Minggu, 11 Oktober 2020

Pengertian Leksem - Morfologi

 

LEKSEM

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Deutsche Morfologi

Yang dibina oleh Bapak Deddy Kurniawan

 

 

Oleh

Lidya Indriani Putri (140241602704)

Lika Chusnul Aissyah (140241600502)

Rivaldi Idris S. (140241602257)

 



UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM STRATA 1

PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

Januari 2016

1.      Pendahuluan

Morfologi termasuk salah satu studi kebahasaan (linguis­tik) yang mengkaji kata atau leksikon suatu bahasa. Kata dalam hal ini dipandang sebagai satuan‑satuan padu bentuk dan makna yang memperlihatkan aspek valensi sintaksis, yakni kemungkinan‑kemungkan yang dimiliki kata untuk berkombinasi dengan kata‑kata lain dalam kelompok (Uhlenbeck dalam Ekowardono, 1982:54).

Terdapat latar belakang teoritis mengapa perhatian baru terhadap morfologi diperhatikan lagi, yaitu setidak‑tidaknya terdapat tiga sumber utama. Pertama adanya studi filologis terhadap tata bahasa pada akhir abad 19 dan tahun‑tahun pertama abad 20. Kedua, studi bahasa yang bermacam‑macam yang dipenga­ruhi oleh aliran struktural, khususnya aliran struktural Ameri­ka yang dipelopori oleh Bloomfield. Ketiga, munculnya aliran transformasional yang dikembangkan oleh Noam Chomsky (Bauer, 1988:5).

Menurut tradisi studi morfologi akan mengkaji struktur internal kata dalam kaitannya dengan kata lain dalam suatu paradigma; sedangkan sintaksis berkaitan dengan fungsi‑fungsi eksternal kata dan kaitannya dengan kata lain dalam kalimat. (Mathews,1974:154). Pada tingkat gramatikal, kata, secara tradisional akan dipahami sebagai unsur terkecil bahasa yang akan didentifikasikan tentang asal dan bentuknya dalam paradig­ma. Setiap bahasa tentunya dapat dijabarkan ihwal kata itu dan properti‑properti morfosintaksisnya (Mathews, 1974:136).

Leksem merupakan kunci utama dalam batas–batas paradigma yang tidak mengacu kepada bentuk tertentu yang dimiliki oleh suatu kata dalam keadaan tertentu, tapi lebih mengacu kepada semua bentuk yang kemungkinan dapat dimiliki oleh kata tersebut (alle möglichen Formen, dass Wort haben kann).

2.      Leksem Menurut Ahli

a.       Menurut F. Katamba

Leksem adalah the abstract vocabulary item. Bentuk seperti : welche, welchen, welches, dan welcher adalah realisasi atau representasi berbeda dar leksem WELCHE. Leksem ditulis dengan huruf besar. Kata–kata tersebut mempunyai suatu makna inti walaupun berbeda ejaan dan ucapan. Menurut Di Scivilo and Williams 1987. Leksem adalah kosa kata yang terdaftar dalam kamus.  Mengenai istilah ‘wӧrt’(kata) bukanlah item kosa kata abstrak dengan makna inti umum (leksem), melainkan merujuk pada realisasi fisik tertentu dari leksem dalam bentuk ujaran atau tulisan. Jadi : seide, seidel, seiden,  adalah 3 kata berbeda dari leksem yang sama. “seide” juga bisa dilihat sebagai representasi dari leksem yang dihubungkan dengan piranti morpho–syntactic, seperti nomina, adjektiva, verba, tense(kala), gender, numeral dst.

b.      Pandangan D.Edi Subroto

Leksem adalah hasil abstraksi yang tidak merubah identitasnya. Identitas disini dimaksudkan identitas yang tidak merubah paradigma. Secara lebih spesifik dikatakan bahwa leksem adaalah hasil abstraksi terkecil yang tidak merubah identitas paradigma. Baik paradigma nomina, verba, ajektiva dll.

Contohnya dari  leksem LIEBE terdapat bentuk yang berbeda–beda misalnya Lieben, Lieber, Liebeln  usw. Ini masih dalam paradigma verba. Sedangkan bentuk Lieber, dalam paradigama yang berbeda yaitu paradigma nomina. Leksem dua bentuk ini bukan LIEBE tapi LIEBER. Kata ‘Lieber’ sudah merupakan kesatuan terkecil..

3.      Leksem dalam Morfologi

Morfologi dipandang sebagai subsistem yang mengolah leksem menjadi kata. Leksem sebagai input merupakan satuan leksikal, dan kata sebagai output merupakan satuan gramatikal. Dalam proses itu selain mengalami perubahan bentuk, juga perubahan makna.

Leksem merupakan satuan lingual yang memiliki makna sendiri yang mempunyai mobilitas dalam ujaran dan direalisasikan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai aspek gramatika yang menyertainya. Bentuk abstrak, tidak bisa dilihat dari realisasinya (lexis)

Leksem  – – – – – – –Proses Morfologi – – – – – –– – Kata

                                 –derivasi zero

                                 –afiksasi

                                 –reduplikasi

                                 –pemendekan

                                 –derivasi balik

                                 –perpaduan

Berubahnya leksem menjadi kata, juga disebut gramatikalisasi dan kebalikannya adalah leksikalisasi.

Cara penulisan leksem degan huruf Kapital

BUCH ->        Buch (singular)                                    Büchern (dativ plural)

                        Bücher (plural)                                    Buchs (genitive singular)

 

4.      Batasan Kata

Didalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1993:451) kata bermakna: (i) unsure bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan keatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa (ii) ujar, bicara (iii) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, atau satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Kata mempunyai bentuk dan dalam beberapa hal, ada kata yang memiliki bentuk dasar yang oleh para linguis disebut leksem

5.      Bentuk Kata

Bentuk kata dalam BI dapat dibagi atas bentuk dasar atau leksem yang bermakna leksikal, paduan leksem, bentuk berimbuhan, bentuk berulang, bentuk majemuk, bentuk yang terikat konteks kalimat, akronim, dan singkatan.

6.      Makna dalam Leksem

Menurut Harimurti (1989:9) , “Leksemlah yang merupakan bahasan dasar yang setalah mengalami pengolahan gramatika menjadi kata dalam subsistem gramatika. Pengertian leksem tersebut terbatas pada satuan yang di wujudkan dalam gramatika dalam bentuk morfem dasar atau kata.

      Makna dalam leksem yang dimaksud di sini , yakni bentuk ysng sudah dapat diperhitungkan sebagai kata . Dalam BI terdapat bentuk sperti ini : kunci,lompat,makan,pagar,tidur. Bentuk kunci dapat mengahasilkan bentuk turunan di kunci , mengunci, dan kata pagar dapat di beri himbuan sehingga menjadi di pagari , memegari ,terpagar. Kata kunci dan pagar telah memili makna leksikal dan demikian pula kata di kunci ,mengunci,dipagari,memegari,terpagar . ada juga leksem yang belum dapat di tentukan makna leksikalny a . Misalnya , leksem juang. Makna leksikalnya dapat ditentukan setelah leksem tersebut di berikan imbuan , misalnya menjadi : berjuan , juang , diperjuangkan ,memperjuangkan , pejuang , perjuangan , seperjuangan. Kata- kata ini sudah memilki mana leksikal maknanya dapat di lihat dalam kamus di bawah entri juang .

      Jadi , makna dalam leksem di sini adalah makana leksikal yang terdapat dalam leksem yang berwujud kata , yang makna leksikalnya dapat di cari di dalam kamus

      Panduan leksem adalah gabungan dua leksem atau lebih yang di perhitungkan sebagai kata. Menurut Harimurti (1989:104-105) paduan leksim menjadi calon kata majemuk , konsep leksem tidak sama benar dengan konsep kata majemuk. Makna panduan leksem dapat dirunut dari unsur yang membentuknya

 

7.      SIMPULAN

 uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum pendapat F.Katamba, Laurie Bauer dan D.Edi Subroto memiliki pendapat yang senada dalam konsep leksem meski bentuk uraian dan paparannya berbeda–beda. Menurut  F Katamba leksem ialah item kosa kata abstrak, menurut Bauer leksem ialah kunci utama dalam batas–batas paradigma yang tidak mengacu pada bentuk tertentu, tapi mengacu kepada semua bentuk yang mungkin dapat dimiliki oleh  kata tersebut, dan menurut D.Edi Subroto leksem ialah hasil abstraksi yang terkecil yang tidak merubah identitas paradigma atau mentesnya..sedangkan Harimurti Kridalaksana memiliki pendapat yang bertentangan dengan ketiga pandangan pakar linguistik diatas. Leksem adalah bahan dasar yang setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika. Istilah bahan dasar dirasa kurang tepat menurut sudut pandang para pakar linguistik lainnya lainnya karena dianggap masih terlalu umum konsepsinya.  Pendapat umum para linguis mengenai leksem ditentukan sebagai abstraksi terkecil yang mengacu pada semua bentuk yang mungkin dapat dimiliki kata tersebut(‘all the possible shapes’) yang tidak merubah identitas paradigmanya. Perubahan–perubahan pada paradigma itu ditentukan oleh syntactic faktor atau faktor sintaksis.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar