Sabtu, 10 Oktober 2020

NASKAH DRAMA KARYA ANGGOTA LUARBIASA UKM TEATER HAMPA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

JOKIKU SAYANG, JOKIKU MALANG

Dwi Wulandari

Subur: Ayah Novry, usia 45 tahun.

Novry: Joki sekaligus Pembalap usia 17 tahun, gaul, punya banyak teman.

Tias: Gadis kaya raya usia 16 tahun, anak Polisi.

Papa: Ayah Tias, Polisi usia 40 tahun.

Paman: Paman Tias, Ustad usia 50 tahun

Mika: teman Tias, kurang pergaulan, berkacamata.

Hendra: teman Novry, pembalap sekaligus Joki, pemabuk.

BABAK I

Tias      : (Menangis dipinggir jalan, terkadang berteriak. Dari siang sampai menjelang magrib. Rambutnya acak-acakkan. Pakaiannya lusuh. Tak bisa berbicara. Setiap kali terdengar suara sepeda motor, ia menjerit-jerit. Setiap kali terdengar suara adzan dari Masjid dipinggir jalan ia terisak-isak. Kadang menyanyi lalu memarahi setiap kali ada pejalan kali yang lewat. Musik sedih dimainkan).

Mika    : Tias, mamam ya. Nanti sakit, loh! Novry bentar lagi datang kok jemput Tias. Makanya Tias makan, ya. Novry gak mau Tias nangis dan lapar mulu. Capekkan nangisnya? Yuk, satu suap aja! (Mika menyerah, pada akhirnya menangis. Memeluk Tias).

Hendra : Tias makan, yuk! Setelah itu mandi. Kan udah malam. Nanti nonton Novry bareng ya kita. Makanya kamu mandi dulu. Sisir rambut dulu biar cantik (Hendra menyerah melihat Tias yang mematung sedari tadi).

BABAK II

(Disebuah malam, di area balap liar. Ada segerombolan pembalap liar dan beberapa Joki. Disudut panggung ada lampu jalan. Dibawah lampu terdapat kursi panjang).

Tias      : Nov… Novry… (memanggil-manggil Novry diujung jalan).

Mika    : Heh, Tias. Kita ngapain pergi ketempat kayak begini sih? Ayo pulang! Mika takut tahu! (mengunyah snack sambil membenarkan kacamatanya).

Tias      : Aduh, berisik! Aku mau ketemu Novry. Kamu mau ikut nemani enggak?

Mika    : Mau, tapi Mika takut! Liat tuh mereka pada ngetrek-ngetrek! Ah, kita pulang aja yuk! (menarik-narik tangan Tias).

Tias      : Tadi kamu katanya mau ikut. Gimana sih? Gak konsisten banget! Yaudah, kamu kalau mau pulang, pulang aja sana sendiri!

Mika    : Loh, Tias kok jahat! Mika gak berani pulang sendirian. Terus ntar kalau Tias kenapa-napa gimana? Kan Mika yang disalahin sama Papanya Tias.

Novry  : Loh, kalian disini? Ngapain? Pulang loh, udah malem! (Tias tersipu malu)

Mika    : Apa? Enggak dengar! Mereka berisik banget! (Mika menunjuk segerombolan Pembalap yang mulai melewati garis start).

Novry  : Kalian ngapain disini? Udah malam! (Novry menaikkan nada suaranya).

Hendra : Loh, siapa ini? Gak dikenalin ke aku? (memegang botol minuman keras sambil mencolek pinggang Mika).

Mika    : Iih, apaan sih? Gak usah pegang-pegang!

Tias      : Aku pengin ketemu kamu. Aku pengin ngomong sesuatu, Nov.

Novry  : Santai aja. Ngomong, deh!

Tias      : Aku enggak bisa disini.

Novry  : Yaudah, ikut aku yuk! (Novry menarik lengan Tias sampai akhirnya mereka duduk di kursi didekat bawah lampu disudut panggung). Kamu mau ngomong apa?

Mika    : Tias, kok aku ditinggalin sih! Jahat banget! (Tias dan Novry mengabaikan suara Mika. Mika ditahan oleh Hendra).

Tias      : Aku pengin ngomong sesuatu, Nov. Tapi kamu jangan marah ya? Janji? (Novry tersenyum lebar). Aku pengin minta kejelasan dari hubungan kita. Selama ini kita jalan bareng, main bareng. Kamu yakin gak punya perasaan apa-apa sama aku? Aku perempuan. Aku butuh yang pasti. Aku capek sama yang enggak jelas. Kamu enggak pengin ngasih aku klarifikasi tentang hubungan kita? Aku sayang sama kamu, Nov (Tias menangis).

Novry  : Aku juga sayang samu kamu, Tias. Kamu butuh apa dari aku? Apa yang kamu mau? Kalau kita jadian aku bisa kasih kamu apa? Kamu tahukan perkerjaan aku apa? Aku cuma Joki. Aku kerja kayak gini bukan atas kemauan aku. Aku butuh uang. Aku butuh bayarin adik-adik aku sekolah (mengusap air mata Tias).

Tias      : aku gak ngerti jalan pikiran kamu? Kamu tinggal bilang aja. Aku pasti bakalan jawab iya. Susah banget! Aku gak minta apa-apa dari kamu. Cuma kejelasan dari hubungan kita. Aku pengin orang-orang tahu kalau kita pacaran. Biar aku ada alasan kenapa keluar bareng kamu.

Novry  : Aku rasa enggak perlu kita pacaran. Kita udah saling tahu kayak apa perasaan kita. Yaudah! Kita masih terlalu muda, Tias (memeluk Tias erat).

Paman : Heh, Tias kamu ngapain disini  malam-malam? Astagfirullah! Katanya Novry bisa jagain kamu. Ini buktinya? (Paman memukuli Novry).

Tias      : (Kaget) Paman, kok bisa ada disini? Paman jangan pukul Novry! (menangis lagi).

Paman : Ayo pulang! Kamu itu perempuan. Gak pentes diluar malam-malam sama laki-laki, ditempat balapan liar, berpelukan lagi! Astagfirullah, ya Allah ampuni hamba! (lampu redup, terdengar suara motor yang kebut-kebutan).

***

BABAK III

(Di area balap liar, sore hari. Novry dan Hendra sedang duduk di kursi di dekat bawah lampu disudut panggung sambil menyedot teh botol).

Hendra : Eh, by the way lo kenapa gak mau jadian sama Tias sih? Jelas-jelas dia cakep, kaya, pinter lagi. Dia juga seneng sama lu kan, mamen. Kalau lu kagak mau buat gua ajadah!

Novry  : Gua jadi Joki bukan buat cari pacar. Gua cuma pengin bantuin penghasilan orang tua gua. Ntar kalau punya cewek juga malah bikin kita gak konsen kan pas balapan. Ya gak? Awas lu macam-macam sama Tias. Gua habisin lu!

Hendra : Brooh, segitu cintanya lu sama Tias. Salut gua! Nah, kalau gua jadi Joki buat cari pacar, dong! Uhuuuy, asoy, geboyy (Hendra mencoba menggoda cewek-cewek yang melintas dipinggir jalan). Aduh, bosan ni! Cabut, yuk! (Novry membonceng Hendra menaiki motor yang sudah dirombak. Mereka tidak menggunakan helm).

Papa    : Heh, tunggu! SIM? STNK? Helm mana helm? (seru seorang Polisi berbadan tegap. Novry dan Hendra belum sempat beranjak). Kerja kamu apa?

Hendra : Joki, Pak. Ada apa? Kok semuanya diambilin? Loh!

Papa    : Kalau mau SIM dan STNK balik, ketemu saya di meja sidang ya.

Novry  : Loh, pak gak bisa pak. Kita orang gak mampu. Makanya jadi Joki. Helm gak mampu beli pak. Bapak kalau mau tilang yang kaya aja sana pak. Dijalan banyak yang gak pakai helm, enggak ditangkap. Kita ditangkap.

Papa    : Melawan kamu, ya?!! Sudah salah, gak mau ngaku lagi. Mana orangtua kalian?

Novry  : Nah itu, Pak. Bapak, Pak…

Subur   : Ya, ada apa Nov?

Novry  : Ini pak mau ditilang padahal ya kita gak mampu mau beli helm.

Papa    : pekerjaan Bapak apa? Bapak suruh anaknya kerja? Bapak tahu enggak ini itu jalanan. Bahaya buat anak Bapak yang masih muda kayak gini.

Subur   : Iya, pak Novry ini anak saya. Dia bantuin saya cari uang buat adik-adiknya sekolah. Kita orang gak mampu, Pak. Jangan ditilang, Pak!

Papa    : Gak bisa, semua mesti tertib dengan negara Pak. Jadi Bapak dan anak Bapak harus mengikuti prosedur. Ayo, kita ke kantor Polisi, Pak! (Papa berteriak saat Hendra memukuli pipinya. Kemudian Novry ikut menyerang Papa. Lampu redup).

***

BABAK IV

(Di area balapan, didepan Masjid setelah adzan Isya).

Tias      : Nov, aku temani kamu boleh kan kayak biasanya? Kamu enggak marah kan sama aku gara-gara kemarin?

Novry  : Iya, boleh. Makasih ya. Maaf kemarin aku kasar sama kamu (Tias tersenyum).

Tias      : Kamu mau ngabulin permintaan aku gak? Kamu berhenti jadi Pembalap ya? Aku takut! (menyandar dibahu Novry).

Novry  : Maaf, Tias aku gak bisa kalau itu. Balap liar itu lahan aku mencari uang. Kalau kamu enggak suka sama profesi aku, silahkan kamu cari cowok baik-baik diluar sana. Kalau aku berhenti kerja Joki atau balapan, adik-adik aku enggak makan, gak sekolah. Kamu mah enak! Tinggal minta uang dari Papa kamu langsung dikasihkan. Maaf, Tias aku gak bisa (memindahkan kepala Tias dari pundak Novry).

Mika    : Mik, itu kayaknya Paman kamu mau lewat sini, deh! Katanya Pembalapnya ganggu orang sholat. Dia marah-marah gitu. Kan barusan Masjid sebelah selesai adzan.

(Didepan Masjid, Polisi mulai beroperasi. Papa bertemu dengan Paman).

Paman : Nah, itu Novry, pacar Tias. Astagfirullah. Kamu lihat sendirikan? Betapa kurang ajarnya anak itu. Pasti Tias diajari yang enggak baik. Kamu harus jauhin Tias dari Novry segera.

Papa    : Siapa nama anak itu? Novry? Itu anak yang kemarin pernah kena tilang sama saya. Ya, anak itu kurang ajar sekali. Saya berangkat dulu (motor polisi sedang beroperasi, termasuk Papa). Heh, tunggu!

Tias      : Papa…

Novry  : (Melihat kearah suara) Itu Papa kamu Tias? Aku berangkat dulu (menciumi kening Tias).

Tias      : Hati-hati, Nov. Aku sayang kamu. Aku tunggu kamu digaris finish (semua motor balapan sudah dilepas dari garis start. Motor Polisi mengikuti para Pembalap. Naas, motor Novry oleng tak jauh dari garis start. Papa berhenti. Jalanan simpang siur. Tias berlari kearah Novry ditemani Mika. Novry berlumuran darah dan meninggal ditempat).

***

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar