Sabtu, 10 Oktober 2020

NASKAH DRAMA KARYA ANGGOTA LUARBIASA UKM TEATER HAMPA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SEL

Oleh: Lidya Indriani Putri

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sel

Oleh: Lidya Indriani Putri

Panggung menggambarkan sebuah jalan dimana banyak orang-orang berlalu lalang. Hari  mulai petang. Terdengar langkah kaki dari sekian banyak orang dari sisi kanan maupun kiri. Ada yang pulang dari sekolah, kampus, ataupun bekerja.

Tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita dari kejauhan.

Ibu-ibu : Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…….

Seorang lelaki berlari kencang sambil membawa tas milik ibu-ibu, dengan sigap semua orang-orang di jalan itu mengejar lelaki itu.

Panggung kembali sepi, hanya terdengar suara mobil dan motor yang tidak begitu bising. Laki-laki pencopet tadi kembali dengan terengah-engah, lalu ia duduk di pinggir jalan. Ia melihat dompet hasil copetannya. Dan ternyata dompet itu tidak berisi uang.

Laki-laki 1 : hasshh, untuk apa aku mencopet dompet ini. Dasar ibu ibu sialan. Tau begini aku tidak usah  repot repot berlari menghindari mereka. Haaahhh.. aku sudah hampir mati, dan ternyata hanya ada kartu nama dan ahhhh aku tidak tahu apa nama barang ini. (mengeluarkan semua isi dompet itu dan membuangnya)

Sambil mengatur nafasnya ia tetap duduk di pinggir jalan dan mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Hingga tatapannya teralihkan pada satu titik.

Ada 3 orang wanita yang sangat cantik, berpakaian serba mini. Entah apa yang mereka pikirkan, atau mungkin mereka tidak memiliki banyak uang untuk membeli sehelai kain sekedar untuk menutup paha dan dada mereka.

Laki-laki 1 : (menelan ludah)

Perempuan 1 : (menjatuhkan sapu tangan di depan laki-laki 1)

Laki-laki 1 : (membungkuk dan mengambilkan sapu tangan itu)

Perempuan 1 : eh maaf yaa...

Laki-laki 1 : emmmhh. i.. ii… yy..aaa

Perempuan 2 dan 3 pergi dengan tergesa-gesa

Perempuan 1 : heyy ada apa? Tunggu….

Laki-laki 1 pun berlari meninggalkan perempuan 1.

Perempuan 1 : heyy kau juga mau kemana?

Polisi 1 : (menodohkan pistol ke arah perempuan 1) angkat tangan dan jangan bergerak !!

Perempuan 1 : (terkejut dan tidak mampu melawan)

Polisi 2 : apa yang saudari lakukan disini?

Perempuan 1 : e… e.. tidak pak, saya hanya jalan-jalan saja dengan teman saya pak.

Polisi 2 : serahkan tas anda sekarang juga!

Perempuan 1 : tt..aa..pp..ii pak. Apa salah saya???

Dengan terpaksa perempuan 1 menyerahkan tas miliknya. Polisi 1 tetap menodohkan pistol di depan perempuan 1 dan polisi 2 memeriksa tas tersebut. Dan polisi 2 menemukan sebuah benda mencurigakan yang hanya di balut dengan Koran. Setelah di buka ternyata itu adalah obat-obatan terlarang. Menyadari dirinya tertangkap basah membawa narkoba. Dengan sigap perempuan 1  menjatuhkan pistol milik polisi 1 dan kabur. Polisi 2 segera menembak kaki perempuan 1. Hingga ia tidak bisa kemana-mana.

DUUAARRRRRRR

Perempuan 1: aaaahhhhhhh..

Polisi 1 dan 2 menyeret perempuan 1 ke kantor polisi.

Lampu mulai meredup dan sayup sayup padam. Setting panggung berubah menjadi sebuah sel yang sangat kecil, hanya cukup untuk 3 sampai 5 orang tapi kini dihuni oleh 7 bahkan 15 orang. Tidak bisa di bayangkan bagaimana cara mereka merebahkan badan. Terlalu sesak dan menyiksa.

Di dalam penjara sudah ada beberapa narapidana. Ada yang tengah melamun, tidur, menulis dan membaca sesuatu, dan lain sebagainya.

Polisi 1: Saudara kami tahan. Kami akan menghubungi keluarga Saudara, Saudara berhak untuk mengajukan pengacara.

Polisi 1 mendorong perempuan 1 masuk ke dalam sel. Para penghuni sel itu terkejut dengan kehadiran perempuan 1. Mereka hanya melihatnya sinis

Merasa menjadi orang baru, ia hanya diam saja dan duduk di pojok sel tanpa berkata-kata.

Narapidana 1 : pak,, kenapa kamar kami masih ditambah orang lagi?? Kami hampir tidak bisa bernafas. Pak… pakk.. pak.. kami mohon pindahkan kami ke tempat yang lebih besar.

Polisi itu hanya berlalu tanpa menghiraukan narapidana 1.

Narapidana 1 : hashhh, aku bisa mati kalau begini caranya.

Narapidana 2 : hey kau ! (menunjuk perempuan 1) kau harus tau peraturan di sel ini.

Narapidana 3 : kau, harus patuh dengan kami. Kau tau kan kalau sel ini begitu sempit. Kita harus tidur secara bergantian. Dan untuk hari ini, kau tidak boleh tidur. Dan jangan merebahkan badan. Kau mengerti??

Perempuan 1 : m..mm..engert…ii

Narapidana 1 : bagus ! mmm.. sebentar (memperhatikan kaki perempuan 1) kau??? Hahahaha…. J kau berusaha untuk kabur? Hahahaaa.. dasar bodoh !

Semua narapidana menertawakannya.

Narapidana 4 : Kau takut tinggal disini?

Perempuan 1 : Aku bahkan tidak pernah membayangkan akan berada di tempat mengerikan seperti ini.

Narapidana 5 : (masih tertidur)

Narapidana 2 : hahahahaa… konyol ! ini penjara khusus untuk kasus narkoba. Sudah jelas bahwa kau pasti pemakai narkoba.. hahahahaa.. masih saja kau berkata tidak bisa membayangkan hidup di tempat seperti ini. Jangan berlagak suci dan polos. Aku tau wajah-wajah sepertimu pasti pandai berpura-pura. Hahahaa

Narapidana 3 : ya sama seperti kita dulu, hahahhaa…  tenang saja, disini tidak semengerikan yang kau bayangkan. Hahahaa

Perempuan 1 : (merasa bingung dan tidak memahami maksud tertawa mereka)

Sipir 1 datang membawa beberapa bungkusan.

Sipir 1 : ini milik narapidana 1

Narapidana 1 : ahh akhirnya… (senang sekali)

Sipir 1 : ini milikmu, (menunjuk narapidana 2)

Narapidana 2 : hahaa… benar-benar bisa diandalkan.

Sipir 1 : dan ini untuk narapidana 3 dan 4.

Perempuan 1 : (merasa ada yang aneh)

Para napi sibuk dengan barang-barang yang baru saja mereka peroleh. Narapidana 5 bangun dan mendekati perempuan 1

Narapidana 5 : kenapa? Kau merasa heran? Sipir tadi itu sudah bersekongkol dengan kami. Ya memang benar, disini dilarang melakukan hal yang seperti itu. Tapi tenang saja. Kau bisa bersekongkol dengan kami untuk mendapatkan barang-barang itu lagi.

Perempuan 1 : barang-barang itu??

Narapidana 5 : iya, lihat. Memang kami juga butuh buku, makanan, dan apapun. Tapi sebenarnya kamipun masih membutuhkan obat itu. Tenang saja, aku tau kau pasti sudah ketagihan dengan obat itu. Kau juga berhak menghubungi keluargamu untuk membayar fasilitas disini. Kapan saja selama kau mau. Disini, semua serba uang.

Perempuan 1 : tapi,, kenapa tidak ada yang membawakan apapun untukmu?

 Narapidana 5 hanya tersenyum. Kemudian sipir 1 datang.

Sipir 1 : narapidana 5, silahkan keluar, ada yang menelponmu.

Narapidana 5 : (merapikan rambut dan segera keluar)

Para napi yang lain mulai tertidur dan hanya ada suara detak jarum jam. Perempuan 1 yang tadinya tidak boleh tidur oleh napi yang lain. Tetap terjaga dan menatap detak jarum jam yang berdetak perlahan. Tiba-tiba narapidana 5 datang dengan rambut yang berantakan. Ia kembali masuk ke dalam sel dan merapikan rambutnya.

Narapidana 5 : kenapa kau belum tidur?

Perempuan 1 : mereka bilang aku harus terjaga malam ini (sambil menatap kearah para napi yang tengah tertidur pulas). Mereka bilang, kita harus tidur secara bergantian. Aku akan menunggu 1 dari mereka terbangun dan aku akan tidur.

Narapidana 5 : kau yakin mereka akan bangun tengah malam? Sudahlah kau tidur saja, jangan pedulikan mereka. Kau bisa kan tidur dengan posisi duduk? Memang benar kalau kau ikut membaringkan badan aku tidak yakin kau bisa tidur dengan pulas. Mereka ini sudah seperti hewan yang tidak punya aturan. Mereka akan seenaknya memerintahmu. Lihat saja posisi tidur mereka. Hahahaa bagaimana kau bisa membaringkan badan?

Perempuan 1 : tapi kau?

Narapidana 5 : ini sudah biasa, lama-lama kau akan bisa membiasakan hidup disini. (bersiap untuk tidur)

Perempuan 1 : apa kau tadi menelpon keluargamu?

Narapidana 5 : iya.. memangnya ada apa? Tunggu saja, nanti juga kau akan mendapat giliran ditelpon oleh keluargamu.

Perempuan 1 : aku? Keluargaku?

Narapidana 5 : iya.. apa ada yang aneh?

Perempuan 1 : tapi,, kenapa tadi kau lama sekali? Bukankah kita diberi waktu yang singkat? kita hanya di beri waktu 1 menit untuk berbicara di telpon. Untuk menemui tamu pun kita diberi batasan waktu yang relative singkat. Tapi kau?

Narapidana 5 : sudahlah lebih baik kau tidur, aku sudah mengantuk. Jangan banyak bicara.

Perempuan 1 : mmm.. baiklah

Kembali senyap dan hanya terdengar suara detak jarum jam. Lampu mulai meredup.

…..

Keesokan harinya.

Para napi mulai bergantian keluar untuk bersih-bersih.

Narapidana 5: ayo keluar, kau harus ikut bersih-bersih, nanti kepala sipir akan mengawasi kita.

Ditengah bersih-bersih, tiba-tiba perempuan 1 ditarik oleh kepala sipir

Perempuan 1: maaf pak, ada apa?

Sipir 1 : wanita ini, Penghuni baru disini.

Kepala sipir : apa kasusnya?

Sipir 1 : dia tertangkap basah di tengah malam sedang beroperasi dan membawa barang terlarang pak.

Kepala sipir : apa begitu? (sambil menatap perempuan 1 dari ujung kaki ke ujung kepala) jadi, kau………. Hahahahaa..

Sipir 1 : tidak dapat di ragukan lagi pak. (sambil berbisik ke kepala sipir)

Perempuan 1: ada apa? Saya bukan seperti yang bapak kira, saya hanya jalan-jalan dengan teman-teman saya. Barang itu pun milik teman saya. Tapi saya tidak bisa mengelak kalau memang………………………. Saya pun wanita baik-baik, saya yakin itu, saya masih perawan dan saya bukan seorang perek seperti yang bapak kira. Saya hanya……

Belum selesai perempuan itu berbicara.

Kepala sipir dan sipir 1 hanya saling berpandangan dan tertawa terbahak-bahak. Hahahahahhahaha..

Kepala sipir : sudahlah kau boleh melanjutkan kerjamu. Hahahaa

Perempuan 1 pun segera pergi dan melanjutkan pekerjaannya.

Sipir 1 : semuaa,, ayo segera masuk ke sel kalian masing-masing. Saya akan segera membawakan makanan.

Narapidana 1 : alah, paling juga makan nasi garam lagi.

Narapidana 2 : ya setidaknya mereka memberi kita kerupuk.

Narapidana 3 : kau mau sarden? (bertanya ke narapidana 4)

Mendengar kata-kata narapidana 3, narapidana 1,2 dan 4 pun senang

Narapidana 3 : tenang saja, aku sudah memesannya.

Sipir 1 datang membawakan makanan, hanya makanan seadanya.

Narapidana 3 : pak, apa kau punya pembuka kaleng?

Sipir 1 : untuk apa?

Narapidana 3 : bisa tolong berikan padaku?

Sipir 1 : tunggu sebentar, aku akan kembali.

Narapidana 3 : (segera mencari sarden yang kemarin ia pesan)

Sipir 1 pun kembali dengan membawa pembuka kaleng tersebut.

Segera mereka makan dengan lahap, kali ini makanan mereka istimewa berkat sarden milik narapidana 3.

Narapidana 1 : ah, besok aku akan memesan makanan yang lebih enak dari ini. Hahaa..

Narapidana 2 : (melihat perempuan 1) kau,, kenapa makanan itu kau diamkan saja? Apa kau tidak lapar?

Perempuan 1 : ee.. ee.. iya.

Narapidana 3 : kau mau ini? Hahahaa… aku rasa makan dengan nasi garam dan kerupuk sudah cukup buatmu. Lagi pula kau kan baru disini, kau harus merasakan apa yang kita rasakan dulu.

Merekapun makan tanpa mempedulikan kebersihan. Mereka sangat kelaparan.

Perempuan 1 : (merasa jijik, tapi terpaksa menghabiskan makanannya)

Sipir 1 datang,

Sipir 1: narapidana 2, ada telpon untukmu. Narapidana 1, ada yang ingin menemuimu.

Merekapun keluar dan sipir 1 kembali mengunci sel tersebut.

5 menit kemudian narapidana 1 dan 2 kembali. Perempuan 1 sedikit heran.

Perempuan 1 : kalian darimana? Kenapa sebentar sekali? Bukankah telpon atau menemui tamu disini bebas?

Narapidana 1: memangnya untuk apa berlama-lama? Banyak napi lain yang juga ingin menelpon keluarganya.  

Perempuan 1: mmm.. tidak, apa kalian melihat narapidana 5? Aku tidak melihatnya sedari tadi.

Narapidana 2 : ah itu sudah biasa.

Perempuan 1: maksudnya?

Narapidana 1 : dia memang sering keluar sel sewaktu-waktu, aku pun heran siapa yang ditemuinya tiap tengah malam.

Perempuan 1: bukankah ada yang menelpon atau tamu yang ingin bertemu dengannya? Mungkin keluarganya?

Narapidana 3 : asal kau tau, dia sudah tidak punya keluarga, sudah 2 tahun dia tinggal disini, sekalipun aku tidak pernah mendengar ada keluarganya yang ingin bertemu dengannya. Dia tidak hanya pengedar narkoba, tapi ia juga seorang penipu. Ia menipu siapa saja.

Narapidana 4 : dia juga sangat pendiam. Jarang sekali berbicara denganku. Dia hanya berbicara mmm… kira-kira 5 kalimat dalam satu hari. Itu pun kalau dia mau.  Mmm… tapi kenapa kau menanyakannya? Apa dia berbicara banyak denganmu??

Perempuan 1 : mmmm.. tidak.

Narapidana 2 : ya memang dia orang yang aneh. Sejak aku masuk di dalam sel ini, sekalipun aku tidak pernah mendengarnya berbicara banyak. Dia lebih senang tidur, dan membaca buku. Entahlah buku apa yang ia baca. Aku tidak peduli.

Malam pun tiba, semua narapidana tidur dan narapidana 5 kembali.

Perempuan 1 : kau darimana? Apa kau sudah makan? Apa kau tidak mengantuk? Apa kau…….

Narapidana 5 : (memotong pembicaraan) kepala sipir ingin bertemu denganmu.

Sipir 1 yang sedari tadi bersama narapidana 5, membukakan sel dan membawa perempuan 1 ke tempat kepala sipir

Perempuan 1 : saya mau dibawa kemana? Kenapa kepala sipir ingin menemui saya malam-malam begini?

Sipir 1 : nanti kau juga tau.

Panggung saat ini menggambarkan sebuah ruangan hanya ada meja dan 2 kursi berhadapan. hanya ada peralatan tulis dan tumpukan kertas-kertas diatas meja itu.

Perempuan 1 : (duduk di kursi yang berhadapan dengan kepala sipir dengan perasaan penuh was-was)

Sipir 1: (meninggalkan ruangan)

Kepala sipir: (tidak berbicara apapun)

Hanya terdengar suara detak jarum jam. Membuat perempuan 1 semakin takut dan penuh Tanya.

Kepala sipir : kenapa kau begitu gelisah? Tenang saja.. aku hanya ingin berbicara denganmu. Apa kau betah tidur di sel sempit itu?

Perempuan 1 : sebenarnya tidak pak, saya merasa sesak dan sulit bernafas

Kepala sipir : berapa lama vonis yang menimpamu?

Perempuan 1 : berdasarkan hasil sidang, saya di tahan sampai 5 tahun pak.

Kepala sipir : cukup lama juga ya.. apa kau tidak mengirimkan pengacara? Disini hukuman 5 tahun bisa menjadi 5 bulan saja. Asal pengacaramu dapat diandalkan.

Perempuan 1 : saya tidak memiliki banyak uang pak.

Kepala sipir : dimana keluargamu?

Perempuan 1 : Saya tidak tahu pak. Ayah dan ibu saya bercerai sejak saya berumur 10 tahun. Saya tidak tau sekarang mereka dimana. Saya dititipkan dipanti asuhan sejak perceraian mereka. Terakhir saya tahu ibu saya menjadi TKW di Hongkong. Dan ayah saya entahlah, mungkin dia sudah menikah lagi.

Kepala sipir : baiklah, kau tenang saja. Kami bisa memberikanmu fasilitas yang lebih. (mendekati perempuan 1 dan duduk diatas meja)

Perempuan 1: maksud bapak?

Kepala sipir : kami akan memberikanmu fasilitas lebih, tapi ada syaratnya.

Perempuan 1 : maksud bapak?

Kepala sipir : aku bisa memberikanmu kamar yang lebih layak, makanan yang lebih layak, bahkan uang. Tapi kau tau kan disini tidak ada yang gratis. Para napi yang lain akan memesan apapun yang mereka inginkan kepada keluarga atau kerabat yang menemuinya setiap hari. Tapi kau pasti juga tau kalau itu butuh banyak uang.

Perempuan 1 : iya pak, tapi sayaa………

Kepala sipir : aku tau kau pasti tidak punya uang. Tapi tenang saja. Kau bisa menukarkan tubuhmu dengan itu semua. Bukankah kau sudah sering beroperasi di tengah malam? Itu pasti akan mudah buatmu.

Perempuan 1 : maaf pak, (pergi meninggalkan kepala sipir)

Kepala sipir : (menarik tangan perempuan 1) ada apa? Kau takut? Tubuhmu yang indah, montok, dan uhhh wajahmu yang menawan ini. Aku tidak sanggup menahannya.

Perempuan 1 : pak maaf pak, jangan pak, jangan, saya mohon.. (berlari meninggalkan ruangan)

Kepala sipir : aku beri kau waktu untuk memikirkan ini. Kembalilah nanti saat kau membutuhkannya.

Perempuan 1 kembali ke sel. Ia melihat narapidana 5 yang masih terjaga.

Perempuan 1: jadi selama ini kau?

Narapidana 5 : jangan heran. Aku tidak sanggup hidup di tempat seperti ini, mungkin aku juga sepertimu yang tidak punya apa-apa. Tak ada yang memedulikan.

Perempuan 1 : tapi kenapa kau rela tubuhmu di lahap oleh laki-laki biadap itu?

Narapidana 5 : asal kau tau, aku sudah terbiasa dengan hal itu, sebelum aku disini, aku sudah dijajah oleh banyak laki-laki. Dan mereka memberiku uang yang sangat banyak. Disinipun demikian. Aku bisa tidur di tempat yang lebih layak, aku pun tidak pernah makan dilantai seperti kalian. Sipir 1, sipir 2, sipir 3, kepala sipir, bahkan petugas kebersihan disini pun aku sudah merasakannya.

Perempuan 1: apa kau sudah gila?

Narapidana 5 : aku memang gila, tapi aku yakin. Kau akan membutuhkannya. Sudahlah pikirkan saja tawaran kepala sipir. Aku harap kau tidak salah memutuskan. Tapi aku harap kau tidak berbicara apa-apa pada mereka (menunjuk napi yang lain)

Perempuan 1 : tadi kami membicarakanmu, apa mereka tidak tau tentangmu?

Narapidana 5 : aku jarang sekali berbicara dengan mereka. Percuma, mereka orang-orang bodoh. Mereka senang menyimpulkan apapun seenaknya sendiri. Aku harap kau juga menjaga sikapmu dengan mereka. Meskipun mereka terlihat kompak, tapi suatu saat kau akan tau mereka berkelahi seperti anjing dan kucing. Itupun karena masalah sepele.

Perempuan 1 : aku tidak mengerti

Jam terus berdetak perlahan, narapidana 5 mulai tertidur. Perempuan 1 hanya menatap jam dinding, ia melamun memikirkan perkataan kepala sipir dan narapidana 5.

…..

Hari terus berlalu, perempuan 1 mulai mencoba cara yang diajarkan narapidana 5.

Sipir 1 : kau (menunjuk kearah perempuan 1) ada yang ingin menemuimu

Narapidana 1 : bukankah kau tidak punya keluarga?

Narapidana 2 : mungkin dia akan menemui pengacaranya dan segera meninggalkan sel ini.. hahahaa

Narapidana 3 dan 4 : hahahaa, siap siap saja. Kita bisa tidur pulas tanpanya.

Seperti biasa, narapidana 5 hanya tidur tanpa peduli dengan teman-temannya.

Perempuan 1 segera keluar.

Lampu meredup, terdengar suara desahan perempuan 1.

Satu per satu cara tuk menggoda dia

Dari yang biasa sampai yang luar biasa

Dari sisi mana lagi ku curi hati

Bisa bisa ku tak tahan dan patah hati

Maunya aku jadi yang pertama

Dan Cuma akulah yang bisa, bisa membuat dia tergoda

Dia meminta-mintaku

Maunya maunya

Cuma aku yang bisa

Maunya aku yang pertama

Selalu jadi yang pertama

 

Lampu mulai terang kembali. Suasana di dalam sel tetap seperti biasanya. Tapi kali ini perempuan 1 yang tak kunjung kembali. Sebaliknya, narapidana 5 yang tetap berada dalam sel.

Narapidana 4: (bertanya pada narapidana 5) tumben hari ini kau tidak keluar? Apa tidak ada yang ingin menemuimu?

Narapidana 2: apa kau sakit?

Narapidana 5: (diam)

Narapidana 3: hey.. apa kau sakit? Kenapa kau tidak keluar?

Narapidana 1 : sudahlah percuma kau berbicara dengan dia. Tidur saja.

Perempuan 1 kembali masuk ke dalam sel ketika semua narapidana tengah tertidur. Perempuan 1 semakin jarang kembali ke sel. Ia sibuk bersama kepala sipir dan petugas yang lain. Kali ini narapidana 5 mulai merasa tersaingi. Ia sudah tidak lagi di panggil oleh sipir. Hidupnya semakin berantakan dan terpaksa ia harus menjalani rutinitas seperti narapidana yang lain.

Para napi sedang bersih-bersih di sekitar sel. Terlihat narapidana 5 sedang membersihkan tikar di dalam sel. Kemudian perempuan 1 datang ingin membantu. Melihat kedatangan perempuan 1, narapidana 5 pun kesal.

Narapidana 5: mau apa kau?

Perempuan 1: tidak, aku hanya ingin membantumu.

Narapidana 5: halah, pergi kau. Aku bisa melakukannya sendiri.

Perempuan 1: kau ini ada apa? Kenapa tiba-tiba kau bersikap seperti ini?

Narapidana 5: (menampar perempuan 1) plaakkk!!

Perempuan 1: kau menamparku? Hah? Kau menamparku? (marah dan menarik rambut narapidana 5) memangnya siapa kau berani-beraninya menampar aku?

Narapidana 5: apa?! Kau pikir aku takut denganmu? Jangan bilang kalau kau sudah menjadi istri simpanan kepala sipir disini. Kau jadi berani melawanku? Aku lebih lama tinggal disini daripada kau?!

Perempuan 1: apa pedulimu hah?

Narapidana 5: hah dasar Lonte ! kau Pelacur ! kau bukan hanya seorang pengedar narkoba, tapi kau juga seorang pembual. Kau pelacur. Arrgghhh.

Perkelahian pun terjadi didalam sel. Narapidana lain hanya terbengong. Ingin melerai tapi mereka takut akan di serang oleh narapidana 5 maupun perempuan 1.

Perempuan 1: bilang saja kalau kau iri denganku. Kau sudah tidak laku disini. Hahahaa siap-siap lah menjadi busuk disini. Hahahaa

Narapidana 5: bangsat!

Perempuan 1: hidup itu bagaikan roda, kadang kita diatas dan kadang dibawah. Dulu mungkin aku berada di bawah, dan kau? Dan sekarang mungkin sudah saatnya aku menendangmu kebawah. Waktu juga akan terus berlalu. Kau tidak akan bisa mengulangnya lagi.

Narapidana 5 hanya terdiam dan terdengar suara detak jarum jam yang kali ini lebih jelas dan sayup-sayup melirih.

Narapidana 5: hentikan omong kosongmu itu! Aku tidak peduli teori-teori yang kau ucapkan. Persetan dengan hal itu. Yang jelas aku sangat membencimu. Kau perusak !

Mendengar pertengkaran itu, sipir datang melerai. Dan pertengkaran mulai meredam. Narapidana 5 akhirnya mengalah.

Waktu mulai larut. Narapidana 5 tetap terjaga. Tapi tiba-tiba.

Narapidana 5: aaaaaa…. Sakitt… aaa (sambil memegang perutnya)

Kali ini narapidana 5 merasa kesakitan, entah kenapa. Tiba-tiba pendarahan. Tidak ada seorangpun yang memedulikannya. Ia berusaha keluar dari sel dan meminta pertolongan. Tapi entah tak ada yang mendengarnya, semua tertidur pulas. Ia hanya mendengar suara detak jarum jam. Entah mengapa suara itu sangat mengusiknya.

Narapidana 5: diaaammm.. aku bilang diaammm !!

Jam terus berdetak, seakan-akan ia dikejar oleh waktu. Rasanya sakit sekali. Detak jarum jam terus berdetak mengikutinya seakan-akan ia akan lenyap oleh waktu.

Narapidana 5: tolonggg.. tolongg akuu…  aku memang tidak pernah menginginkan anak ini (memegang perutnya) ia tidak pernah aku harapkan. Arrrggghhh

Para sipir pun datang, begitu pula dengan kepala sipir. Segera mereka membuka sel. Tapi tiba-tiba narapidana 5 keluar dengan sempoyongan mengambil pistol milik kepala sipir.

Narapidana 5: (menodongkan pistol ke hadapan kepala sipir) kau! Bangsat! Kau tau ini karena perbuatanmu, kau meniduriku hingga aku mengandung anak sialan ini. Tapi dengan seenaknya kau tidur dengan perempuan lain. Dan melupakan aku?! Kauuuu !! kau bangsat! kau harus mati! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan. Hhhhhhh

Sipir 1 : tenang narapidana 5, kami akan menolongmu, kami akan membawamu ke rumah sakit.

Narapidana 5: hahhhhhh !!!! aku tidak ingin ke rumah sakit. Aku hanya ingin melihat kalian semua mati dihadapanku. Aku ingin kalian semua mati lebih dulu dari aku.

Kepala sipir: letakkan pistol itu! Sekarang katakan apa yang kau mau?

Narapidana 5: yang aku mau? Yang aku mau! Pertanyaan konyol apa lagi itu? Hahahaaa (menjadi gila dan tak terarah) aku hanya ingin kalian mati. Hahahaa (sambil memegangi perutnya. Darah terus mengalir dari kemaluannya. Wajahnya mulai pucat, pandangannya kabur)

Jam dinding kini mulai berdetak lagi. Dan narapidana 5 menatap jam itu dan menembaknya.

Sipir 1: hey! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menembak jam itu?

Narapidana 5: aku tidak ingin mendengar detaknya.

Para napi lain pun terbangun, tak terkecuali perempuan 1. Mereka berusaha menenangkan narapidana 5. Tapi narapidana 5 malah marah dan semakin menjadi jadi.

Narapidana 5: kalian semua pergi dari hadapanku! Atau aku akan menembaki kalian satu persatu. Aku bilang pergi! Pergi! Pergiii!!!!

Narapidana 5 tiba-tiba menembakkan pistol ke kepala sipir, kepala sipir pun terjatuh. Melihat kepala sipir terjatuh, sipir 1 segera menolongnya. Tapi ia juga tertembak. Narapidana 5 benar-benar sudah gila. Narapidana yang lain tak berani menolongnya. Narapidana 1 yang berusaha menghentikan juga tertembak, begitu pula narapidana 2,3 dan 4. Hanya tersisa perempuan 1.

Perempuan 1: kenapa kau lakukan ini semua? Kau boleh marah kepadaku. Tapi jangan mereka. Sekarang letakkan pistol itu! Aku mohon. Aku mohon letakkan pistol itu.

Narapidana 5: kau! Pelacur! Kau lonte! Kau juga harus mati seperti mereka.

DUAARRRRR

Perempuan 1 pun tertembak. Tidak ada siapa-siapa lagi.

Narapidana 5: hahahahahahhaaa.. (tertawa terbahak-bahak dan kemudian menangis. Tertawa lagi lalu menangis lagi)

Terdengar detak jarum jam lagi. Narapidana 5 heran, karena ia merasa sudah menembak jam dinding tadi. Jam terus berdetak bergantian. Terdengar tidak hanya satu jam dinding, tapi banyak sekali jam berdetak. Narapidana 5 terus menembaki sumber suara itu. Sampai ia mulai lemas karena kehabisan darah. Tapi suara detak jarum jam terus mengelilinginya. Dan ia tidak sanggup bertahan lagi dan mati.

 

Lampu meredup, suara detak jarum jam pun hilang. Dan pementasan selesai.

…………

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar