Minggu, 11 Oktober 2020

Infleksi dan Derivasi - Proses Morfologi

 

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Deutsche Morphologie

yang dibimbing oleh Bapak Deddy Kurniawan, S.Pd., M.A.

 

 

 

 

Oleh

Gading Eko Nugroho 

140241604573

Prastiwy Nur Noviana S

140241601339

Uswatun Khasanah

140241602637

 

 

 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SASTRA JERMAN

Februari 2016

Infleksi dan Derivasi

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Morfologi adalah bagian dari linguistik yang mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Verhaar (2010:97) menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Satuan gramatikal tersebut dinamai morfem. Morfem dibagi menjadi dua, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Bebas secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya. Sedangkan terikat secara morfemis artinya morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat dileburkan pada morfem yang lain.

Berdasarkan penelitian morfologis, ada berbagai kemungkinan untuk menggolongkan konstruksi-konstruksi morfem, misalnya menurut penafsiran dan jenis-jenisnya, namun yang paling masuk akal adalah penggolongan menurut morfem dasar yang sama. Sebagai contoh kontruksi morfenemis yang mungkin dikembangkan dari morfem pradasar yaitu kata ajar menjadi mengajar, belajar, pelajaran, dan seterusnya. Demikian pula kontruksi dengan bentuk polimorfemis sebagai dasar, misalnya dengan kata pelajaran sebagai dasar ada kata pelajaranku, pelajaranmu, dan pelajarannya. 

 Para ahli linguistik berpendapat bahwa dua golongan bawahan yang terpenting dalam paradigma morfemis adalah golongan yang berdasarkan infleksi dan berdasarkan derivasi. Golongan  infleksi adalah daftar paradigmatis yang terdiri atas bentuk-bentuk kata yang sama, sedangkan golongan derivasi adalah daftar yang terdiri atas bentuk-bentuk kata yang tidak sama, misalnya bentuk kata mengajar dan diajar adalah dua bentuk kata aktif dan pasif dari kata yang sama yaitu mengajar, sedangkan mengajar dan pengajar merupakan dua kata yang berbeda yaitu kata verba dan nomina.

 

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk mengetahui makna kata bahasa Jerman, makalah ini akan menganalisis tentang proses derivasi dan infleksi kata. Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat mendeskripsikan proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman, sehingga dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana proses morfemis yang terjadi pada bahasa Jerman.

Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada makalah ini dirinci sebagai berikut.

1. Apakah pengertian infleksi dan derivasi?

2. Apakah perbedaan antara infleksi dan derivasi?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka ditentukan pula tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian infleksi dan derivasi.

2. Untuk mengetahui perbedaan infleksi dan derivasi.

 

PEMBAHASAN

Pengertian Infleksi

Menurut Bickford dkk, dikutip Ba’dulu dan Herman (2005:12) “Morfologi infleksional tidak mengubah satu kata menjadi kata yang lain dan tidak pernah mengubah kategori sintaksis sebaliknya menghasilkan bentuk lain dari kata yang sama”.

Menurut Chaer, (2007:171) “Sebuah kata yang sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan dengan katagori gramatikalnya. Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigma infleksional”.

            Menurut Verhaar, (2010:121) ”fleksi  adalah proses morfemis yang ditetapkan pada kata sebagai unsur leksikal yang sama. Pada umumnya dalam bahasa-bahasa di dunia, seluruh morfologi infleksional dihabiskan oleh apa yang disebut dengan konjugasi dan deklinasi”.

Konjugasi menurut Verharr (2010:121) adalah alternasi infleksional pada verba, dan deklinasi adalah alternasi infleksional pada nomina dan pada kelas-kelas kata yang dapat disebut “nominal”, seperti “pronomina” dan ”ajdektiva”.

Konjugasi bahasa Jerman hampir sama dengan bahasa Inggris, bahwa konjugasi dalam bahasa Jerman juga dibagi menjadi dua, yaitu kata kerja beraturan dan kata kerja tidak beraturan. Yang dikatakan konjugasi adalah kata kerja yang mengungkapkan waktu, pengandaian, orang, dan jumlah. Jadi dalam bahasa Jerman semua kata kerja harus dikonjugasikan atau dipenggal-penggal berdasarkan pelaku atau subjek.

Misalnya: kata dasar geh = gehe (bentuk pertama tunggal)

      = gehst (bentuk kedua tunggal)

Kemudian untuk bentuk präteritum(lampau) dari geh terjadi secara nonsegmental, karena kata dasar geh termasuk kata dasar tidak beraturan.

Misalnya: kata dasar geh = gehe saya pergi (bentuk pertama tunggal präsen)

     = ginge saya (dulu pernah) pergi (bentuk pertama tunggal präteritum).

Sedangkan yang dimaksud deklinasi dalam bahasa Jerman adalah nomina, artikel dan ajektif (mengungkapkan kasus, jumlah, dan jenis). Misal berdasarkan kasus, adalah:

Mann               = laki-laki (subjek tunggal nominatif)

Mannes           = milik laki-laki (bentuk tunggal kasus genitif)

Männer           = laki-laki jamak (bentuk kasus jamak, vokal pada kata dasar menjadi berumlaut).

Tetapi tidak semua kata jamak dalam bahasa Jerman ditambahkan dengan umlaut. Misal artikel dan ajektif berdasarkan jenis kata tunggal dalam Verharr (2010:140):

maskulin feminin neutrum

gut (Nominativ)           = guter Mann

                           gute Frau

                           gutes Kind

            gut (Akkusativ)           = guten Mann

   gute Frau

   gutes Kind

            gut (Dativ)                   = gutem Mann(e)

   guter Frau

   gutem Kind(e)

            gut (Genitiv)                = guten Mannes

   guter Frau

   guten Kindes

“laki-laki baik” “perempuan baik” “anak baik”

 

            Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah.

 

Pengertian Derivasi

            Menurut  Ba’dulu dan Herman (2005:12) ”morfologi derivasi mengambil satu kata dan mengubahnya menjadi kata yang lain, yaitu menciptakan entri-entri leksikal baru. Dalam kasus-kasus yang paling jelas, morfologi devirasi menciptakan suatu kata dari kategori sintaksis lain”.

            Menurut Verhaar, (2010:121) “derivasi adalah proses morfemis yang mengubah kata sebagai unsur leksikal tertentu menjadi unsur leksikal yang lain”. Selanjutnya Verhaar (2010:143) menambahkan bahwa dua kata dengan kata dasar sama termasuk kelas kata yang sama, tetapi berbeda maknanya, maka kedua kata itu juga termasuk derivasi karena berbeda secara leksikal.

            Menurut Chaer, (2007:175) “derivasi merupakan pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya”.

Yang dimaksud dengan derivasi ialah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada dasarnya atau afiks yang menghasilkan leksem baru dari leksem dasar. Misalnya kata reviews dapat dianalisis atas sebuah prefiks re-, sebuah akar view, dan sebuah sufiks -s. Prefiks re- membentuk leksem baru review dari bentuk dasar view, sedangkan sufiks -s membentuk kata yang lain dari leksem review. Jadi prefiks re- bersifat derivasi, sedangkan sufiks -s bersifat infleksi.

 Selain itu derivasi adalah merupakan proses morfemis yang karena afiksasi menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut berubah kelas katanya dari kata dasarnya. Selain melalui afiksasi, ada tiga proses morfologis lain, yaitu reduplikasi, komposisi dan proses derivasi secara nonsegmental.

 

 

Afiks

1. Präfigierung atau prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Yang termasuk prefiks dalam bahasa Jerman adalah ”be”, ”ent”, ”ver”, ”un”. Pembentukan derivasi katanya adalah afiks + kata dasar.

Misalnya: ent + gehen = entgehen

     ent + pergi = melarikan diri (berubah maknanya)

2. Suffigierung atau sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata dasar. Yang termasuk sufiks adalah ”heit”, ”ung”, ”bar”, dan ”sam”. Pembentukan derivasi katanya adalah kata dasar + afiks.

Misalnya: schön + heit = Schönheit

               cantik + heit = kecantikan (nomina deajektiva)

3. Zirkumfigierung atau sirkumfiks atau konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk dasar. Yang termasuk konfiks adalah ”ge - e” dan ”be - t”. Pembentukan derivasi katanya adalah= afiks 1 + kata dasar + afiks 2.

Misalnya: be + reif + t = bereift

     be + matang + t = membekukan (berubah maknanya dan menjadi verba deajektiva)

4. Desuffigierung yaitu derivasi kata yang berasal dari kata dasarnya. Pembentukan derivasi katanya adalah kata dasar – afiks.

Misalnya: tanzen – afiks (-en) = Tanz

    menari – afiks (-en) = Tarian (nomina deverba)

5. Konversi, yaitu perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Pembentukan derivasi katanya sama dengan bentuk kata dasarnya.

 

Misalnya: essen = Essen

    makan = makanan (nomina deverba)

·         Perlu diketahui bahwa kata dasar verba dalam bahasa Jerman selalu ditambahkan dengan sufiks –en (infinitif).

Reduplikasi

Reduplikasi berarti pengembaran. Pengembaran dalam hal ini adalah mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut. Dalam bahasa Indonesia bentuk reduplikasi banyak ditemui, seperti misalnya meja-meja, pemuda-pemuda, dan kemungkinan-kemungkinan. Namun dalam bahasa Indo-Eropa tidak banyak ditemukan , walaupun dalam bahasa Inggris ada goody-goody, pretty-pretty dan lain sebagainya (Verhaar, 2010:152).

Reduplikasi dapat dibedakan menjadi reduplikasi ”penuh” seperti dalam meja-meja, atau reduplikasi ”parsial”, seperti dalam lelaki, pepatah (Verhaar, 2010:152).

Komposisi

Komposisi menurut Verhaar (2010:154) adalah proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang dinamakan kata majemuk. Dalam bahasa Jerman pembentukan kata majemuk berasal dari gabungan kata dasar atau juga dari kata dasar + interfik (fugen) yang biasanya berupa penambahan huruf (-s) + kata dasar. Selanjutnya Verhaar (2010:156) menyebutkan bahwa bahasa Jerman di Eropa Barat memiliki potensi yang hampir tak terbatas untuk komposisi.

 

Misalnya:

-          Liebeslied yang terbentuk dari kata nomina Liebe + fugen (-s) + kata nomina Lied.

-          Nyanyian cinta yang terbentuk dari kata nomina cinta + tambahan (-s) + kata nomina nyanyian.

Derivasi Nonsegmental

Derivasi nonsegmental adalah proses morfemis di mana terjadi perubahan vokal umlaut atau ablaut, dan atas dasar morfologis, berupa modifikasi vokal (Verhaar, 2010:150). Misalnya: Buch (buku) menjadi Büchlein (buku kecil). Derivasi yang bersufiks (-lein) menghasilkan kata “diminutif”. /u/ dalam Buch diumlautkan menjadi /ü/. Pendek kata umlaut terjadi secara paradigmatis dalam jamak Bücher (buku-buku).

 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa derivasi adalah suatu perubahan proses kelas kata (kata kerja) dengan atau tanpa pemindahan kelas kata.

 

Perbedaan-perbedaan antara Infleksi dan Derivasi

            Untuk memenuhi makna kedua proses morfologi ini serta perbedaan-perbedaannya dapat dikemukakan pendapat beberaapa linguis. Menurut Nida dikutip Ba’dulu dan Herman (2005:11) perbedaan antara infleksi dan derivasi adalah sebagai berikut:

1.     Infleksi

a)      Cenderung merupakan formasi luar, muncul lebih jauh dari stem ketimbang afiks derivasi.

b)      Cenderung kurang bervariasi, namun dengan distribusi yang luas.

c)      Digunakan untuk mencocokkan kata-kata bagi pemakaian dalam sintaksis, namun tidak pernah mengubah kelas kata.

2.     Derivasi

a)      Cenderung merupakan formasi dalam, muncul lebih dekat ke stem  ketimbang afiks derivasi.

b)      Cenderung lebih bervariasi, namun dengan distribusi yang terbatas.

c)      Digunakan untuk menetapkan kata-kata dalam suatu kelas dan umumnya mengubah kelas kata.

 

·         Perbedaan lainnya adalah bahwa afiks derivasi sering memiliki makna leksikal, sedangkan afiks infleksi biasanya memiliki makna gramatikal.

·         Perbadaan lain antara infleksi dan derivasi ialah bahwa infleksi biasanya disusun ke dalam suatu paradigma, sedangkan derivasi tidak.

 

PENUTUP

Simpulan

 

Berdasarkan dari paparan di atas  dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pula bahwa derivasi adalah suatu perubahan proses kelas kata (kata kerja) dengan atau tanpa pemindahan kelas kata.

Beberapa cara untuk mengetahui apakah sebuah afiks bersifat infleksi atau derivasi. Jika sebuah afiks mengubah bentuk-bentuk dasarnya, afiks itu bersifat derivasi. Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata bentuk dasarnya biasanya termasuk afiks infleksi. Afiks-afiks infleksi selalu menampakkan makna yang teratur atau dapat diprediksikan; sebaliknya makna-makna dari afiks-afiks derivasi tidak dapat diramalkan. Terdapat suatu kaidah umum bahwa bila dapat menambahkan afiks infleksi pada salah satu anggota dari sebuah kelas kata, akan dapat menambah afiks infleksi pada semua anggota kelas yang lain. Afiks derivasi tidak dapat ditambahkan pada setiap anggota kelas. Dengan begitu, dapat ditentukan bahwa afiks-afiks infleksi itu bersifat tidak produktif, sedangkan afiks derivasi bersifat produktif.

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

Baroqoh, Asri. 2011. Derivasi dan Infeksi Kata Bahasa, (online), (http://quinzjr.blogspot.co.id/2011/01/derivasi-dan-infleksi-kata-bahasa.html), diakses tanggal 20 Januari 2016.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Verhaar. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar