Minggu, 11 Oktober 2020

Keterkaitan Kindergarten di jerman dengan metode Quantum Learning

 

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Belajar dan Pembelajaran

yang dibina oleh Bapak Asep Sunandar

 

 

 

Oleh

Lika Chusnul Aissyah

140241600502

 



UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM S1 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

Desember 2015

 

 

Keterkaitan Kindergarten di jerman dengan metode Quantum Learning

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan anak usia pra sekolah yang dikenal dengan nama Kindergarten diprakarsai oleh seorang tokoh pendidikan Jerman bernama Friedrich Wilhelm August Fröbel, lahir 21 April 1782 di Oberweißbach, Thüringen (Thuringia). Kindergarten, berasal dari kata „Kinder = Anak-anak,  dan Garten = Taman“. Menurut Fröbel, anak-anak adalah benih kemanusiaan yang membutuhkan perhatian dan perawatan, sepertinya halnya kuncup bunga yang ada di taman. Fröbel menamakan lembaga kegiatan dan bermain anak yang didirikannya dengan nama „Kindergarten“ pada tahun 1840. Bangunan yang memiliki dua ruangan tersebut, yang satu ditata dengan menempatkan kursi dan meja, sedangkan satu raungan lainnya dibuarkan sebagai ruangan terbuka untuk bermain. Di luar ruangan terdapat sebuah taman di mana anak-anak dapat menanam berbagai jenis tumbuhan bunga, sayur dan juga biji-bijian. Bentuk-bentuk bola, balok kayu, ubin, tongkat dan cincin yang dirancang Fröbel yang kemudian kita kenal dengan nama „Fröbelgaben“ (bahasa Jerman) atau Froebel Gifts (bahasa Inggris), adalah sarana bagi anak-anak untuk belajar dengan bermain, untuk membantu mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik mereka. Froebel gifts kemudian banyak diadaptasi oleh dunia pendidikan di banyak negara dan merupakan salah satu bagian materi penting di lembaga pendidikan anak pra sekolah.

Sedangkan kegiatan lain yang biasanya dilakukan adalah menyanyi, menari dan mendengarkan dongeng yang dibacakan dengan maksud meningkatkan keterampilan fisik dan imajinasi anak. Menurut Fröbel, anak-anak harus dibiarkan menciptakan kegiatan mereka sendiri, dan peran guru adalah untuk mengembangkan kreativitas mereka.

Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada makalah ini dirinci sebagai berikut.

1.      Bagaimana Kindergarten di jerman?

2.      Bagaimana Bagaimana Quantum Learning untuk Kindergarten

3.       Bagaimana analisis keterkaitan Kindergarten di jerman dengan Quantum Learning?

T ujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka ditentukan pula tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.

1.      Mendeskripsikan Kindergarten di jerman

2.      Mendeskripsikan Quantum Learning untuk Kindergarten

3.      Mendeskripsikan analisis keterkaitan Kindergarten di jerman dengan Quantum Learning

 

PEMBAHASAN

Kindergarten di jerman

Di Jerman Kindergarten tidak termasuk dalam lingkup wajib belajar. Sebutan SEKOLAH di Jerman dimulai di Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Lanjutan Atas. Setelah genap berusia 3 tahun biasanya anak-anak memasuki Kindergarten, sehingga hari pertama di Kindergarten bagi setiap anak berbeda-beda, tidak mengikuti waktu awal semester seperti di sekolah pada umumnya. Sampai anak-anak tersebut berumur 6 tahun mereka mengikuti pendidikan pra sekolah ini. Beberapa tahun belakangan ini sudah banyak Kindergarten yang menerima anak pada usia 2 tahun, tetapi biasanya tempat yang disediakan sangat terbatas. Hampir setiap komunitas daerah dari satu kecamatan memiliki Kindergarten, yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun swasta. Biasanya anak-anak memasuki Kindergarten yang ada di wilayah masing-masing.

Formulir pendaftaran untuk memasuki Kindergarten dapat diunduh dari situs komunitas daerah maupun Kindergarten itu sendiri, formulir yang telah diisi bisa dikirimkan melalui pos atau langsung ke kedua lembaga tersebut. Kemudian tiap keluarga akan mendapatkan satu BUKU dari Kindergarten yang harus dilengkapi dengan berbagai data antara lain; - Data anak dengan lampiran Akte Kelahiran. - Lampiran catatan pemeriksaan kesehatan anak, ditandatangani oelh Dokter anak yang bersangkutan. - Data kedua orang tua, nomor telfon rumah, kantor dan ponsel. - Nama lain selain orang tua yang berhak menjemput anak dari Kindergarten, nomor telfon dan status hubungan kekerabatan dengan anak tersebut. - Nomor rekening bank. Pembayaran tiap bulan akan langsung dipotong dari saldo rekening di bank. Besarnya biaya pendidikan tiap Kindergarten berbeda-beda, dan biasanya bagi satu keluarga yang memiliki anak tunggal membayar sedikit lebih tinggi dibandingkan keluarga yang memilik anak dua ataupun lebih.

Buku tersebut harus dibawa dan diserahkan kepada pihak Kindergarten pada hari pertama masuk, dan akan dikembalikan kepada orang tua setelah ditandatangani oleh pimpinan Kindergarten. Rutinitas pagi hari sampai sekitar pukul 10 adalah bermain di ruangan. Tiap anak bisa memilih sendiri permainan atau kesibukan lain yang akan dilakukannya. Segala jenis permainan tersedia di sana seperti Lego, Balok kayu, mobil-mobilan, kereta api, puzzel, boneka, dan berbagai pilihan lain. Kegiatan seperti menggambar, melukis dengan cat air, atau membuat kerajinan tangan dari kertas ataupun kain adalah juga pilihan yang disenangi. Atau bermain masak-masakan di dapur mini, maupun berdagang di mini market.

 

Bagaimana Quantum Learning untuk Kindergarten

Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif.

Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi DePorter. Dia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum Learning di SuperCamp. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouric, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicoba gagasan-gagasan Quantum Learning kepada para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an.  DePorter menjelaskan bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 2.500 siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp.

Pada tahap awal perkembangannya, Quantum Learning dimaksudkan untuk membantu meningkatkan  keberhasilan hidup dan karier para remaja dirumah tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk mengadakan program-program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.

Keunggulan Quantum Learning

1.      Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

2.      Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

3.      Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.

Kelemahan Quantum Learning

1.      Membutuhkan pengalaman yang nyata

2.      Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar

3.      Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa

 

Bagaimana analisis keterkaitan Kindergarten di jerman dengan Quantum Learning?

Selain melatih otak untuk mengingat kosakata dengan metode ini, schӧnes papier an der Wand juga dapat melatih ketrampilan untuk penguasaan kosakata. Sudah dijelaskan bahwa cara untuk mewujudkan schӧnes papier an der Wand adalah dengan mengkreasikan membentuk gambar dan warna stiky note berisi kosakata bahasa Jerman yang ditempelkan di dinding. untuk menggunakan metode ini, peserta didik dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam mewujudkan nya. Karena tanpa ketrampilan atau hanya dengan menempelkan stiky note yang berisi kosakata bahasa Jerman, berarti peserta didik belum bisa dikatakan menggunakan metode schӧnes papier an der Wand. sebenarnya dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual. Jika seseorang hanya mengaktifkan salah satu belahan otaknya dalam beberapa aktivitas, terjadi ketidakseimbangan fungsi kerja otak pada manusia, maka peserta didik tersebut akan mudah menghadapi kesulitan terutama kesulitan dalam menghafal hal kecil tapi sangat penting seperti kosakata bahasa, terutama bahasa Jerman.

model ini adalah model yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk menghafal kosakata yang telah dicatat sebelumnya. Namun demikian, untuk menemukan kosakata baru pun tetap diajarkan oleh pendidik, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, lalu peserta didik mencatat kosakata yang tidak dimengerti sehingga ketika sampai rumah peserta didik sudah memiliki bekal pengetahuan, untuk menggunakan metode schӧnes papier an der Wand . Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1.      Peserta didik mencatat kosakata yang tidak dimengerti dari topik pengajaran yang telah diajarkan

2.      Peserta didik menulis kosakata yang tidak dimengerti didalam stiky note

3.      Peserta didik mendesain gambar untuk menempelkan stiky note ke dinding

4.      Peserta didik menempelkan stiky note di dinding dengan desain yang telah dibuat

5.      Setelah metode schӧnes papier an der Wand sudah dilakukan, peserta didik dapat menghafalkan kosakata tersebut setiap hari

Contoh visualisasi metode schӧnes papier an der Wand berbentuk Barbel

Tausand = 1000

Eins = satu

Angka (Zahlen)

Zehn = sepuluh

Elf = sebelas

Zwolf = dua belas

Dreizig = tiga belas

Hundert = seratus

Einundzwanzig = 21

Funfzehn = 15

Dreisig = 30

Acht = 8

Siebzig = 70

 

 

 

 


PENUTUP

Simpulan

metode schӧnes papier an der Wand dipandang mempunyai porsi besar dan strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses peserta didik untuk penghafalan kosakata dalam bahasa Jerman. Karena ia bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan peserta didik, sehingga peserta didik diharapkan mampu menggunakan metode schӧnes papier an der Wand  dengan baik dan efektif agar penghafalan kosakata yang awalnya susah untuk dihafalkan menjadi mudah dan kreatif. Oleh karena itu, diharapkan dengan schӧnes papier an der Wand menjadi salah satu metode yang mampu menjawab kebutuhan peserta didik dalam menghafalkan kosakata bahasa Jerman.

Saran

Metode schӧnes papier an der Wand ini dirancang untuk memudahkan peserta didik dalam menghafalkan kosakata bahasa Jerman dengan mudah. Dengan metode ini, diharapkan pembelajaran bahasa Jerman lebih efektif dan lebih kreatif dalam mengembangkan schӧnes papier an der Wand dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik baik yang dilihat dari proses Maupun hasil akhir dalam pembelajaran. Karena kosakata pembelajaran bahasa Jerman sangat berperan penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu penulis berharap kepada pembaca atau pun pengguna metode schӧnes papier an der Wand ini agar bisa mengembangkan dan menyempurnakan sesuai dengan kondisi masing-masing di lapangan.

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

Keraf,Goris.2007.DIKSI DAN GAYA BAHASA.PT Gramedia Pustaka Utama:Jakarta

Kassel,Gesamthocschule.1994.Lesen als Verstehen.Druckhaus Langenscheidt:Berlin

 Ross,Betsy.2010.BUKU SAKU LENGKAP PERCAKAPAN SEHARI-HARI DALAM BAHASA JERMAN UNTUK PEMULA.TransMedia Pustaka

http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/perbedaan-otak-kiri-dan-otak-kanan.html

https://saripedia.wordpress.com/tag/bagian-bagian-karya-ilmiah/

http://mohamadakil.blogspot.co.id/2010/05/mengoptimalkan-kerja-otak-kiri-dan-otak.html

http://munasyahidahxibahasa.blogspot.co.id/2012/10/kosa-kata-bahasa-jerman.html

 

 

 

 

 

 

 

metode schӧnes papier an der Wand

PETA KONSEP

 

Peserta Didik

Pendidik

Diri sendiri

Lingkungan

Output pesera didik

1.      Membentuk kepribadian peserta didik

2.      dapat membantu peserta didik dalam segi aspek Kognitif

3.      dapat mengaplikasikan metode schӧnes papier an der Wand dengan baik

4.      peserta didik dapat menyeimbangkan otak kanan dan kiri untuk lebih efektif belajar

1.      Dapat menumbuhkembangkan keuletan peserta didik

2.      Dapat meciptakan kreativitas tersendiri bagi peserta didik

3.      Peserta didik dapat memanfaatkan Lingkungan yang ada disekitarnya dalam penggunaan metode schӧnes papier an der Wand

1.      Mempermudah peserta didik dalam penguasaan kosakata bahasa Jerman

2.      Menjadikan peserta didik sebagai siswa yang lebih mandiri dalam mencari bentuk metode schӧnes papier an der Wand

3.       

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar