Minggu, 11 Oktober 2020

tata bahasa genera

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Aliran transformasional ini dipelopori oleh Chomsky. Avram Noam Chomsky adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif. Chomsky dilahirkan di Philadelphia tahun 1928, di tengah keluarga Yahudi radikal keturunan Rusia. Ayahnya, William Chomsky merupakan seorang ahli bahasa Yahudi yang terkenal. Ketekunan Chomsky dalam membantu kegiatan kebahasaan yang dilakukan ayahnya, sedikit banyak telah menandai kecemerlangan daya intelektualnya dalam melakukan kajian kebahasaan di kelak kemudian hari. Sebagai mahasiswa di universitas Pennsylvania, Chomsky menjadi anak didik tokoh strukturalisme yang sering disebut memiliki pikiran radikal, yakni Zelling Harris. Disebut sebagai salah seorang tokoh pengembang strukturalisme, gagasan yang dikembangkan tidak sepenuhnya mengekor pada konsep pemula strukturalisme Amerika, yakni Leonard Bloomfield.

Aliran transformasional merupakan reaksi dari faham strukturalisme. Konsep strukturalisme yang paling ditentang adalah konsep bahwa bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit). Nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky ini adalah Tranformational Generative Grammar tetapi dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi atau tata bahasa generative.

Adapun asumsi yang mendasari pendekatan bahasa secara transformasional ini adalah sebagai berikut:

1.      Bahasa merupakan satu produk kebudayaan yang kreatif manusiawi.

2.      Bahasa bukan merupakan rekaman tingkah laku luar yang berupa bunyi yang dapat didengar, melainkan bahasa merupakan satu proses mentalistik yang kelak kemudian dilahirkan dalam bentuk luar bunyi bahasa yang didengar atau kelak dimanifestasikan dalam bentuk tulisan.

3.      Bahasa merupakan satu proses produktif, sehingga metode analisis bahasa harus bersifat deduktif.

4.      Formalisasi matematis dapat juga dikenakan pada formalisasi sistem produktif bahasa.

5.      Analisis bahasa tidak dapat dilepaskan dari hakikat bahasa yang utuh yakni bunyi dan makna.

     Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna.

     Setiap tata bahasa merupakan teori dari bahasa itu sendiri, dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:

1.      Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.

2.      Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik.

Chomsky membedakan antara kemampuan (competence) dan perbuatan berbahasa (performance). Dalam tata bahasa transformasional ini kemampuanlah yang menjadi objeknya, meskipun perbuatan berbahasa juga penting.

Competence adalah kemungkinan yang terwaris dan tersimpan dalam otak manusia itu memberikan kemungkinan kepadanya untuk melaksanakan proses berbahasa. Dengan kata lain competence adalah pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai bahasa mengenai bahasanya. Ia berpendapat bahwa sebenarnya kalimat yang kita dengar dari seorang pembicara bahasa tertentu itu pada umumnya adalah kalimat-kalimat yang baru.

Sedangkan performance merupakan pencerminan dari competence, yang juga dipengaruhi oleh berbagai situasi mental dan lingkungan real seperti keterbatasan ingatan, keteledoran, kecerobohan dan sebagainya. Oleh karena itu, agar performance benar-benar merupakan pencerminan competence atau bunyi dan makna bersesuai dengan kaidah-kaidah competence, maka faktor-faktor ekstralinguistik tersebut sejauh mungkin dihindari. Dengan kata lain dapat kita katakan bahwa performance adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya.

Menurut aliran transformasi, sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Seseorang bisa membuat berbagai kalimat yang tidak terbatas jumlahnya dan bisa ia mengerti, yang mana sebagian besar kalimat tersebut barangkali belum pernah diucapkan ataupun didengar, kemampuan tersebut dinamakan aspek kreatif bahasa.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan tata bahasa Generatif Transformatif?

2.      Bagaimana struktur logika tata bahasa Generatif Transformatif?

3.      Berapa komponen yang terdapat dalam tata bahasa Generatif Transformatif?

 

1.3 Tujuan Pemaparan

1.      Untuk menjelaskan tata bahasa Generatif Transformatif

2.      Untuk menjelaskan struktur logika tata bahasa Generatif Transformatif

3.      Untuk menjelaskan komponen dalam tata bahasa Generatif Transformatif

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1 Pengertian Generatif Transformatif

 

Secara umum transformasi generatif merupakan proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun pergantian.

Teori transformasi generatif meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti. Beberapa ahli tata bahasa membuat batasan-batasan transformasi di bawah ini:

1.    Keraf ( 1980: 153)

“Transformasi adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke bentuk yang sederhana”.

2.    Samsuri (1981 :35)

“Transformasi adalah proses atau hasil pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur yang lain menurut kaidah tertentu”.

3.    Kridalaksana (1984 :198)

“Transformasi adalah kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau mengatur kembali konstituen-konstituennya”.

4.    Rosenbaun (1968 : 28)

“Transformasi convert one sentences structure by performing verious operations on the constituens making up there tructure”. Terjemahannya: “Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam struktur luar atau struktur permukaannya”.

5.    Kridalaksana, (1993,69)

Tata bahasa transformasi generatif merupakan teori linguistik yang menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah transformasi.

 

2.2 Struktur Logika Tata Bahasa Generatif Transformatif

 

Struktur logika adalah ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argument daam suatu proposisi. Struktur logika tergambar sebagai bagan berikut:





Atau dapat dirumuskan sebagai: Pred(Arg,Arg,……Arg(n))

Contoh: “Die Oma hat einen Kaffe getrunken” mempunyai struktur sebagai berikut:

Atau dapat dirumuskan sebagai: TRINKEN(die Oma, einen Kaffe). Jadi, proposisi kalimat itu mempunyai predikat yang berargumen 2.

Argument adalah segala sesuatu yang dibicarakan sedangkan predikat adalah semua yang menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan dan sebagainya (Linguistik Umum, 2012:370).

2.3  Komponen Dalam Tata Bahasa Generatif Transformatif

            Menurut teori transformasi generatif, tata bahasa itu terdiri dari tiga komponen. diantaranya sebagai berikut:

1)      Komponen Sintaksis

                 Komponen sintaksis dalam aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi. Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut contohnya :

Ich lese ein Buch

Setiap penutur bahasa Jerman dengan kompetensinya mengenai bahasa Jerman akan bisa menentukan hal-hal sebagai berikut:

a)      Kalimat tersebut adalah kalimat berterima, baik, dan lengkap

b)      Kalimat tersebut terdiri atas beberapa kata

c)      Dalam kalimat tersebut, kata ich adalah sebuah nomina, kata lese adalah sebuah verba, kata ein Buch adalah nomina

d)     Jika dipenggal kata tersebut, maka pemenggalannya sebagai berikut:

         Ich lese ein /Buch (tidak mungkin)  ………. 1

         Ich/ lese ein Buch          (atau)            ………. 2

         Ich lese/ ein Buch                               ………. 3

                 Jadi dapat disimpulkan, bahwa meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum tentu berterima secara semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.

 

2)      Komponen Semantik

            Teori linguistik transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor itu antara lain (a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d) konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum dan sesudah  kalimat yang menyertai kalimat itu, (f) faktor-faktor lain.

            Oleh karena itu, teori transformasi generatif menyatakan setiap kata memiliki filtur semantik (semantic feature) dan penanda semantik (semantic maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpanya kata bapak memiliki filtur {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki}, {+menikah} {-beranak} dan kata ibu {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {-laki-laki}, {+menikah} {+beranak}.

Pengenalan filtur-filtur semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap penutur suatu bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, penutur bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan mana kalimat yang tidak berterima.

 

3)      Komponen Fonologi

            Komponen fonologi menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis menjadi reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang diucapkan oleh seorang penutur.

            Bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau dalam studi fonologi disebut fon.  Semua hal ini dalam fonologi dideskripsikan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya kata [baraŋ] dan [paraŋ] yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah fon, letak bedanya hanya pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini termasuk bunyi hambat bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p] adalah bunyi yang tidak bersuara.

            Komponen fonologi memiliki dua peringkat, yaitu peringkat dalam dan peringkat luar. Peringkat dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik yang berada diperingkat luar. Kedua peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi.

 

 

BAB III

KESIMULAN

Teori generatif transformasi adalah teori linguistik yang menerangkan tentang pembentukan kalimat-kalimat gramatikal dan menjelaskan struktur setiap kalimatnya, serta mengalihkan struktur dalam bahasa kepada struktur luar bahasa untuk menentukan suatu kalimat.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar