Observasi
Perkembangan Peserta Didik
Mengobservasi peserta didik usia
remaja akhir atau dewasa awal
Diajukan sebagai Mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik
Disusun oleh :
Eriskatiana
Ragil Safitri (140241600903)
Hesti
Susanti (140241602044)
Lika chusnul aissyah (140241600502)
Prastiwy
Nur Noviana Sari (140241601339)
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberikan cinta dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat
menyusun dan tugas observasi pada bidang studi
Perkembangan Peserta Didik yang bertemakan “Perkembangan Emosi pada Remaja” dengan sebaik – baiknya dan tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat yang di
tugaskan oleh Ibu
Yuliati Hotifah selaku mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini
dapat tersusun, baik secara materil maupun moril.
Penulis menyadari dengan penuh kerendahan hati, bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan sarannya dari para pembaca, demi kebaikan/kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini ada faedah dan bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.
Demikian
harapan kami semoga hasil pengkajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula.
Malang, 23 April 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
BAB I: PENDAHULUAN ………………………………………………
Ø Latar Belakang …………………………………………………..
Ø Tujuan Observasi ………………………………………
Ø Manfaat Observasi ……………………………………
BAB II: KAJIAN TEORI
………………………………………………
Ø Perkembangan anak
………………………………………..
Ø Rentangan Usia
…………………………………
Ø Kognitif ……………………………………
BABIII: METODE ………………………………………………
Ø Observasi…………………………………………………
Ø Intrumen …………………………………………………………
BAB 1V:
HASIL OBSERVASI
Ø Paparan data ………………………………………………
Ø Pembahasan ………………………………………………
Ø Kesenjangan ………………………………………………
Ø Teori dan Lapangan
………………………………………………
Ø Dasar Teori ………………………………………………
BAB V : PENUTUPAN
Ø Kesimpulan ………………………………………………
Ø Saran ………………………………………………\
Ø Daftar Pustaka ………………………………………………
Ø Lampiran (lembar observasi)
………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Ø Latar
Belakang
Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam
mempelajari pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya
sangat berguna demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya
pendidik dengan pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didiknya maka akan
terjadi beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang
difahaminya materi yang disampaikan pendidik.
Dewasa awal adalah masa peralihan
dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri,
pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai
dengan umur kronologis dan mental ege-nya. Berbagai
masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal
adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi
ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan
sudah lebih realistis.
Erickson (dalam Monks, Knoers &
Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa
awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau
tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan
mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain,
kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).
Hurlock (1990) mengatakan bahwa
dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka
yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock
(1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik(physically trantition) transisi secara
intelektual (cognitive trantition), serta
transisi peran sosial (social role trantition). Perkembangan
sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa.
Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang
empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting.
Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas
perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga,
mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab
sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu,
dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana
seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock
(1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan
pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa
penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang
diperolehnya.
Dari segi
fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik.
Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi
sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa
dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang
didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang
mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih
mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
Ø Tujuan
Observasi
1.
Untuk mengetahui proses perkembangan
kognitif pada jenjang SMA
2.
Untuk mengetahui pembelajaran didalam
kelas dan interaksinya kepada guru
3.
Untuk mengetahui proses sosialisasi
pada jenjang SMA
Ø Manfaat
Observasi
1.
Diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan yang berharga dan memperoleh masukan serta umpan balik guna
memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian pendidikan dan kenyataan yang ada di
dalam sekolah
2.
Untuk menambah pengetahuan
3.
Menambah keaktifan
4.
Melatih kesabaran
BAB II
KAJIAN TEORI
Ø Perkembangan
Anak
1.
Perkembangan Kognitif anak SMA
Kemampuan
kognitif terus berkembang selama masa SMA akan tetapi,
bagaimanapun tidak semua perubahan kognitif pada masa SMA tersebut
mengarah pada peningkatan potensi. Kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif
mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian
sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi
terutama pada masa SMA akhir dapat ditingkatkan kembali
melalui serangkaian pelatihan.
Perkembangan
kognitif pada fase usia dewasa awal, dikemukakan oleh Schaie (1997) bahwa
tahap-tahap kognitif Piaget
menggambarkan peningkatan efisiensi dalam perolehan informasi yang baru.
Sebagai contoh, pada masa dewasa awal terdapat perubahan dari mencari pengetahuan
menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa yang sudah diketahui, khususnya
dalam hal penentuan karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan
dan hidup berkeluarga.
Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang
berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan
individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode
transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa
tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya
mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai
orang dewasa, mereka secara rill belum siap menyandang predikat sebagai orang
dewasa.
Perubahan-perubahan
tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan fisik, kognitif, afektif, dan
juga psikomotorik mereka.
a.
Perkembangan Dalam Sikap Kognitif
Kemampuan kognitif terus berkembang
selama masa SMA. Akan tetapi, bagaimanapun tidak semua
perubahan kognitif pada masa SMAtersebut mengarah pada peningkatan
potensi. Kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan
seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian sejumlah ahli percaya bahwa
kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa SMA akhir
dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.
Perkembangan
kognitif pada fase usia dewasa awal, dikemukakan oleh Schaie (1997) bahwa
tahap-tahap kognitif Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam
perolehan informasi yang baru. Sebagai contoh, pada masa dewasa awal terdapat
perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan
apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan karier dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.
b.
Perkembangan dalam Sikap Emosional
Pada masa ini,
tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya.
Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, marah, takut,
bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu
dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai calon pendidik dan pendidik kita
harus mengetahui setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan pola tingkah
laku dalam perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut
sehingga kita bisa melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan
pada masa SMA (remaja) merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam
mencapai kedewasaan. Meskipun sifat kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri
remaja karena pengaruh didikan orang tua.
Perkembangan
Peserta Didik Periode Sekolah Menengah Atas (SMA) Psikolog memandang anak usia
SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian
proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada
periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa.
Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas.
Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai
orang dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang
dewasa.
c.
Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
a.
Pertumbuhan otak mencapai
kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif
(kemampuan berfikir) dewasa awal dapat digambarkan sebagai berikut
b.
Secara intelektual remaja
mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
c.
Berfungsinya kegiatan
kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat
keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
d.
Sudah mampu menggunakan
abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
e.
Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
f.
Memikirkan masa depan,
perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi
remaja
g.
Mulai menyadari proses
berfikir efisien dan belajar
berinstropeksi
h.
Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan,
moralitas, dan identitas (jati diri)
BAB III
METODE
Ø Observasi
Metode yang kami gunakan untuk penelitian
remaja akhir dan dewasa awal adalah dengan Observasi.
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data
dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode
tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu
yang diamati.
Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan
dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data
yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan
hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar
orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang
dilakukan dalam situasi yang relatif sama. Sebelum observasi itu dilaksnanakan,
pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek
apayang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut
hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan
dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.
Ø Instrumen
Pada umumnya penelitian akan berhasil
apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui
instrumen.
Instrumen sebagai alat pengumpul data
harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
data empiris sebagai datanya.Sedangkan instrumen yang kami kembangkan dalam
proses Observasi adalah memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang
dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin, dalam artian para siswa cara
komunikasinya lebih matang, dan membicarakan hal-hal yang aktual serta lebih
tertarik berbicara dengan lawan jenis. Selanjutnya memperoleh kebebasan diri
melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan orang dewasa lainya, dalam
artian siswa lebih lepas dari lingkungan keluarga, yang mana mungkin didalam
keluarga lebih mentaati peraturan didalam rumah yang harus mengerjakan ini dan
itu, dan masuk kedalam lingkungan sekolah yang telah dikontrol setiap individu
sendiri untuk melakukan hal-hal yang perlu diperlihatkan kepada individu lain semisal
dengan gaya komunikasi yang melebih-lebihkan serta merasa bisa mengerjakan
apapun sendiri, dan dengan pandangan apabila seorang siswa yang akrab dengan
seorang guru atau bahkan lebih, maka cara berkomunikasinya pun berbeda dengan
siswa yang tidak mempunyai keakraban dengan guru tersebut, sehingga hal ini
menjadikan nilai tertingi supaya bisa dikenal warga sekolah. Selanjutnya sistem
etika sebagai pedoman berperilaku, dalam artian siswa harus berperilku yang
sopan kepada kakak kelas, adek kelas dan tanpa terkecuali bapak dan ibu guru,
serta cara berpenampilan yang sesuai dilingkungan sekolah.
Selanjutnya menemukan kelompok sosial yang
cocok dan menarik, dalam artian setiap individu bebas memilih teman bermain
atau teman kelompok di sekitar sekolah, namun harus terkontrol agar tidak
terjerumus dalam pergaulan bebas. Selanjutnya memiliki jalinan yang intens
dengan lawan jenis (berpacaran), dalam artian hampir semua siswa yang berada di
sekolah tertentu sudah memiliki seorang pacar, dengan alasan yang beragam,
misal alasan untuk menumbuhkan semangat belajar, dll.
BAB IV
HASIL OBSERVASI
Ø Paparan Data
Aspek
Penelitian ini dilakukan pada
SMA Dharma raya Bhakti (ibnu sina) malang kelas 10 semester genap tahun ajaran
2015/2016. Peneliti melakukan pertemuan terlebih dahulu dengan kepala sekolah
untuk memberikan surat pemberitahuan bahwa peneliti akan melakukan penelitian
dan kemudian diberitahukan jadwal untuk melakukan penelitian.
Berdasarkan hasil pembicaraan
dengan petugas TU dan guru bahasa Indonesia, maka peneliti akan dilaksanakan
pada kelas 10 pada tanggal 21 April 2015 sesudah jam istirahat pertama dan lalu
setelah bel masuk peneliti mengawasi pembelajaran dibelakang ruangan yang
sedang memulai pembelajaran Sejarah dan mulai mengobservasi peserta didik.
Peneliti duduk di belakang kelas mengobservasi peserta didik, kebanyakan dari
mereka jaga image ketika peneliti datang
mengunjungi kelas mereka, peserta didik selalu menoleh kebelakang melihat peneliti
diam berada di belakang. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu para peserta
didik menunjukkan perilaku yang sebenarnya. Anak ingin diakui didalam kelas
dengan banyak cara, guru bertanya kepada peserta didik tentang apa yang baru
saja dijelaskan, tapi kebanyakan peserta didi menjawabnya dengan salah dan
tidak ada kaitanya dengan pembelajaran. Siswa sangat aktif dan berirentaksi
dengan gurunya, siswa juga mengganggu temannya untuk mendapatkan perhatian.
Anak mampu membuat kelompok
sendiri didalam kelas, kebanyakan siswa yang berada di belakang membuat
kelompok diskusi sendiri dan yang didepan juga membuat kelompok diskusi
sendiri. Bedanya kelompok diskusi depan dan di belakang adalah kelompok diskusi
di depan yang bermuatan pelajaran mendiskusikan pelajaran dan yang kelompok
diskusi belakang mendiskusikan diluar pelajaran sambil makan dan main
handphone. Peserta didik mampu beradaptasi dalam kelompok karena mereka sangat
kompak dalam hal menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
Peserta didik umumnya tidak
menunjukan semangat untu belajar, hanya ada 20 persen dari 100 persen anak yang
aktif dalam kelas, peserta didik cenderung pasif dan sibuk dengan dirinya
sendiri. Jadi sangat dipastikan siswa yang duduk didepan cenderung aktif
mengikuti pelajaran dan peserta didik yang berada dibelakang cenderung pasif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar