Sabtu, 10 Oktober 2020

ARTIKEL KOHORT

 

Resume : Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan (Kohort; Life event; Significant Other’s)

Nama Kelompok:

1.      Cicilia Cahyaningrum             (140241600402)

2.      Ketut Rianjani                         (14024160)

3.      Saufa Nursyamsyi                   (140241604434)

Dosen :

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan:

1.      Kohort

 

            Kohort – Kumpulan taksonomi tidak tetap yang digunakan dalam cara berlainan oleh pakar yang berlainan, misalnya kumpulan dalam taraf di atas superorder, kumpulan di antara kelas dan order, atau kumpulan famili yang berkaitan, atau Kohort berasal dari kata romawi yang berarti “kelompok di dalam ketentraman”. Kemudian kohort ini diterapkan dalam kependudukan yang diartikan sebagai “kelompok penduduk yang lahir pada suatu tahun yang sama (kelompok umur yang sama)”. Untuk selanjutnya dibidang pendidikan juga menggunakan istilah kohort yang diartikan sebagai “kelompok murid yang berada pada suatu tingkat yang sama pada suatu tahun tertentu di dalam suatu sistem pendidikan tertentu pula”, misalnya: kelompok murid di kelas 1 sekolah dasar pada tahun 2006 di propinsi Nusa Tenggara Barat di sebut kohort kelas 1 SD tahun 2006.

            Pengaruh kohort (cohort effects) disebabkan oleh waktu kelahiran atau generasi subyek, tetapi bukan oleh usia nyata. Misalnya, kohort dapat berbeda dalam tahun pendidikan, praktik pegasuhan anak, kesehatan, sikap terhadap seks, nilai-nilai agama, dan status ekonomi. Pengaruh kohort penting karena dapat sangat mempengaruhi ukuran terikat (dependent) dalam studi yang seolah-olah berkaitan dengan usia. Para peneliti memperlihatkan bahwa pengaruh kohort penting, khususnya  untuk menginvestigasi pengukuran inteligensi orang dewasa (Schaie, 1993; Schaie, Wilis, & O’Hanlon, dalam proses cetak; Wilis, 1990; Wilis & Schaie, 1986). Individu yang lahir pada waktu yang berbeda – seperti tahun 1920, 1940, dan 1960 – memiliki kesempatan yang lebih luas dalam pendidikan, sementara individu yang lahir pada tahun-tahun sebelumnya, memiliki akses yang kecil.

 

 

2.      Life event

 

            Peristiwa artinya sesuatu hal yang terjadi atau bisa juga disebut sebagai kejadian. Macam-macam istilah dalam peristiwa kehidupan dalam perkembangan seseorang ada yang disebabkan karena peristiwa secara kebetulan, peristiwa kesempatan/peluang, peristiwa pengalaman/kenangan, peristiwa khayal, peristiwa bawah sadar, peristiwa keanehan alami, dan peristiwa kausal (kejadian sebab akibat)

            Life Event adalah kejadian-kejadian yang dialami selama kita hidup yang dapat mempengaruhi perkembangan. Misalnya trauma di masa kecil, trauma termasuk life event karena akan mempengaruhi kehidupan pada masa depan.

            Secara teoritis life events dapat diartikan sebagai peristiwa dalam kehidupan seseorang yang kemunculannya menuntut atau merupakan indikasi dari perubahan-perubahan yang signifikan di pola kehidupan yang sedang di jalankan oleh individu (Klaus Riegel – critical evets)

            Hasil dari penelitian bahwa peristiwa kehidupan mayor (misalnya, kematian pasangan, perceraian) memberikan pengaruh terhadap keadaan untuk individu- individu, yaitu kekuatan untuk merubah kepribadian mereka. Versi yang lebih canggih dalam live-events framework menekankan faktor- faktor yang menjadi penengah  pengaruh dari Live events pada orang dewasa---kesehatan fisik, kecerdasan, kepribadian, dukungan keluarga. Saat ini berapa individu mungkin menganggap live event sebagai suatu stress yang tinggi. Sedangkan yang lain memandang peristiwa tersebut sebagai suatu tantangan.

            Penting untuk mempertimbangkan keadaan sosial budaya yang terjadi dalam peristiwa kehidupan. Misalnya, perceraian mungkin terjadi akibat stres setelah bertahun-tahun menikah. Ketika mereka berada dalam usia lima puluhan, kemudian ketika mereka hanya telah menikah beberapa tahun dan di usia dua puluhan. Salah satu konsekuensi dari ini adalah bahwa perkembangan mungkin terjadi pada setiap titik dalam kehidupan dan tidak perlu linear. 

Kategorisasi Aspek- Aspek dari Suatu Live event Berdasarkan Live Event Model :

a.       Non Normative event s biologis dan sosial budaya adalah pengaruh yang cukup jelas dikaitkan dengan usia, seperti kematangan fisik selama masa kanak- kanak atau peristiwa khas pada masa dewasa yang melibatkan keluarga, pendidikan, dan pekerjaan.

  1. Normative age graded events, lingkungan, bencana, dan pengaruh sosial yang mempengaruhi sebagian besar anggota suatu budaya pada saat yang sama, seperti perang menyapu perubahan ekonomi atau teknologi, dan epidemic besar. Efek ini mungkin berbeda tergantung pada usia seseorang pada saat acara tersebut, tetapi kebanyakan orang karena usia, dari keseluruhan kohort akan mempunyai pengalaman yang sama.
  2. Normative history graded event, peristiwa yang signifikan bagi individu tertentu, tetapi bukan bagian dari pola keseluruhan terikat dengan siklus hidup, seperti kecelakaan lalu lintas, kemenangan undian, dan konversi agama.

Kaitan life event dengan pendidikan menjadi penting karena Era globalisasi saat ini dan tantangan masa depan mengharuskan generasi muda Indonesia memiliki momen-momen khusus sebagai ekspresi rasa nasionalisme dalam hal mewujudkan kemajuan bangsa. Yaitu, momen-momen dalam pendidikan, inovasi sosial dan ekonomi, teknologi, bahasa asing dan momen dalam talenta yang dimiliki. Momen yang paling penting bagi generasi muda Indonesia adalah pendidikan. Salah satu hal klasik tetapi tetap menjadi investasi penting sebagai kunci pokok peningkatkan kualitas sumber daya manusia. Indonesia sebagai Negara berkembang secara otomatis masih memerlukan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana pada tahun 2011 United Nation De¬velopment Program (UNDP) masih memposisikan Indonesia di ranking 124 dari 187 negara. Melalui pendidikan, terdapat integritas sumber daya manusia Indonesia dan generasi muda menjadi generasi yang intelektual, kreatif, berbudaya, berdaya saing dan berkarakter.

 

3.      Significant Others

Significant Others adalah orang terdekat yang mempengaruhi individu. Semisal orang tua, mereka adalah significant others yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Contoh lainnya adalah seorang siswa yang bermasalah ketika akan diwawancarai,  kita juga harus mewawancarai orang tua atau saudaranya untuk mengetahui kebenarannya. Keluarga adalah basis pendidikan yang paling utama, dan orang tua merupakan figur utama pendidik dalam keluarga. Keteladanan orang tua merupakan pola pendidikan yang paling ringkas, simpel dan efektif. Kasih sayang dan komunikasi antar anggota keluarga ditambah dengan contoh nyata dari figur orang tua merupakan unsur penting dalam mendidik buah hati kita. Orang tua yang luar biasa adalah orang tua yang disegani, ditaati dan diteladani oleh anak-anaknya.

Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya. Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. Namun menurut Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu: (1)keluarga, (2) kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, dan (4) media massa. Para ahli sosiologi menambahkan juga peran dan pengaruh dari lingkungan kerja.

1.      Keluarga sebagai agen/media sosialisasi

Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah (genealogis), dapat berupa keluarga inti (ayah, ibu, dan atau tanpa anak-anak baik yang dilahirkanmaupun diadopsi), dan keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari satu keluarga inti yang mempunyai hubungan darah baik secara hirarkhi maupun horizontal. Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar yang diperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang dalam masyarakat yang lebih luas. Pihak yang terlibat (significant other): Pada keluarga inti: ayah, ibu saudara kandung, pada keluarga luas: nenek, kakek, paman, bibi, pada masyarakat menengah perkotaan sejalan dengan meningkatnya partisipasi kerja perempuan: baby sitter, pembantu rumah tangga, petugas pada penitipan anak, guru pada play group, dll.

2.      Kelompok pertemanan sebagai agen/media sosialisasi

Dalam lingkungan teman sepermainan lebih banyak sosialisasi yang berlangsung equaliter, seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang yang setara kedudukannya, baik tingkat umur maupun pengalaman hidupnya. Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang mempelajari nilai-nilai dan normanorma dan interaksinya dengan orang-orang lain yang bukan anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama, mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan. Di kalangan remaja kelompok sepermainan dapat berkembang menjadi kelompok persahabatan dengan frekuensi dan intensitas interaksi yang lebih mantap. Bagi seorang remaja, kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di lingkungan keluarga atau yang lain. Peran positif kelompok sepermainan/persahabatan:

·         memberikan rasa aman dan rasa yang dianggap penting dalam kelompok yang berguna bagi pengembangan jiwa

·         menumbuhkan dengan baik kemandirian dan kedewasaan

·         tempat yang baik untuk mencurahkan berbagai perasaaan: kecewa, takut, kawatir, suka ria, dan sebagainya, termasuk cinta.

·         Merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan ketrampilan sosial: kemampuan

memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dan sebagainya. Tentu saja ada peran kelompok persahabatan yang negatif, seperti perilaku-perilaku yang berkembang di lingkungan delinquen (menyimpang), misalnya gang.

3.         Sistem/lingkungan pendidikan sebagai agen/media sosialisasi

Dilingkungan pendidikan/sekolah anak mempelajari sesuatu yang baru yang belum dipelajari dalam keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Lingkungan sekolah terutama untuk sosialisasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai kebudayaan yang dipandang luhur dan akan dipertahankan kelangsungannya dalam masyarakat melalui pewarisan (transformasi) budaya dari generasi ke generasi berikutnya.Fungsi sekolah sebagai media sosialisasi antara lain:

·         mengenali dan mengembangkan karakteristik diri (bakat, minat dan kemampuan)

·         melestarikan kebudayaan

·         merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan pengembangan kemampuan berfikir kritis, analistis, rasional dan objektif

·         memperkaya kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan

·         mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian

·         membelajarkan tentang hidup sehat, prestasi, universalisme, spesifisitas, dll.

4.      Peran media massa

Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst.) memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak. Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet, seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll. Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi, bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan kecenderungan cara hidup yang sama.

 

5.      Sistem/lingkungan kerja sebagai agen/media sosialisasi

Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup. Tidaklah berlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yang tegas. Dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar