita harus tetap hati-hati, karena saat senja
apapun bisa terjadi.
KESIMPULAN
Zwielicht
adalah sebuah puisi khas Romantisisme, karena menyatukan motif alam dan daya
tarik mengenai kebingungan tentang pemikiran manusia, dan didalam kebingungan
tentang pemikiran manusia termasuk dalam zaman Reneisance, karena pada zaman
tersebut manusia dapat berfikir sebebas-bebasnya sehingga bingung dengan tujuan
hidupnya sendiri. Karena sebelum zaman Reneisance, manusia sangat terikat
dengan peraturan-peraturan yang dibuat gereja, manusia pada zaman tersebut
masih terbiasa dengan peraturan, sehingga jika sudah dilepaskan atau dapat
berfikir sebebas-bebasnya, mereka bingung akan kejelasan hidupnya sendiri. Puisi
berjudul Zwielicht dituliskan dengan
kata-kata yang berkaitan dengan alam, memiliki kesan mendayu-dayu dan penuh
imajinasi sehingga menambah kesan romantis dan misterius. Hal ini sesuai dengan
salah satu ciri Romantisme, yaitu kerinduan akan alam dan misteri alam
(Gaarder, 380:2006).
DAFTAR PUSTAKA
Gaarder,
J. 2006. Dunia Sophie. Sebuah Novel
Filsafat. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Mizan.
https://de.wikipedia.org/wiki/Zwielicht_(Eichendorff)
http://sastrauntukhidup.blogspot.co.id/2010/12/kaitan-aliran-romantisme-dengan-karya.html
https://de.wikisource.org/wiki/Zwielicht
http://lyrik.antikoerperchen.de/joseph-von-eichendorff-zwielicht,textbearbeitung,38.html
https://translate.google.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar