Sabtu, 10 Oktober 2020

Deutsche Rechtschreibung (penggunaan tanda baca bahasa jerman) mengutip dari bab lll skripsi Lika Chusnul Aissyah jurusan sastra jerman universitas negeri malang

 kalau mau copas, tolong dicantumkan di daftar pustaka ya. karena membuat ini penuh perjuangan setengah tahun. Sama-sama cari pahala, agar ilmunya bermanfaat.


Menurut Grebe dkk (1961: 15),

die gesprochene Sprache ist der geschriebenen darin überlegen, dass sie durch Betonung, Satzmelodie, Rhytmus und Tempo gliedern kann. die geschreibene Sprache gliedert durch Satzzeichen, ohne jene Vorzuege der Sprechsprache zu erreichen.

Hal tersebut berarti bahasa lisan lebih popular dibanding dengan bahasa tulis, karena bahasa tulis mempunyai hal-hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah penekanan, intonasi, irama dan tempo. Bahasa tulis mempunyai susunan tanda baca, dimana tanda baca tidak digunakan dalam bahasa lisan. Oleh karena itu, bahasa tulis harus mempunyai pedoman. Pedoman-pedoman penggunaan tanda baca dalam bahasa Jerman menurut Duden sebagai berikut.

2.7.1        Punkt

Menurut Drosdowski (1986 : 55 – 56), penggunaan titik dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda titik terletak pada kalimat akhir. Titik adalah tanda akhir dari suatu kalimat berita. Tanda titik muncul setelah akhir satu kalimat utuh apabila tanda titik tersebut tidak menunjukkan kalimat perintah atau kalimat tanya. Tanda titik terletak pada kalimat tidak langsung dan bersifat kondisional terhadap kalimat seru, permohonan, dan kalimat perintah. Kedua, tanda titik dapat menggantikan tanda seru yang terletak pada kalimat perintah dan permohonan yang diucapkan tanpa penekanan. Ketiga, tanda titik diperlukan dalam penulisan angka yang menunjukkan suatu tingkatan. jika ada nomor urut dalam kalimat, maka titik tidak yang ditambahkan.

2.7.2        Komma

Menurut Drosdowski (1986 : 38 – 47), penggunaan koma dalam bahasa jerman terdiri atas beberapa pengelompokkan yaitu (1) Das Komma zwischen Satzteilen, (2) Partizipial- und Infinitivgruppen (Mittelwort- und Grundformgruppen), (3) zwischen Sätzen, (4) das Komma vor ,,und’’ oder ,,oder’’ (Zusammenfassung), (5) Zusammentreffen einer Konjunktion. Pengelompokkan pertama memiliki aturan sebagai berikut.

Pertama, das Komma zwischen Satzteilen (Tanda koma diletakkan di antara frasa). Tanda koma diletakkan pada kasus enumerasi (pencacahan satu per satu) antara leksem yang memiliki kesamaan jenis dan frasa yang serupa, dengan syarat apabila tidak terdapat konjungsi “und”  dan “oder” . Tanda koma terletak pada detail keterangan tempat/rumah yang memiliki banyak bagian yang tidak terdapat preposisi disusun dengan menggunakan tanda koma. Tanda koma akan disusun menggunakan pernyataan yang memiliki banyak bagian dari bagian-bagian buku bacaan, koran, dan lain lain. Tanda koma berada setelah bagian kalimat yang menonjol atau inti, yang dilanjutkan dengan pronomia atau adverbia. Tanda koma memisahkan sebuah istilah atau penyebutan pada kalimat yang tersisa. Tanda koma memisahkan kata seru dari kalimat yang kata tersebut diucapkan dengan penekanan khusus. Tanda koma memisahkan kalimat yang membuntuti aposisi. Tanda koma memisahkan adjektiva dan partisip dengan subsantif nomina yang diikuti. Keterangan waktu atau tanggal seperti tempat, hari, dan jam dipisahkan dengan tanda koma. Tanda koma memisahkan konjungsi yang berlawanan.

Kedua, Partizipial- und Infinitivgruppen (Mittelwort- und Grundformgruppen) (tanda koma dalam bentuk kelompok partisipia dan kelompok infinitif (kelompok kata tengah dan kelompok bentuk dasar)). Tanda koma memisahkan kelompok kalimat partisipial. Tanda koma memisahkan kalimat infinitif ,,zu’’ (kelompok infinitif, bentuk dasar) tetapi bentuk infinitif asli dari ,,zu’’ tidak dipisahkan oleh tanda koma.

Ketiga, das Komma zwischen Sätzen (tanda koma diantara kalimat). Tanda koma memisahkan kalimat asli yang independen. Tanda koma memisahkan kalimat tunggal dengan kalimat lain yang saling berkaitan. Tanda koma diantara induk kalimat dan anak kalimat. Tanda koma memisahkan anak kalimat yang memiliki tingkatan yang sama namun tidak ada penghubung seperti ,,und’’ atau ,,oder’’. Tanda koma memisahkan anak kalimat yang memiliki tingkatan yang berbeda. Tanda koma pada kalimat majemuk bertingkat memiliki fungsi yang sama seperti halnya pada kalimat majemuk pada umumnya.

Keempat, das Komma vor ,,und’’ oder ,,oder’’ (Zusammenfassung) (tanda koma sebelum “dan” atau “atau” (ringkasan)). Tanda koma digunakan untuk menghubungkan kalimat independen yang memiliki kata penghubung ,,und’’ atau ,,oder’’. Tanda koma berada diantara kalimat apabila ada dua kalimat. Tanda koma digunakan jika ,,und’’ atau ,,oder’’ menyimpulkan struktur kalimat yang diawali oleh kalimat infinitif yang panjang. Tanda koma berada di tengah apabila ada satu kalimat saja. Tanda koma muncul apabila ,,und zwar’’ atau ,,und das’’  menjelaskan lebih rinci suatu kalimat.

Kelima, das Komma beim Zusammentreffen einer Konjunktion (eines Bindewortes) mit einem Adverb, Partizip u.a. (tanda koma menghubungkan antara konjungsi dengan keterangan, partisipial dan sejenisnya). Jika pada kedua bagian masing-masing memiliki bagian lagi, berdasarkan aturan tanda koma, maka tanda koma berada diantara bagian-bagian tersebut, yaitu sebelum konjungsi. Pada beberapa kasus, penggunaan tanda koma digunakan pada kalimat berfluktuasi.

2.7.3        Semikolon (Strichpunkt)

Menurut Drosdowski (1986 : 57), penggunaan Semikolon (Strichpunkt) dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda titik koma bisa berdiri dengan fungsi pengganti kata penghubung diantara kalimat yang sejenis dan setara satu sama lain. Kedua, tanda titik koma dapat digunakan untuk menggantikan tanda koma yang terletak pada bagian-bagian merincikan sesuatu dalam sebuah struktur kalimat. Ketiga, tanda titik koma digunakan untuk susunan yang lebih baik dalam kalimat majemuk. Keempat, tanda titik koma dapat menjelaskan/menggolongkan sebuah kasus numerasi yang memiliki istilah/golongan sama.

2.7.4        Doppelpunkt

Menurut Drosdowski (1986 : 28), penggunaan Doppelpunkt dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda titik dua terletak sebelum kalimat ucapan langsung yang ditulis. Kedua, tanda titik dua terletak sebelum pada kalimat/ungkapan yang memerlukan pemerian. Ketiga, tanda titik dua terletak sebelum penomoran sesuatu. Keempat, tanda titik dua terletak sebelum pada bagian akhir suatu pernyataan lengkap yang kemudian diikuti rangkaian atau pemerian.

2.7.5        Fragezeichen

Menurut Drosdowski (1986 : 29), penggunaan Fragezeichen dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda tanya terletak setelah kalimat pertanyaan langsung. Kedua, tanda tanya terletak setelah kata tanya pada kalimat tanya atau pada dalam sebuah kalimat. Ketiga, tanda tanya diberi tanda kurung berada setelah kata keterangan yang masih diragukan/belum tentu benar.

2.7.6        Ausrufezeichen

Menurut Drosdowski (1986 : 24), penggunaan Ausrufezeichen dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda seru terletak setelah kalimat perintah/permintaan (harapan atau perintah). Kedua, tanda seru terletak setelah kata/kalimat seruan. Ketiga, tanda seru sering dipakai dalam sapaan di awal surat. Keempat, tanda seru terletak pada bagian setelah kata keterangan yang berfungsi untuk menekannkan sesuatu.

2.7.7        Gedankenstrich

Menurut Drosdowski (1986 : 31), penggunaan Gedankenstrich dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, di antara dua atau lebih kalimat tanda hubung yang berfungsi untuk menunjukkan perubahan tema atau pembicara. Kedua, dalam suatu kalimat tanda hubung dapat menunjukkan jeda yang panjang. Ketiga, tanda hubung terletak sebelum dan sesudah bagian-bagian frasa atau kalimat yang digunakan untuk pelengkap. Keempat, dibandingkan tanda koma, tanda hubung lebih memiliki penekanan khusus pada oposisi. Kelima, tanda hubung dapat digunakan sebagai pengganti tanda titik dua. Apabila, kalimat tersebut tidak memungkinkan untuk memakai tanda titik dua.

2.7.8        Anführungszeichen

Menurut Drosdowski (1986 : 20 – 21), penggunaan Anführungszeichen dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda kutip terletak sebelum dan sesudah sebuah kalimat langsung. Kedua, tanda kutip terletak sebelum dan sesudah bagian kutipan pada buku, tulisan, surat, dan lainnya. Ketiga, tanda kutip digunakan untuk menekankan bagian-bagian teks yang ditonjolkan. Keempat, kutipan dalam kutipan diperjelas dengan tanda kutip setengah. Kelima, jika tanda koma dan tanda kutip dalam satu kalimat, maka tanda koma ditulis setelah kutipan penutupan. Keenam, jika tanda titik, tanda tanya atau tanda seru berada dalam satu kalimat dengan tanda kutip, tanda tersebut terletak sebelum tanda penutupan kutip jika tanda tersebut termasuk ucapan atau kutipan.

2.7.9        Apostrophe

Menurut Drosdowski (1986 : 21 – 23), penggunaan Apostrophe dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, tanda petik tunggal digunakan untuk menggantikan fonem-fonem yang lesap di awal kata. Kedua, tanda petik tunggal digunakan untuk menggantikan akhiran –e pada nomina dan bentuk verba pasti (orang tunggal pertama dan ketiga). Ketiga, tanda petik tunggal digunakan untuk menggantikan fonem-fonem yang disingkat di akhir. Keempat, pada tengah kata, tanda petik tunggal biasanya digunakan untik menggantikan huruf –i- yang di lesapkan pada akhiran –ig- dan –isch- pada adjektif atau pronominal. Kelima, tanda petik tunggal digunakan untuk menggantikan kelompok fonem dalam sebuah nama yang dilesapkan. Keenam, tanda petik tunggal digunakan untuk menandai keberadaan kasus Genitiv pada nama yang berakhiran dengan -s, -ss, -β, -tz, -z, dan -x.

 

2.7.10    Klammern

Menurut Drosdowski (1986 : 37 – 38), penggunaan Klammern dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, di dalam tanda kurung terdapat penjelasan tambahan. Kedua, tanda kurung dapat digunakan untuk menyisipkan kalimat tanpa penekanan sebagai pengganti koma atau tanda pisah. Ketiga, tanda baca lainnya diletakkan setelah tanda tutup kurung. Keempat, penjelasan lebih lanjut untuk tambahan di dalam kurung diletakkan dalam tanda kurung siku. Kelima, tambahan pada kutipan atau pelengkap pada teks-teks yang rusak dan tidak terbaca dapat diletakkan dalam tanda kurung siku. Keenam, huruf-huruf, bagian-bagian kata, atau kata-kata yang bisa dihilangkan diletakkan dalam tanda kurung siku.

2.7.11    Auslassungspunkte

Menurut Drosdowski (1986 : 23 – 24), penggunaan Auslassungspunkte dalam bahasa Jerman terdiri atas beberapa aturan. Pertama, Elipsis menandai jeda pada sebuah pembicaraan dan bagian akhir sebuah pemikiran yang disembunyikan. Kedua, Elipsis digunakan untuk menandai pelenyapan bagian dalam kutipan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar