Sabtu, 10 Oktober 2020

Makalah Perkembangan Peserta Didik

 

Observasi Perkembangan Peserta Didik

Mengobservasi peserta didik usia remaja akhir atau dewasa awal

 

 

Diajukan sebagai Mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

 

Disusun oleh :

Eriskatiana Ragil Safitri                     (140241600903)

Hesti Susanti                                     (140241602044)

Lika chusnul aissyah                         (140241600502)

Prastiwy Nur Noviana Sari                 (140241601339)

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2015

 

 

KATA PENGANTAR

 

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan cinta dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyusun dan tugas observasi pada bidang studi Perkembangan Peserta Didik yang bertemakan “Perkembangan Emosi pada Remajadengan sebaik – baiknya dan tepat waktu.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat yang di tugaskan oleh Ibu Yuliati Hotifah selaku mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat tersusun, baik secara materil maupun moril.

Penulis menyadari dengan penuh kerendahan hati, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca, demi kebaikan/kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini ada faedah dan bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.

Demikian harapan kami semoga hasil pengkajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula.

 

 

 

Malang, 23 April 2015

 

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………

BAB I: PENDAHULUAN ………………………………………………

Ø  Latar Belakang …………………………………………………..

Ø  Tujuan Observasi ………………………………………

Ø  Manfaat Observasi ……………………………………

BAB II: KAJIAN TEORI ………………………………………………

Ø  Perkembangan anak  ………………………………………..

Ø   Rentangan Usia  …………………………………

Ø  Kognitif ……………………………………

BABIII: METODE  ………………………………………………

Ø  Observasi…………………………………………………

Ø  Intrumen  …………………………………………………………

BAB 1V: HASIL OBSERVASI

Ø  Paparan data ………………………………………………

Ø  Pembahasan ………………………………………………

Ø  Kesenjangan ………………………………………………

Ø  Teori dan Lapangan ………………………………………………

Ø  Dasar Teori ………………………………………………

BAB V : PENUTUPAN

Ø  Kesimpulan ………………………………………………

Ø  Saran ………………………………………………\

Ø  Daftar Pustaka ………………………………………………

Ø  Lampiran (lembar observasi) ………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

 

BAB I

PENDAHULUAN

Ø  Latar Belakang

 

Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didiknya maka akan terjadi beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang disampaikan pendidik.

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).

Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik(physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition). Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.

 

Ø  Tujuan Observasi

1.      Untuk mengetahui proses perkembangan kognitif pada jenjang SMA

2.      Untuk mengetahui pembelajaran didalam kelas dan interaksinya kepada guru

3.      Untuk mengetahui proses sosialisasi pada jenjang SMA

 

Ø  Manfaat Observasi

1.      Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berharga dan memperoleh masukan serta umpan balik guna memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian pendidikan dan kenyataan yang ada di dalam sekolah

2.      Untuk menambah pengetahuan

3.      Menambah keaktifan

4.      Melatih kesabaran

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

Ø  Perkembangan Anak

1.      Perkembangan Kognitif anak SMA

Kemampuan kognitif terus berkembang selama masa SMA akan tetapi, bagaimanapun tidak semua perubahan kognitif pada masa SMA tersebut mengarah pada peningkatan potensi. Kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa SMA akhir dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.

Perkembangan kognitif pada fase usia dewasa awal, dikemukakan oleh Schaie (1997) bahwa tahap-tahap kognitif  Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam perolehan informasi yang baru. Sebagai contoh, pada masa dewasa awal terdapat perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.

Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang dewasa, mereka secara rill belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.

Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan fisik, kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.

a.        Perkembangan Dalam Sikap Kognitif

Kemampuan kognitif terus berkembang selama masa SMA. Akan tetapi, bagaimanapun tidak semua perubahan kognitif pada masa SMAtersebut mengarah pada peningkatan potensi. Kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa SMA akhir dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.

Perkembangan kognitif pada fase usia dewasa awal, dikemukakan oleh Schaie (1997) bahwa tahap-tahap kognitif  Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam perolehan informasi yang baru. Sebagai contoh, pada masa dewasa awal terdapat perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.

b.       Perkembangan dalam Sikap Emosional

Pada masa ini, tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai calon pendidik dan pendidik kita harus mengetahui setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan pola tingkah laku dalam perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut sehingga kita bisa melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan pada masa SMA (remaja) merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai kedewasaan. Meskipun sifat kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri remaja karena pengaruh didikan orang tua.

Perkembangan Peserta Didik Periode Sekolah Menengah Atas (SMA) Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.

c.       Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja

a.     Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) dewasa awal  dapat digambarkan sebagai berikut

b.    Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak

c.     Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah

d.    Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak

e.     Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis

f.      Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja

g.    Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi

h.    Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)

 

BAB III

METODE

Ø  Observasi

Metode yang kami gunakan untuk penelitian remaja akhir dan dewasa awal adalah dengan Observasi.

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.

Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama. Sebelum observasi itu dilaksnanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apayang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.

 

Ø  Instrumen

Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.

Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai datanya.Sedangkan instrumen yang kami kembangkan dalam proses Observasi adalah memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin, dalam artian para siswa cara komunikasinya lebih matang, dan membicarakan hal-hal yang aktual serta lebih tertarik berbicara dengan lawan jenis. Selanjutnya memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan orang dewasa lainya, dalam artian siswa lebih lepas dari lingkungan keluarga, yang mana mungkin didalam keluarga lebih mentaati peraturan didalam rumah yang harus mengerjakan ini dan itu, dan masuk kedalam lingkungan sekolah yang telah dikontrol setiap individu sendiri untuk melakukan hal-hal yang perlu diperlihatkan kepada individu lain semisal dengan gaya komunikasi yang melebih-lebihkan serta merasa bisa mengerjakan apapun sendiri, dan dengan pandangan apabila seorang siswa yang akrab dengan seorang guru atau bahkan lebih, maka cara berkomunikasinya pun berbeda dengan siswa yang tidak mempunyai keakraban dengan guru tersebut, sehingga hal ini menjadikan nilai tertingi supaya bisa dikenal warga sekolah. Selanjutnya sistem etika sebagai pedoman berperilaku, dalam artian siswa harus berperilku yang sopan kepada kakak kelas, adek kelas dan tanpa terkecuali bapak dan ibu guru, serta cara berpenampilan yang sesuai dilingkungan sekolah.

Selanjutnya menemukan kelompok sosial yang cocok dan menarik, dalam artian setiap individu bebas memilih teman bermain atau teman kelompok di sekitar sekolah, namun harus terkontrol agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Selanjutnya memiliki jalinan yang intens dengan lawan jenis (berpacaran), dalam artian hampir semua siswa yang berada di sekolah tertentu sudah memiliki seorang pacar, dengan alasan yang beragam, misal alasan untuk menumbuhkan semangat belajar, dll.

 

BAB IV

HASIL OBSERVASI

Ø  Paparan Data

Aspek

Penelitian ini dilakukan pada SMA Dharma raya Bhakti (ibnu sina) malang kelas 10 semester genap tahun ajaran 2015/2016. Peneliti melakukan pertemuan terlebih dahulu dengan kepala sekolah untuk memberikan surat pemberitahuan bahwa peneliti akan melakukan penelitian dan kemudian diberitahukan jadwal untuk melakukan penelitian.

Berdasarkan hasil pembicaraan dengan petugas TU dan guru bahasa Indonesia, maka peneliti akan dilaksanakan pada kelas 10 pada tanggal 21 April 2015 sesudah jam istirahat pertama dan lalu setelah bel masuk peneliti mengawasi pembelajaran dibelakang ruangan yang sedang memulai pembelajaran Sejarah dan mulai mengobservasi peserta didik. Peneliti duduk di belakang kelas mengobservasi peserta didik, kebanyakan dari mereka jaga image ketika peneliti datang mengunjungi kelas mereka, peserta didik selalu menoleh kebelakang melihat peneliti diam berada di belakang. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu para peserta didik menunjukkan perilaku yang sebenarnya. Anak ingin diakui didalam kelas dengan banyak cara, guru bertanya kepada peserta didik tentang apa yang baru saja dijelaskan, tapi kebanyakan peserta didi menjawabnya dengan salah dan tidak ada kaitanya dengan pembelajaran. Siswa sangat aktif dan berirentaksi dengan gurunya, siswa juga mengganggu temannya untuk mendapatkan perhatian.

Anak mampu membuat kelompok sendiri didalam kelas, kebanyakan siswa yang berada di belakang membuat kelompok diskusi sendiri dan yang didepan juga membuat kelompok diskusi sendiri. Bedanya kelompok diskusi depan dan di belakang adalah kelompok diskusi di depan yang bermuatan pelajaran mendiskusikan pelajaran dan yang kelompok diskusi belakang mendiskusikan diluar pelajaran sambil makan dan main handphone. Peserta didik mampu beradaptasi dalam kelompok karena mereka sangat kompak dalam hal menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

Peserta didik umumnya tidak menunjukan semangat untu belajar, hanya ada 20 persen dari 100 persen anak yang aktif dalam kelas, peserta didik cenderung pasif dan sibuk dengan dirinya sendiri. Jadi sangat dipastikan siswa yang duduk didepan cenderung aktif mengikuti pelajaran dan peserta didik yang berada dibelakang cenderung pasif.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar