Minggu, 11 Oktober 2020

Diagnosis dan solusi masalah perkembangan peserta didik

 


A.    Diagnosis solusi masalah fisik dan psikomotorik

ü  Masalah fisik

Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.

Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:

·    Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;

·    Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;

·    Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;

·    Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

ü  Masalah psikomotorik

 

Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif).

Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus di kuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension).

Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).

Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah :

1.      bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks,

2.      dari yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).

Berjalan dan Memegang Benda

Keterampilan berjalan diawali dengan gerakan-gerakan psikomotor dasar (locomotion) yang harus dikuasainya selama tahun pertama dari kehidupannya. Keterampilan memegang benda, sampai dengan enam bulan pertama dari kelahirannya barulah merupakan gerakan meraih benda-benda yang ditarik ke dekat badannya dengan seluruh lengannya. Masa enam bulan kedua dari kelahirannya, jari-jemarinya dapat berangsur digunakan memungut dan memegang erat-erat benda, seraya memasukkan ke mulutnya. Setelah keterampilan berjalan bebas dikuasai, keterampilan memegang secara bebas dapat dicapai.

 

Bermain dan Bekerja

Mulai usia empat sampai lima tahun bermain konstruksi yang fantastik seperti menyusun alat-alat mainan tertentu, dapat beralih kepada berbagai betuk gerakan bermain yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat dengan aturan-aturan tertentu yang ketat. Pada usia anak sekolah, permainan fantastik berkembang ke permainan yang realistik yang melibatkan gerakan yang lebih kompleks disertai aturan tertentu yang ketat. Pada usia remaja, kegiatan motorik sudah tertuju pada persiapan kerja, keterampilan menulis, mengetik, menjahit, dan sebagainya.

 

B.     Diagnosis dan solusi maslah kognitif dan bahasa

ü  Masalah kognitif

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif :

Ø  Faktor internal, faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang yang berasal dari dirinya sendiri, diantaranya :

·         Kematangan (maturation) : yaitu pertumbuhan otak dan sistem syaraf manusia karena bertambahnya usia dari lahir sampai dewasa.

·         Pengalaman logika matematis, yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan individu yang bersangkutan dalam menyerap pengetahuan baru dari lingkungannya.

·         Penyeimbangan (equilibration) yaitu proses struktur mental (struktur kognitif) manusia kehilangan keseimbangan sebagai akibat dari adanya pengalaman-pengalaman atau pembelajaran pembelajaran baru, kemudian berusaha untuk mencapai keseimbangan baru melalui proses asimilasi dan akomodasi.

·         Kekuatan mental, kekuatan mental individu menentukan mampu tidaknya individu tersebut melakukan penyeimbangan dalam perkembangan kognitifnya.

Ø  Faktor eksternal, faktor dari luar yang mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang, yaitu transmisi sosial dalam bentuk interaksi dan kerja sama yang dilakukan antar individu, misalnya pendidikan yang dibutuhkan orang tua akan mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang begitupun pendidikan dan pengajaran yang di berikan guru pada peserta didiknya tentu akan mempengarahui perkembangan kognitif pserta didik yang bersangkutan.

ü  Masalah bahasa

Ø  Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Terkait erat dengan kondisi pergaulan, oleh karena itu perkembanganya di pengaruhi oleh beberapa faktor :

·         Umur anak

Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan dengan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat.pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan , dengan di barengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.

·         Kondisi lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang member andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingungkan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa didaerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.

·         Kecerdasan anak

Untuk meniru bunyi/suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual/tingkat berfikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seorang anak.

·         Status sosial ekonomi keluarga

Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup didalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembanga bahasa.

·         Kondisi fisik

Kondisi fisik disini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.

C.     Diagnosis dan solusi masalah moral dan spiritual

ü  Masalah moral

Pengertian Moral

Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan.  Begitu pula kata moralis dalam dunia ilmu lalu dihubungkan  dengan scientia dan berbunyi scientis moralis,  atau philosophia moralis.

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santroch, 1995) .

·         Tingkat Satu : Penalaran Prakonvesional

 Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.

Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.

Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.

·         Tingkat Dua: Penalaran Konvensional

Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.

Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oleh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.

Tahap 4: Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

·         Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional

Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

·         Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional

Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.

Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.

ü  Masalah spiritual

Pengertian spiritual

Spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spiritual meliputi komunikasi dengan Tuhan (fox 1983), dan upaya seseorang untuk bersatu dengan Tuhan (Magill dan Mc Greal 1988), spiritualitas didefinisikan sebagai suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan atau suatu yang lebih agung dari dirisendiri (Witmer 1989).

·         Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi:

Ø  .       Kepercayaan

Ø  Pemaafan

Ø  Cinta dan hubungan

Ø  Keyakinan, kreativitas dan harapan

Ø  Maksud dan tujuan serta anugrah dan harapan.

·         Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan.:

Ø  Individu yang berusia antara 0-18 bulan,  Bayi yang sedang dalam proses tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa.

Ø  pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar.

Ø  Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.

Ø  Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun).  Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka

Ø  Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang.

Ø  Dewasa muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri.

Ø  Dewasa pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem nilai

Ø  Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut.

Ø  Lanjut usia (65 tahun sampai kematian). Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987) pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain

·         Beberapa strategi dalam membantu perkembangan moral dan spiritual peserta didik, yaitu:

Ø  Memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui kerikulum tersembunyi, yakni menjadi sekolah sebagai atmosfer moral dan agama secara keseluruhan.

Ø   Memberikan pendidikan moral langsung, yakni pendidikan moral dengan pendekatan pada nilai dan juga sifat selama jangka waktu tertentu, atau menyatukan nilai-nilai dan sifat-sifat tersebut kedalam kurikulum

Ø  Memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai, yaitu pendekatan moral tidak langsung yang berfokus pada upaya membantu siswa memperoleh kejelasan mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari

Ø  Menjadikan pendidikan sebagai wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya, tidak hanya sekedar bersifat teoritis tetapi penghayatan yang benr-benar dikontruksi dari pengalama Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan spiritual parenting

D.    Diagnosis dan solusi masalah sosialemosional

Perkembangan sosioemosional peserta didik termasuk suatu pembahasan yang sangat penting karena dengan mengetahui perkembangan sosio-emosional peserta didik, para pendidik (guru) dapat mengambil suatu sikap untuk menghadapi pesrta didik dengan berbagai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda.

Yusuf (2007:122) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.

 

Giblin(1981) keseimbangan pada teori perkembangan emosional Giblin berdasarkan pada perbedaan antara perasaan dan emosi. Tanggapan afektif pertama perasaan, yang diproses terhadap tanggapan terhadap kualitas sensorik dan / atau perubahan fisiologis. Mereka menyebar dan terjadi pada anak-anak praverbal. Sedang dikuasai oleh jenis kehidupan afektif akan mengakibatkan hilangnya keseimbangan.

Giblin percaya bahwa ada lima tahapan dalam perkembangan emosi:

1.      Dari 0 sampai 8 bulan ada ketidakseimbangan dari sensorik respons atau

sensasi yang intens ; penyesuaian refleksif mengikuti, ekspresi mewakili kesenangan /ketidaksenangan dan istirahat / ketegangan.

2.      Dari 9 sampai 12 bulan ada juga mengembangkan ketidakseimbangan yang dibawa oleh ada atau tidak adanya orang lain. Kesetimbangan dicapai oleh interaksi, dan di respon oleh tanggapan yang lebih terorganisir.

3.      Dari 2 sampai 6 tahun, ketidakseimbangan disebabkan secara langsung dan tidak langsung oleh rangsangan dan kesetimbangan kembali melalui keterampilan representasional dan keterampilan emosional.

4.      Dari 7 sampai 12 tahun, ketidakseimbangan datang melalui persepsi langsung dan

perbandingan sosial, dan respons emosional melibatkan pola perilaku.

5.      Setelah 13 tahun, ketidak seimbangan datang melalui perbandingan internal, dan emosi mulai berkontribusi pada konsep menstabilkan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar