Minggu, 11 Oktober 2020

Pembelajaran Tematik

 

P Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristi cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

1.    Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

2.    Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.

3.    Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4.    Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5.    Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6.    Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

7.    Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remidial, pemantapan atau pengayaan.

 

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku balajar sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek situasi lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) mulai berfikir secar operasional, (3) mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat, (5) memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan berat.

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain:

1.    Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

2.    Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

3.    Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

4.    Membantu mengembangkan ketrampilan berpikir siswa.

5.    Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.

6.    Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tematik ini akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu:

1.    Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih meteri dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

2.    Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan tujuan akhir.

3.    Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

4.    Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

 

I.      Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristi-karakteristik sebagai berikut:

1.    Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2.    Memberikan pengalaman langsung.

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami, hal-hal yang lebih abstrak.

3.    Pemisahan mata pelajaran, tidak begitu jelas.

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4.    Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5.    Bersifat fleksibel.

Pembelajaran tematik bersifat luwes (flesibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6.    Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

 

J.    Rambu-Rambu

1.    Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.

2.    Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.

3.    Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.

4.    Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.

5.    Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

6.    Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan dan daerah setempat.

 

 

An-Nida No. 9, edisi September 2008

a.      Metode ceramah

Metode ini pasti sudah tidak asing lagi di kalangan pendidik. Metode ini dilakukan dengan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung oleh guru kepada siswa.

 

b.     Metode Demonstrasi

Metode ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya, maupun tiruan, sehingga pelajaran yang diajarkan akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

 

c.      Metode Diskusi

Metode diskusi yaitu metode pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara memberikan siswa sebuah permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. 

 

d.     Metode Simulasi

Metode ini dimaksudkan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu dengan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan. Jenis-jenis simulasi yaitu:

-   Simulasi sosiodrama, yaitu metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial.

-  Simulasi psikodrama, yaitu metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.

-   Simulasi role playing, yaitu metode pembelajaran bermain peran sebagai bagian dari simulasi yang di arahkan untuk rekreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa yang akan datang (Sanjaya, 2006: 18-22).

 

e.      Metode Belajar sambil Bermain

yaitu metode yang menggunakan berbagai permainan dalam proses pembelajaran. Permainan tersebut diantaranya bisa dibuat sendiri dengan menggunakan alat dan bahan sederhana sehingga siswa tertarik dan senang dalam belajar. Dan dalam pembuatan permainan tersebut harus dikaitkan dengan psikologis siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.

 

f.        Metode Resitasi

Metode Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri. Dengan metode resitasi ini siswa akan memberanikan diri menulis dengan caranya sendiri, bertanggung jawab dengan hasil tulisannya dan akan selalu ingat dengan materi yang diajarkan.

 

g.      Metode Eksperimental

Yaitu suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.

 

h.     Metode Study Tour (Karya wisata)

Yaitu suatu metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek-obyek wisata guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh guru.

 

i.        Metode Latihan Keterampilan

Metode ini merupakan suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat keranjang dari bambu, dan lain-lain).

j.        Metode Pengajaran Beregu

Yaitu sebuah metode mengajar yang mana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas tertentu. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator.

 



k.    Metode Pemecahan Masalah

Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir untuk menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.

 

 

l.        Project Method

Metode ini adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula , ada 10 macam model pembelajaran terpadu, seperti :

1.        The connected model (model terhubung)

2.        The webbed model (model jaring laba-laba)

3.        The integrated model (model integrasi)

4.        The nested model (model tersarang)

5.        The fragmented model (model fragmen)

6.        The sequenced model (model terurut)

7.        The shared model (model terbagi)

8.        The threaded model (model pasang benang)

9.        The immersed model (model terbenam)

10.    The networked model (model jaringan)

Menurut Prabowo (2000:3), dari kesepuluh model tersebut, ada 3 model yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (sekolah dasar). Ketiga model itu adalah the connected model (model terhubung), the webbed model (model jaring laba-laba), dan the integrated model (model integrasi).  Selain itu juga, hanya 3 model tersebut yang digunakan pada kurikulum PGSD.

Model yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah model yang disesuaikan oleh kondisi dan situasi saat itu. Semua model akan berjalan dengan baik dan mulus asalkan cocok dengan kondisi saat itu. Semua model itu adalah baik untuk pembelajaran.

 

A.    Model Keterhubungan (Connected)

The Connected Model (Model Terhubung) yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.

2

 

3

 

1

Skema pembelajaran terpadu model keterhubungan (the connected model) adalah sebagai berikut.

pemahaman konsep 1 dapat

digunakan untuk menjelaskan

konsep 2, juga untuk mendesain konsep 3.

 

Penerapan model keterhubungan dalam pembelajaran misalnya, bidang studi IPA kelas IV SD dengan tema Air dan Pengangkutannya. Dengan konsep antara lain: (1) air merambat melalui celah-celah kecil (gejala fisika); (2) air yang diserap akan diangkut melalui pembuluh kayu ke daun-daun (gejala biologis); dan (3) air dari suatu wadah dialirkan melalui suhu kompor dapat mengairi beberapa pot bunga (teknologi).

Keuntungan yang diperoleh dalam model connected antara lain sebagai berikut:

(1)   Adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki, dan mengasimilasi gagasan secara bertahap dan memudahkan proses transfer ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.

(2)   Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa terus-menerus sehingga terjadi internalisasi.

 

 

 

Adapun kekurangan dalam model ini antara lain sebagi berikut:

(1)   Model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.

(2)   Guru tidak didorong untuk kerja secara bersama-sama di dalam model ini sehingga pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar bidang studi.

 

B.     Model Jaring Laba-Laba (Webbed)

The Webbed Model (Model Jaring Laba-laba) merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakanWebbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain.

Skema model pembelajaran Jaring Laba-laba sebagai berikut:

 

TEMA

 

 

 

 

 

 

 

 


Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.

Keuntungan pendekatan jaring laba-laba antara lain:

(1)   Untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.

(2)   Model jaring laba-laba relatif mudah dilakukan bagi guru-guru yang belum berpengalaman

(3)   Model ini mempermudah perencanaan kerja tim sebagai tim antar bidang studi yang bekerja untuk mengembangkan suatu tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.

(4)   Pendekatan tematik memberikan suatu payung yang jelas yang dapat memotivasi siswa

(5)   Memudahkan sisiwa untuk melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.

Kelemahan model ini antara lain:

(1)   Banyak guru sulit memilih tema.

(2)   Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa.

(3)   Guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi kurang berkembang.

 

C.    The Integrated Model (Model Integrasi)

The Integrated Model (Model Integrasi) yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi dengan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu mengatakan bahwa model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran mirip dengan model “Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.

Skema model pembelajaran Jaring Laba-laba sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Contoh dari model keterpaduan/ integrasi yaitu: guru menentukan konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang akan diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi Bahasa Indonesia, PKn, IPA,  dan IPS.

v  Konsep dari Bahasa Indonesia:

(1)   Mendiskusikan rencana kegiatan,

(2)   Membahas maslah yang dihadapi

v  Konsep dari PKn:

(1)   Tenggang rasa,

(2)   Percaya diri,

(3)   Ketertiban, dan

(4)   Kerajinan

v  Konsep dari IPA:

(1)   Siswa memahami pengertian, sifat-sifat gaya, serta mampu menerapkan dalam rancang dan membuat karya berupa benda yang dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan sehari-sehari.

v  Konsep dari IPS

(1)   Siswa mengenal jenis sumber daya manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia

Keuntungan dari model ini yaitu:

(1)   Siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran.

(2)   Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid.

(3)   Memungkinkan pemahaman antar bidang studi serta memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.

Kelemahannya yaitu:

(1)   Model ini sulit dilaksanakan secara penuh;

(2)   Membutuhkan keterampilan tinggi, percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran,

(3)   Membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.       

 

D.    The Nested Model (Model Tersarang)

Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada  kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur. Berikut merupakan skema model pembelajaran nested :

 

 


                                       Skema model pembelajaran nested

 

Contoh : pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat aspek membaca, menulis, berbicara, menyimak. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan berbahasa.

Keunggulan model sarang antara lain : kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.

Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.

 

E.     The Fragmented Model ( Model Fragmen)

Model Penggalan (Fragmented) adalah model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.Berikut ini merupakan skema model pembelajaran fragmented:

 

 

 


                                                Skema model pembelajaranfragmented

 

Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).  Yang merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.

Kelemahan model ini : siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

Keunggulan model ini antara lain : guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.

 

F.     The Sequenced Model ( Model Terurut)

Model Pengurutan (Sequenced) adalah model pembelajaran yang topic atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topic-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung. Berikut merupakan skema model pembelajaransequenced:

 

 

 


                                                Skema model pembelajaransequenced

 

Contoh: pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang pengukuran. Pelajaran IPA= suhu(Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur. Pelajaran matematika= cara pengolahan data. Dengan cara penambahan, pengurangan,  pembagian, dan perkalian.

Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topic, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.

Kelemahan model pengurutan antara lain perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.

 

G.    The Shared Model ( Model Terbagi)

Model Irisan (Shared) adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu focus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja. Berikut merupakan skema model pembelajaran shared:

 

 

 


                                        Skema model pembelajaran shared.

 

Contoh: menggabungkan 2 mata pelajaran atau lebih dalam satu tema.

Keunggulan model ini antara lain adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.

Kelemahan model ini antara lain adalah untuk menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.

 

H.    The Threaded Model (Model Pasang Benang)

Model Bergalur (Threaded) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjek. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuag bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih. Berikut merupakan skema model pembelajaranthreaded:

Contoh: di suatu mata pelajaran, membutuhkan pemecahan masalah dari mata pelajaran lainnya.

Keunggulan model ini antara lain : konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan dating sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Niali lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superordinat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.

Kelemahan model ini antara lain : Hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.

 

I.       The Immersed Model (Model Terbenam)

Model Terbenam (Immersed) adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMU dalam bentuk proyek di akhir semester.

Keunggulan model ini adalah ; setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dpat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMU. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.

Kelemahan model ini antara lain : siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.

 

J.      The Networked Model (Model Jaringan)

Model Jaringan Kerja (Networking) adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

Keunggulan model ini : siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedeng berlangsung.

Kelemahan model ini adalah : kemnkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.  KESIMPULAN

 

Belajar merupakan sebuah keharusan bagi manusia pada umumnya. Minimal untuk pembelajaran diri sendiri, ketika sebuah proses pembelajaran dimulai. Ada beberapa hal terkait yang harus senantiasa terpadu keberadaannya. Sebagaimana pembelajaran yang dilakukan siswa didik. Keterpaduan beberapa aspek senantiasa menjadi permulaan untuk memulai.

Model pembelajaran terpadu yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (sekolah dasar) adalah the connected model (model terhubung), the webbed model(model jaring laba-laba), dan the integrated model (model integrasi). Selain itu, ada pula jenis model pembelajaran terpadu yang dapat dilaksanakan antara lain: (1) The nested model (model tersarang); (2) The fragmented model (model fragmen); (3) The sequenced model (model terurut); (4) The shared model (model terbagi); (5) The threaded model(model pasang benang); (6) The immersed model (model terbenam); dan (7) The networked model (model jaringan). Semua model tersebut di atas baik apabila digunakan sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta disertai dengan keprofesionalan guru dalam mengembangkannya.

 

B.  SARAN

 Guru yang baik seharusnya selalu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai model-model pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan dan pesan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik serta bermakna bagi siswa.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar