BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia yang selalu diiringi
pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang kearah yang lebih baik.
Tidak ada zaman yang tidak berkembang, tidak ada kehidupan manusia yang tidak
bergerak, dan tidak ada manusia pun yang hidup dalam stagnasi peradaban. Dan,
semuanya itu bermuara pada pendidikan, karena pendidikan adalah pencetak
peradaban manusia.
Dinamika perkembangan pendidikan akan selalu berubah seiring dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi di masyarakat. Untuk mengikuti perkembangan pendidikan yang
begitu cepat, pemerintah berusaha untuk menyesuaikan perkembangan itu melalui
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum di sekolah-sekolah. Pembenahan kurikulum baru
tahun 2013 berbasis sains dan tidak lagi banyak menghafal. Kurikulum untuk
tingkat Sekolah Dasar akan mengalami banyak perubahan dibanding tingkat SMP Dan
SMA/SMK. Salah satu ciri Kurikulum 2013 khususnya untuk anak SD bersifat
Tematik Integratif. Sebagai wacana berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum baru
2013 yang bersifat Tematik Integratif khususnya anak SD.
Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas I, II & III) berada dalam rentangan usia dini. Pada usia dini, seluruh aspek perkembangan kecerdasan anak (IQ, EQ dan SQ) tumbuh dan berkembang sangat luar biasa cepat sehingga usia ini sering disebut usia emas (golden age) dalam perkembangan anak. Dalam aspek perkembangan kognitif (berdasarkan teori/tahap perkembangan kognitif Piaget), anak usia ini berada pada tahap transisi dari tahap pra operasi ke tahap operasi konkrit. Piaget, dalam hal ini, menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap berbagai obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep dalam pikiran untuk menafsirkan obyek). Proses belajar anak tidak sekedar menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Belajar dimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal-hal yang konkrit, yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba dan dibaui. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruksivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik cara anak belajar tersebut, maka pendekatan pembelajaran siswa SD kelas-kelas awal adalah pembelajaran tematik. Penerapan pembelajaran tematik juga dapat dilakukan pada tingkat SLTP dan SLTA tergantung dari materi atau pokok bahasan yang ingin diajarkan, tetapi pada umumnya penerapan pembelajaran tematik adalah di sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian model pembelajaran tematik
2. Teori – teori yang mendukung model
pembelajaran tematik
3. Karakteristik model pembelajaran tematik
4. Langkah-langkah dalam pembelajaran tematik
5. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran tematik
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah untuk
1.
Mengetahui pengertian dari model pembelajaran tematik
2.
Mengetahui teori yang mendukung model pembelajaran
tematik
3.
Mengetahui
karakteristik model pembelajaran tematik
4.
Mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran tematik
5.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Kata
ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan” atau
“meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehigga kata
tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya tema berarti ” sesuatu
yang telah diuraikan ” atau “ sesuatu yang telah ditempatkan”(Gorys
Keraf,2001;107)
Sedangkan dalam aspek perkembangan kognitif (berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget), anak
usia dini ini berada pada tahap transisi dari tahap pra operasi ketahap ketahap
konkrit. Piaget dalam hal ini, menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara
tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu
system konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek
yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung
melalui proses asimilasi ( menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada
dalam pikirannya) dan akomodasi ( proses memamfaatkan konsep dalam pikiran
untuk menafsirkan objek ).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan materi pelajaran dalam suatu tema/topic
pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Malik
(2004:6) menyatakan bahwa pembelajaran
tematik merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif
dengan menggunakan tema.Poerwadarminta (1984 :1.040) Tema adalah pokok pikiran
: dasar cerita ( yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang ).
Pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang dirangcang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai matapelajaran. Sebagai contoh,
tema “ Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema
tersebut dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa
Indonesia,dan Penjaskes. Pembelajaran
tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak kepada siswa untuk memunculkan dinamika dalam
pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran
yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang
dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan
secara alamiah tentang dunia disekitar
mereka.
Pembelajaran tematik
juga dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran tematik juga bisa
diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu
materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Adapun fokus perhatian pembelajaran tematik terletak
pada proses yang ditempuh oleh siswa, ketika siswa berusaha memahami materi
pembelajaran yang sejalan dengan
bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkan, maka berdasarkan hal tersebut pembelajaran tematik juga dapat diartikan
sebagai:
1.
Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema sebagai pusat
perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala atau konsep lain
2.
Suatu
cara untuk mengembangkan pengetahuanan
keterampilan secara simultan.
3.
Menggabungkan
sejumlah konsep dalam mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa dapat
belajar lebih baik dan bermakna.
B. Teori Belajar Yang
Melandasi Pembejaran Tematik
1.
Teori
belajar Menurut Piaget
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan
dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia
kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman
yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara
yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan
informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi
adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Piaget
mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami
dunia, yaitu :
1)
Tahap
sensorimotor (Sensorimotor stage), yang
terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada
tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam
kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti
melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2)
Tahap
praoperasional (preoperational stage), yang
terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap
ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai
muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
3)
Tahap
operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga
piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan
pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit.
4)
Tahap
operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat
dan terakhir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
2.
Teori
Belajar Gestalt
Para psikologi Gestalt
menekankan bahwa hubungan pemahaman dan persepsi tentang hubungan –hubungan
dalam suatu kebulatan adalah sangat esensial dalam belajar.
Gestalt berasal dari
bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”.
Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan
Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure
and gound relationship);
yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran,
potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila
figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran
antara latar dan figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam
bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang
sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common
direction); bahwa unsur-unsur bidang
pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi
suatu figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang
sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik
berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau
pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat
empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
1. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan
perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk
kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah
perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti
kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar”
lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
2. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara
lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah
lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada
sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu
yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu
lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau
suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau
peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius,
virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh
lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan
suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses
pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran
terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam
proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning); kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya
dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal
yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis
dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive
behavior); bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi
ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life
space); bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu,
materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya
penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi
apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu
persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu
peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
C.
Karasteristik
Model Pembelajaran Tematik
Sebagai
suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1.
Berpusat
pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa ( student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
2.
Memberikan
pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.
Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan manusia.
4.
Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Bersifat
fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana siswa berada.
6.
Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D.
Sintaks
(Langkah-Langkah) dalam model Pembelajaran Tematik
Sintaks model pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti
langkah-langkah pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti
tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga
tahap yaitu :
a.
Tahap
perencanaan
b.
Tahap
pelaksanaan
c.
Tahap
evaluasi
Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat
direduksi dari berbagai model
pembelajaran seperti model pembelajaran langsung, model pembelajran kooperatif,
maupun model pembelajaran berdasarkan masalah.
Berikut
ini adalah langkah-langkah pembelajaran
tematik :
1.
Tahap
perencanaan
1. Menentukan jenis mata pelajaran
dan jenis ketempilan yang dipadukan. Karasteristik mata pelajaran menjadi
pijakan untuk kegiatan awal, seperti
contoh yang diberikan oleh Fogarty (1991 : 28), untuk jenis mata
pelajaran social dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir dan
keterampilan social, sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat
dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
1.1. Memilih kajian materi, standar komptensi, kompetensi dasar, dan
indicator.
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan
dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran
1.2. Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi
keterampilan berpikir, keterampilan soasial, dan keterampilan mengorganisir,
yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
1.3. Merumuskan indicator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan
sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indicator. Setiap indicator
dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan : audience ( peserta didik ), behavior
(perilaku yang diharapkan), condition (media/alat), dan degree(
jengjang/jumlah).
1.4. Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan
setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2.
Tahap pelaksanaan
Prinsip-prinsip
utama dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, meliputi:
1.1.
Guru
hendaknya tidak single actor yang mendominasi kegiatan pembelajaran
1.2.
Pemberian
tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasama kelompok.
1.3.
Guru
perlu mengakomoditif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam proses perencanaan.
3.
Tahap
Evaluasi
Tahap
evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran.
E.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik
Menurut
Kusnandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut
:
1.
Menyenangkan
karena berangkat dari minat dan kebutuhan siswa
2.
Memberikan
pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan pesrta didik.
3.
Hasil
belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.
Mengembangkan
keterampilan berfikir anak sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5.
Menumbuhkan
keterampilan social melalui kerja sama.
6.
Memiliki
sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.
Menyajikan
kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Pembelajaran
tematik disamping memiliki kelebihan sebagaimana dipaparkan diatas, juga
terdapat kekurangan-kekurangan yang ditimbulkan, yaitu :
1.
Menuntut
peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas
tinggi,keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani
untuk mengemas dan mengembangkan materi
2.
Dalam
pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik
dalam aspek intelegensi. Hal
tersebut karena model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan
kemampuan analitik (memjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan) dan
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
3.
Pembelajaran
tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan berguna
untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
4.
Pembelajaran
tematik memerlukan system penilaian dan pengukuran (obyek, indikator, dan prosedur ) yang
terpadu.
5.
Pembelajaran tematik tidak mengutamakan salah
satu atau lebih mata pelajaran dalam
proses pembelajarannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik
dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna dan utuh. Pembelajaran Tematik ini
memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajarinya, karena pembelajaran lebih
berpusat pada siswa, memberikan
pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas,
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran,
bersifat fleksibel, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat,
dan kebutuhan siswa, Pembelajarn tematik agar berhasil dengan baik dilakukan
dengan menempuh tahapan perencanaan, penerapan, dan evaluasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Harianti, Diah. 2013. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum.
http://lutfizulfi.wordpress.com/2008/09/27teori-belajargestalt/
http://ruahbelajrpsikologi.com/index.php/gestalt.html
http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-belajar
Kunandar. 2007. Guru
Profesional: Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) da Persiapan Menghadapi Sertifikat Guru.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Widodo, S.(2010). Evaluasi Dalam
Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jurnal
Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya, 8-15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar