Sabtu, 10 Oktober 2020

Antologi puisi Karyaku Dalam Kisah Klasik Malam UKM TEATER HAMPA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG


 

Penerbit:

Penelitian Dan Pengembangan

UKM TEATER HAMPA INDONESIA

Universitas Negeri Malang

 

Editor : Rina Cahyanti

Cover: Saiful Badri

Layout: Rika Andriani

 

Copyright penelitian dan pengembangan

THI UM TEATER HAMPA INDOONESIA

1.      Fiksi

2.      Judul

Cetakan

Malang : Penelitian Dan Pengembangan THI UM

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, atas rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan Buku Antologi Puisi Angkatan XXII yang berjudul “Karyaku dalam Kisah Klasik Malam”

Dalam buku antologi puisi karya angkatan XXIII ini, kami membuat tema Hitam dan menuaikan pola pikir mereka tentang tema tersebut. Hitam tidak hanya warna saja, tapi kami ingin mengembangkan imajiasi teman-teman tentang sisi yang lain atau pola pikir yang lain tentang hitam.

Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu demi terlaksanannya dan penyelesaiaan buku antologi puisi ini’

1.      Bapak Gatut Susanto, selaku pembina teknis teater hampa indonesia

2.      Bapak Abdul Mukhid yang telah memberikan pengantar Essai antologi puisi kami

3.      Abdul harist, selaku ketua umum teater hampa indonesia

4.      Seluruh anggota teater hampa indonesia angkatan XXIII yang telah memberikan karya karya terbaiknya dalam membuat puisinya.

5.      Semua anggota teater hampa indonesia, yang telah memberi semangat, dorongan, dan bantuan materi dalam penyelesaiaan buku antologi puisi.

Kami menyadari dalam penyusunan buku antologi puisi ini terdapat kekrangan dan jauh dari sempurna.Akhir kata dari kami, semoga pembaca antologi puisi XXIII dapat menikmati karya karya puisi yang telah ada

Malang, Agustus 2015


Daftar Isi

 

Kata pengantar.................................................................................ii

Daftar isi..........................................................................................iii

Sisipan essai.....................................................................................iv

 

 

 

 

SISIPAN ESSAI

PENGANTAR ANTOLOGI PUISI 23

MEMAKNAI HITAM DALAM KEGAGAPAN

Abdul Mukhid

Dalam salah satu ceramahnya, kiai sekaligus seniman kondang A. Mustofa Bisri atau yang dikenal dengan sebutan Gus Mus, mengatakan bahwa sekarang ini adalah periode “melihat/menonton”. Dulu orang belajar dengan mendengar lalu menghayati dan melaksanakannya. Setelah itu, periode “membaca”, yaitu ketika orang belajar dengan membaca, menginternalisasi lalu mempraktikkan. Sedangkan dalam periode “melihat”, kita hanya menyaksikan dan merayakan, namun sukar melaksanakannya.

            Berkaca dari kondisi itu, maka tidaklah mengherankan kiranya kalau generasi sekarang ini mengalami banyak kegagapan. Kegagapan itu bukan karena mereka tidak mendapat cukup informasi. Kegagapan itu justru terjadi dikarenakan kelebihan (overload) informasi. Begitu banyak informasi. Saking banyaknya kita kesulitan memilah, menyaring, apalagi menghayati dan menerapkannya. 

            Hal tersebut juga dapat kita jumpai dalam puisi-puisi yang hadir dalam antologi ini. Setidaknya saya menengarai ada tiga macam kegagapan di sini.

 

Kegagapan Bahasa

Pertama adalah kegagapan bahasa. Sebagian orang mungkin meresahkan matinya banyak bahasa daerah di Indonesia (bahkan dunia), tetapi kekhawatiran atas penggunaan bahasa Indonesia sepertinya tak bisa diabaikan begitu saja. Sebagai penerjemah, saya sering menjumpai abstrak penelitian dan laporan dalam bahasa Indonesia yang berantakan. Amat sering si penulis tidak mampu hanya untuk menyusun sebuah kalimat sehingga tidak dapat dipahami dan saya harus menebak-nebak maksud si penulis. Di lain pihak, tidak jarang kita jumpai para pejabat dan selebritis menggunakan istilah atau bahasa asing padahal masih ada padanan yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia.

            Kegagapan serupa bisa dijumpai dalam puisi-puisi yang terkumpul di sini, meski dalam wujud atau bentuk yang berbeda. Entah terburu-buru atau karena terlalu sering berkirim peran singkat atau pesan instan di ponsel atau lewat aplikasi semacam WA, banyak sekali terjadi kesalahan penulisan (typo). Namun mungkin juga sebagian disebabkan ketidaktahuan akan bentuk baku atau tata bahasa Indonesia yang benar. Tidak elok kiranya bersembunyi di balik kebebasan penyair, jika masalah sebenarnya adalah ketidaktahuan atau ketidakpedulian akan bahasa. Padahal bahasa adalah modal utama seorang penulis. Contoh-contoh kesalahan berbahasa dalam antologi ini di antaranya adalah: penulisan kata ulang seperti “pelanpelan” yang seharusnya menggunakan tanda hubung, atau kesalahan penulisan kata depan (“didekatku”). Ada juga pembentukan kata yang aneh seperti “kekreativitasan”, padahal untuk menyampaikan makna sikap atau tindakan kreatif cukup menggunakan kata “kreativitas”. Masih banyak lagi contoh kegagapan berbahasa yang lain, bukan hanya pada taraf kata tetapi juga pada taraf unit makna dan logika berbahasa. Kiranya tulisan ini bisa menjadi cerminan untuk lebih banyak belajar.

 

Kegagapan (Membaca) Sastra

Kegagapan kedua adalah kegagapan terhadap sastra dan atau membaca karya sastra itu sendiri. Bagaimana akan menulis karya sastra jika kurang atau tidak pernah membaca karya sastra? Bagaimana akan mencintai sastra jika mengenal saja tidak? Saya tidak bermaksud menuduh mereka yang menulis di sini tidak pernah membaca karya sastra. Saya yakin semua pernah membaca karya sastra Indonesia. Bukankah di sekolah kita diperkenalkan dengan karya-karya sastra? Persoalannya, seberapa jauh pembacaan mereka atas karya-karya itu? Seberapa intens mereka membaca karya sastra? Bahkan bisa ditarik lebih jauh lagi menjadi karya siapa saja yang mereka baca, seberapa banyak dan seberapa sering mereka membaca karya-karya sastra?

            Lantas mengapa saya menengarai adanya kegagapan sastra dalam karya-karya yang terangkum di sini? Salah satunya adalah saya tidak menemukan adanya pengaruh yang kuat dari karya-karya penyair Indonesia yang sudah “mapan”. Betapa pun orisinilnya karya, pasti ada pengaruh dari karya atau penulis lain. Kalaupun ada pengaruh mungkin cuma dari bentuk-bentuk syair lama.Namun kadang persajakannya terlalu dipaksakan. Yang lebih banyak saya temukan adalah luapan emosional tanpa kesadaran mengolah bahasa. Banyak kata-kata mubazir dan bertele-tele hingga kepekatan maknanya hilang.

 

Kegagapan Makna

Terakhir adalah kegagapan makna, yang merupakan imbas dari kegagapan bahasa dan sastra. Dikarenakan kurangnya pergumulan dengan bahan bacaan dan kurangnya perenungan di tengah dunia yang serba instan, maka lahirlah karya-karya yang amat dangkal secara maknawi. Persoalan-persoalan yang diangkat bukan hanya “sekedar bersifat amat personal” sehingga lebih terasa seperti curhat, akan tetapi juga tidak lahir dari kedalaman perenungan dan olah rasa dan bahasa. Bahasa-bahasa yang diciptakan seolah tidak memiliki “kekuatan”. Bukannya karya sastra harus mengangkat masalah-masalah besar, namun bagaimana memandang dan mengolah segala hal menjadi sesuatu yang khas dan mempunyai kekuatan tersendiri.

 

Secercah Harapan

Penulis-penulis karya yang ada dalam antologi ini masih terbilang muda. Karenanya masih banyak kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan untuk mengalami berbagai proses yang bisa diolah menjadi karya-karya yang menggigit. Lingkungan berkesenian mereka akan sangat mendukung. Demikian pula halnya dengan suasana akademik di kampus. Mereka sudah punya bekal sebagai kaum terpelajar pilihan. Terlebih lagi, mereka juga berkutat dalam seni teater. Yang terpenting adalah tidak berputus asa, banyak membaca dan tentunya tidak berhenti menulis. Selamat berproses!

 

Malang, 13 Agustus 2016

 

 

 

Hitam

Aku katakan hitam

Senja melebur dalam kelam

Sosok jauh terlihat temaram

Semakin jauh semakin tenggelam

Sedang ku ingat dalam angan

Biar mati biar lelap

Sejak cinta di perkosa pelan pelan

Cukup

Aku diam menelan malam

Sejak saat itu aku membakar asa

Kulumatkan segala janji palsu dalam amarah

Duniaku sudah gelap

Hitam dan pekat..

Aku manusia hitam legam

Kotor menyetubuhiku

Sejak cinta di perkosa pelan pelan

Aku sebut ia penjamah

Biar mati biar hilang

Panggil aku wanita jalang

Duniaku sudah hitam

Duniaku sudah gelap

Duniaku sudah kelam

Duniaku sudahn tamat

 

-Ayu .R

Titik.

Dimannakah kebahagiaan yang seharusnya dimiliki oelh empunya ide-ide dasar yang serupa dengan bebijian di balik permukaan tanah hitam?

 

Dimanakah wajah yang seharusnya tersenyum atas kekreativitasan bumi baru manusia?

 

Dimanakah didapatkan kesedihan oleh karena penyesalan akan dapat hidup yang seharusnya tidak diberikan mereka semata mata pada bumi?

 

Dimanakah cinta yang di janjikan?

 

Dimanakan manusia manusia tersesat harus mengarah?

 

Dimanakah manusia manusia beruntung akan berdiam untuk sisa kehidupannya?

 

Dimanakah akan di temukan kepastian??

 

Dimanakah burung burung yang meneriakkan pada manusia kata kata “tidak ada yang pasti kecuali ketidakpatian itu sendiri” kini?

 

Dimanakah dapat ditemukan jawabn bagi pertanyaan yang menggema di kepala manusia yang kosong ini?

 

-Eunike Natanael 

  

Jiwa

Sesunyi kegelapan

Bersama hat yang sepi

Derita hidup ini tak dapat kurasakan lagi

Betapapun sakitnya tak lagi terbayang

Ingin rasanya aku menangis

Namun apa daya....

 

Air mataku kinipun telah habis

Kegelisahan dan kepedihan ini

Telah melukai perasaan

Mandirikan sayatan sayatan yang kokoh

Menghancurkan impian

Bayang bayang kesedihan datang menghantui..

 

Kini aku hidup tapi terasa mati

Semua rasa sakit, penderitaan

Dan juga hinaan hanya aku yang mengalaminya

Hidupku ini seperti tiada artinya lagi

Ingin ku akhiri semua ini

Karena jiwaku telah letih

Begitu lama menderita

 

-Dini

 

JIKA.....MAKA

Mata, hati pikiranku

Hanya tertuju padamu

Meski ku tahu kau tak mungkin ku miliki

Lihatlah diriku bak warna

Hitam yang tak terlihat dalam kegelapan

Dan lihatlah dirimu bak warna putih yang selalu menenangkan

Masih pantaskah? Jika aku mengharapkamu

Jika kau pergi maka hidupku terasa sunyi

Tapi apa daya aku tak dapat mencegahmu

 

Seandainya kau masih ada didekatku

Maka hiduoku akan terasa lebih berwarna

Tapi seiring berjalannya

Waktu warna itu telah pudar

Kini hatiku terasa sunyi

Meskipun aku masih bertahan

 

-Dini

 

 

Cinta sederhana

Sejak bertemu denganmu

Hatiku terkadang menangis dan terkadang tersenyum

Dan ketika aku ada disisimu

Hatiku terasa damai

Cintaku sangat sederhana

Ketika aku memandangmuu

Hatiku mengingat tuhanku

Aku tidak mengenal yang lain

Hanya kau yang aku tau

Kini kau telah bersemi begitu dalam di hatiku

Tidak berwarna,

Semejnjak kau pergi entah kemana

Gelap, hilang

Menjadi sirna

 

-Dini

 

Kau

Kau adalah alasan ku untuk tetap tersenyum

Kau alasanku untuk bersenandung

Saat matahari terbit, kau akan mendapatkan tempat yang teduh

Dan ketika hujan turun kita akan basan bersama

Berbagi dlam senang dan duka

Kita akan menghadapi rintangan yang ada

Sederhana,

Ku harap waktu jangan mudah berlalu

Bila perlu tetaplah begini selamanya

Tidak berwarna

Namun sungguh indah

 

-Dini

 


 

Kesempurnaan cinta

Aku sdah menutup cinta di setiap pintu hatiku

Lalu kau hadir dalam hidupku

Dengan begitu mudanya

Luka hitam  tidak berwarna sembuh menjadi semula

Semua kesedihanku

Kau ubah menjadi kegembiraan

Dan segala air mataku

Berubah menjadi tawa

Meskii aku tidak pernah memberimu setetes cinta

Namun kau terus menghujaniku dengan cinta

Bagaimana kau bisa mencintaiku dengan sebegitu besarnya?

 

-Dini



Tersesat

Melangkah bersama malam’dalam sudut yang kelam

Cahaya mulai redup meredam

Diselimuti kabut terpendam

Dunia tak terlihat

Samar menggelapkan retina

Aku tersesat dalam buta

Menggapai yang tak sampa

Lemah meraba raba

Hanya mengingat luka yang menganga

Sendiri dalam sepi

Tersesat dalam elegi

Dan terus menangisi diri sendiri

Kapan aku bia keluar?

Aku tterkunci dalam ruangan tak berujung

Tanpa sudut yang bisa ku rengkuh

Kucari dan terus kucari

Dimana jalan keluar?

Aku terikat dengan menunggu bahaya

Aku berserahh menanti terbenamnya kegelaan

Karena yang kutemukan hanyalah hitam

-Wisda Nasikhah

 

Saat Hujan Turun

Jalan kosong kelabu, begitu kosong

Dengan perasaan kesepian, aku membuka jendela kaca

Tetes hujan ke tanganku

Kerinduan mulai mengalir kedalam hatiku

 

Aku merindukanmu untuk beberapa alasan malam ini

Air mata mengalir

Didalam hatiku memberontak

 

Saat hujan turun, kenangan teringat dan rasa sakit menyebar

Aku melihatmu yang mulai memberikan rasa sakit

Lalu aku membeku diwaktu yang begitu jelas

Seperti aku mencair dengan kenangan

Kemudian aku menarik keindahan keluar dalan hujan

 

Musim yan panjang dan mempesona

Apakah akan memudar dan ternoda di dalam album foto

 

Hari semakin malam

Janji yang tidak bisa kulupakan

Pelukan hangatmu, selamat tinggal

Saat hujan turun, kenangan teringat dan rasa sakit menyebar

Aku melihatmu yang mulai memberikan rasa sakit

Lalu aku membeku di waktu yang begitu jelas

Seperti aku mencair dengan kenangan

Kemudian aku menarik  keindahanmu keluar dalam hujan

Dalam dunia hitam dan putih, kau adalah salah satu sinar cahaya

 

-Ana Sipit

 

Suara Kedamaian

Dunia begitu tenang

Sehingga aku bisa mendengar suaramu

Suara kedamaian

Bisikan lembut di bawah rintikan hujan

Seolah bertanya bagaimana semua berlalu

Sentuhan menismu membuatku lupa

Akan dunia hitam

 

-Ana Sipit

 

Gadis

Aku memergoki tubuh

Yang kumal dan dekil

Dengan tangan yang tinggal satu

Mencincing daster bolong tertatih tatih

Suara nafas yang semrawut

Bulsitttt

Orang orang mengatakan gadis itu pelacur

Bukan,

Lebih dari pelacur

Gigolo

Mungkin, ya mungkin saja

Gadis sekecil jagung itu,

Hanya bertumpuh kayu dan nasi apek

Tubuhnya terjual kemana mana

Untul sesuap nasi yang kalian tinggalkan di jalan

Mata batinnya sudah gelap

Hitam kumal dalam ketidaktahuan

Gelap

Semakin gelap

-Rna. EL-Fatah

KEDAI KOPI

Aku menamainya sebuah kedai kopi

Kepulan asap rokok dan cerutu yang mereka habiskan berjam jam

Duduk dan esekali tertawa

Memegang satu cangkir gelas

Di seduh kemudian

Aku menamainya sebuah rindu

-Rna. EL-Fatah

Kalau begitu!

Kalau begitu kau harus mencintaiku

Bukan,

Kau harus mencintaiku,

Bagaimanapun,

Kau harus mencintaiku

Entah kau berasa bahagia atau tidak.

Lalu kita habiskan kopi ini

Duduk di meja ini berdua.

Kalau kau tidak mau

Akan aku tumpahkan tepat kopi ini di wajahmu.

~Rna. EL-Fatah

Atau Matamu

Ini jalan tempat kita berjanji

Tempat kita akan bertemu sambil kau bawakan aku bunga

Tetap

Kau berjanji begitu

Dengan satuu tarik nafas

Kau berjanji akan membawaku ke penang

Kau lupa?

Atau matamu sudah buta

Mungkin menghilang.

~RNa EL-Fatah

 

 

Sebentar

Tunggu tunggu

Tahan dulu

Amarahmu jangan di biarkan liar

Menjadii bedu yang berantakan

 

Kemari

Kita duduk berdua

Menenangkan diri

Sambil menengguk kopi ini

Perihal dunia,

Simpan pada kotak hitammu

Ada aku,

Di sampingmu

~RNa EL-Fatah

  

Menghilang dalam  luka

;Untuk rasa bersalah

 

Beginilah jadinya nanti,

Jika cinta sebuah cerita

Maka sebuah cerita akan berakhir

Semua sibuk

Semua larut,

Semua larut dalam kesibukan

 

            Kemudian menghilang

            Diam,

            Menorehkan jutaan luka

Ku tuliskan di atas kertas terbaik

Kalimat kalimat indah

Jemariku lincah menari di atas kertas

 

Sedang dermaga

Menjadi saksi

Di tikam benci

Di gulung kehilangan yang menakutkan

Hilang dalam anganku,

Hilang dalam nafasku

Semua berakhir

Dalam sia sia

Aku manusia,

Rindu asa rindu rupa

Gelap, seketika

 

~RNa EL-Fatah

 

 

Gadis Melati

Gadis melati diharap harap

Jadi penyeimbang, jadi pelengkap

Seiring masa, impian didekap

Dijaga jaga agar tak lenyap

 

Gadis melati di harap harap

Terbang menjauh tanpa bersayap

Pahit getir di derap

Bendungan air mata kini meluap

 

Gadis melati di haraap harap

Cinta putih menjelma perangkap

Luruh cahaya dan asa menguao

Tertinggal aku bersama gelap                        

 

-Badri

  

 

 

Puisi Hitam

Aku hitam, biarkanlah tetap hitam

Putih bagiku adalah haram

Satu warna yang dikecam kecam

Pikirmu tentang aku hanyalah “seram”

 

Sadarkah tuduhanmu begitu kejam?

Sadarkah kau salah paham?

Atau hatimu terlalu kejam?

Gegabah menilaiku secara awam

Aku hitam, warna abadi sang alam

Salam diam ku tukarkan tentram

Aku hitam biarkanlah tetap hitam

Jadi warna pertama kala kau terpejam

 

~Badri

 

  

Hitamku

Aku....

Berjalan di pekatmya jalan

Dengan lebut kerikil menusuk telapak

Mencoba bebatuan terjal

Menuju ujung jalan yang kuyakinu

 

Biarkanlah ku berikan semua waarnaku padamu

Percayalah tak apa

Karnaku sudah terbiasa

Terbiasa menyendiri dalam pekatku

 

Saat kau temukan warna

Jangan menoleh padaku

Tetaplah pendang jalan dihadapanmu

Bergegaslah

Dan berjalanlah

~Sri Linda O

 


Gelap

Gelap berarti tidak terang

Terang berarti tidak gelap

Tetapi kegelapan ini berbentuk terang

Keterangan ini ada di dalam kegelapab

Dengan bagian

Kegelapan bukan kegelapan pada umumnya

Kegelapan yang bukan sesuatu apa yang dipikirkan

Namun kegelapan ini adalah yang diinginkan orang orang

Karena kegelapan ini adalah cahaya kehidupan bagi semua umat manusia

~Rajabi

 

Logika

Ia tak pernah berjalan beriringan dengan hati

Ia selalu berlawan

Bak hitam dan putih

Atau kanan dan kiri

logika

ia selalu memintaku untuk menyerah

bahkan berhenti bermimpi

namun

ia juga tak lupa menyuruhku untuk tahu diri

 

~Radika Nenda Ayu

 

 

Hakekat Diri

kala persimpangan antara senja dam kelam

seorang insan mencoba menapaki kolase

siapakah engkau wahai disana?

sejak kapan kau anggap diriku saudara?

           lirih engkau bertanya "bagaimana keadaanmu ukhti"?

           Alhamdulillah akhi

           saat bersinggungan, aku merasa sangat terasing

           aku dirasuki perasaan takut

           takut engkau hanyut dalam pekatnya diriku

inilah sejatinya hakekat diriku

jika engkau mendengar hal buruk tentangki, maka percayalah...

aku tidak seutuhnya baik

aku perlu menimba ilmu dari para sufi

        tunggu aku dibatas waktu

        kita sama-sama memantaskan diri 

        demi rida dan cinta ilahi

 

~Gading Dita

 


Kisah hitam

Banyak harapan di anganan

Di wakilkan oleh doresan tinta

Bersandarkan kertas bagai penerang

Menanti pijakan melangkah

Tak dapat dielakan

Gelisah yang menyerang

 

Rasa rasa pun mulai terukir

Beroleskan selai hitam

Ruang kosong mulai terisi

Teringat pepatah yang ia katakan

Ku mulai berselancar

Mengisi kehampaan yang ada

Jemariku melesat

Bersama kehitaman kalbu

Menghancurkan tembok pembatas

Menggapai sepucuk harapan

 

~Syarif hidayatullah

 

Malam terakhir

Dalam kegelapan malam ini

Dinginnya malam di temani hangatnya suasana

Menjadikan malam ini

Malam terpanjang dan tertinggi

Hembusan angin memaknai

 

Aku....

Mengingat benda ini bergerak

Mengingat ukiran yang tercipta

Dengan butiran debu

 

Esok tak dinantikan

Malam ini tak rela di tinggalkan

Berhadap ada hembusan debu untuk kembali

Engkau telah mengubahnya

Memekarkan berjuta senyuman

Tertawa lepas

Menantikan pelukan kehangatan

Tentu itu telah di lukiskan

~Syarif hidayatullah

HITAM

 

Adalah sesuatu yang tampak pada sang putih

Karena sang tulang putihpun ada

Hitam bukanlah kata keburukan

Hitam bukanlah  kehampaan

Hitam bukanlah penghalang

Akan tetapi hitam adalah penghangat

Dan yang bertambah yang jelas pada sang putih

Dan karena hitam

Sang putihpun hidup

 

~Nazofa

 

 

 

 

 

 

 

 

Pembebasan tanah air

Kabut......

Dalam kenangan pergolakan pertiwi

Mendung....

Bertandakan hujan deras

Membanjiri rasa haus kemerdekaan,

Dia semua yang ada menunggu keputusan sakral

Serbu.......

Merdeka atau  mati

Allahu akbar allahu akbar

Tuturmu terdengar kian merasuk dalam jiwa

Dalam serbuan bambu runcingmenyatu

Engkau teruskan menyebut ayat ayat suci

Engkau teriakkan semangan juang demi negeri

Engkau relakan terkasih menahan tepaan belati

Untuk ibu pertiwi

Kini kau lihat........

Merah hitam tanah kelahiranmu

Pertumpah darah penjajah keji

BANGSAT

Gemelutmu tak kunjung sia sia

Lindungannya selalu di hatimu

Untuk kemerdekaan indonesia abadi

 

~Ayu Wulan


 

Penutup

 

Ungkapan terima kasih,

Ku ucapkan kepada teman-teman angkatan 23 serta teman-teman yang lain atas dorongan dan bantuan nya untuk menyelesaikan antologi ini

Yang telah berusaha menunjukan kreativitas serta karya-karyanya dalam antologi puisi angkata 23

Jika di dalam kebersamaan adalah sekumpulan individu dengan karakter yang berbeda-beda

Sama hal nya dengan memahami sisi lain dari setiap orang

Seperti tema antologi ini yaitu hitam, hitam yang mempunyai arti banyak hal, tidak harus warna yang dilihat, kita bisa melihat HITAM dari sisi yang lain dan terangkai dalam bait yang indah

Jika memang kebersamaan itu ada untuk selamanya,

Mari kita saling merangkul satu sama lain

Berkumpul dan berkarya dengan banyak ide dan sudut pandang yang berbeda beda

.

Layaknya saudara yang saling menyayangi

Semua tak akan tercipta bila tidak ada kebersamaan yang mengiringi,

Aku Engkau Kita HAMPA…

Hatiku Hatimu Menyatu dalam Teater Hampa

 

Aku Engkau Kita Hampa

Hatku Hatimu Menyat Dalam Teater Hampa

 

 


 

 


 

 

 

Biografi Penulis

Ayu Rahmadhani Eka C

Fakultas Ilmu Sosial/Hkn

22 January 1997

 


 

Wisda Nasikah S

Fakultas Sastra/ Sastra Jerman

24 Juni 1997

 

 


Inrillian Handriar F

Fakultas Sastra/ Sastra Jerman

2 Januari 1997

Berfikir Positif, Lakukan Yang Positif, Maka Dirimu Jadilah Positif

 

 

Saiful Badri

Fakultas Sastra/ Seni Dan Desain

17 Febuari 1996

 

Gading Dita

Fakultas Ilmu Sosial/ Geografi

27 Juli 1997

Going To Extra Miles And Man Jadda Wa Jadda

 

 

 

 


Rina Cahyanti EL-Fatah

Fakultas Teknik/Teknik Sipil

24 Maret 1997

 

 

 

 

 

Rajabi Wiriananda

Banjarmasin, 26 November 1997

Fakultas sastra/SEDESA

Berkatya tak terbatas dan melampauinya

 

 

 


Syarif Rizka H

Gresik, 26 januari 1997

Fakultas Ilmu Sosial/Hkn

Tak ada pelangi tanpa warna

 

 

 

 

Radika Nenda nayu

Malang, 26 juli 1997

Fakultas sastra/Sastra Jerman

 

 

 

Eunike Natanael

Malang, 13 Agustus 1996

Kafultas psikologi/Psikologi

I can do anything through him who gives me strength

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar